My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Hutan Misterius



Hutan Misterius

2Pagi itu disaat Meisya terbangun setelah 'diculik' oleh Stanley, Katie juga terbangun di tengah hutan asing.     

Katie mengerang berat merasa kepalanya pusing ketika berusaha bangun dari tidurnya. Perutnya juga terasa mual dan badannya terasa lemas. Rasanya seperti dia naik roler coaster tepat selesai makan makanan berat.     

Ugh! Tiba-tiba ada sesuatu yang menjanggal di tenggorokannya. Katie segera bangkit berdiri dan mencari tempat untuk memuntahkan segala isi perutnya.     

Sayangnya, dia tidak menemukan apapun yang bisa dijadikan tempat sampah hingga akhirnya dia muntah di bawah sebuah pohon. Matanya terasa basah karena ada air mata. Hidungnyapun terasa sakit karena efek dari muntahannya.     

Setelah selesai mengurus pencernaannya yang tidak beres, Katie menyenderkan punggungnya di pohon dengan lemas. Dia mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk membuang bau muntahannya.     

Ajaibnya, udara yang dihirupnya tidak hanya terasa segar, tapi juga bisa memberinya energi baru. Hanya dalam beberapa menit saja kondisi Katie kembali pulih.     

Barulah saat itu dia menyadari sekelilingnya. Pepohonan yang rindang dengan cahaya matahari yang lebih ke arah oranye dan coklat. Angin disekitarnya terasa ringan seolah dia memiliki sayap di punggungnya dan bisa terbang sewaktu-waktu. Aroma khas hutan yang sangat disukainya semenjak masih kanak-kanak dulu menyeruak masuk ke hidungnya.     

Katie melangkah maju tanpa sadar sambil menikmati keindahan yang dilihatnya. Dia tidak pernah melihat hutan secantik dan seindah ini. Dimana dia? Tempat apa ini?     

"Tiffany, apa kau tahu kita ada dimana sekarang?" Katie teringat akan program digital pemberian Kinsey sebelumnya. "Tiffany?" sayangnya, tidak ada suara di pikirannya seperti biasa.     

Katie melirik ke arah pergelangan tangannya dengan kening berkerut. Gelang pemberian Kinsey tidak ada. Apakah terjatuh? Itu sebabnya dia tidak bisa mendengar Tiffany?     

Katie menelusuri jalan yang dilalui sebelumnya sambil mencari gelang titanium miliknya. Disaat dia kembali ke sisi pohon dimana dia muntah tadi, Katie membelalak terkejut. Dia sama sekali tidak menemukan sisa muntahannya.     

Tanah yang dilihatnya kembali seperti semula seolah tidak ada siapapun yang mengotorinya.     

Sebenarnya tempat apa ini? Dia merasa aman disini tapi dia masih merasa takut. Biar bagaimanapun tempat ini adalah tempat asing baginya. Kini Tiffany tidak ada bersamanya, dan tampaknya tidak ada manusia didekatnya.     

Katie menghela napas mengerling kesekelilingnya. Jika dia hanya diam saja, dia tidak akan menemukan jalan keluar. Akhirnya.. dia memutuskan untuk berjalan mengikuti hembusan angin. Entah kenapa dari tadi angin terus menari didepannya seolah ingin menuntunnya ke suatu tempat.     

Setelah berjalan beberapa menit, Katie melihat sebuah rumah klasik zaman penjajahan dulu. Dengan langkah yang lebih cepat, Katie segera berjalan menuju ke rumah itu.     

Katie mengetuk pintu beberapa kali berharap penghuninya bisa keluar menemuinya. Setidaknya dia bisa menemukan manusia di tempat aneh ini. Jika ada manusia bersamanya, Katie tidak akan terlalu takut atau gelisah.     

Sayangnya.. tidak ada yang membukakan pintu. Katie mencoba memanggil pemilik rumah berulang kali tapi tidak ada jawaban.     

Pada akhirnya, Katie memberanikan diri untuk membuka pintu yang ternyata tidak dikunci sama sekali.     

Ada perasaan bersalah di hatinya karena telah memasuki sebuah rumah tanpa izin. Tapi dia terpaksa. Dia harus mencari tahu tempat apa ini. Kenapa hanya ada satu rumah di tengah hutan ini?     

Katie mencoba mencari petunjuk dengan melihat hingga ke dalam ujung rumah tersebut. Isi lemari, kamar, serta ruang utama telah dilihatnya dan hasilnya.. nihil.     

Dia tidak menemukan apapun. Tidak ada petunjuk satupun yang bisa dijadikan jalan keluar. Tidak ada satupun manusia yang ditemuinya. Anehnya, dia merasa seperti ada seseorang yang menatapnya.     

Siapa? Siapa yang mengawasinya?     

Katie berjalan kembali menuju ke ruang utama dengan pelan. Perasaan sedang diawasi sepasang mata semakin kuat dirasanya. Siapa yang tengah mengawasinya?     

Katie segera berbalik takut kalau akan ada orang yang muncul dan menyerangnya tiba-tiba dari belakang.     

"..."     

Kosong.     

Tidak ada satupun disana, lalu tiba-tiba...     

KRING! KRING!     

Katie langsung melonjak kaget mendengar sebuah suara dari ruang tamu. Jantungnya berdebar dengan cepat seperti habis melihat zombie.     

Inilah sebabnya dia sama sekali tidak suka melihat film horor. Untung saja hari masih siang, sehingga dia bisa cepat menenangkan dirinya.     

Katie kembali berjalan menuju ke sumber suara tersebut. Ternyata yang sedang berbunyi adalah sebuah pesawat telepon kuno.     

Katie bertanya-tanya, apakah dia boleh mengangkatnya? Bagaimana kalau yang menghubungi adalah Tiffany?     

Katie masih ingat penjelasan Stanley saat pertama kali dia memakai gelang 'Tiffany'. Walaupun dia melepaskan gelangnya, Tiffany tidak akan pergi dari sisinya. Stanley juga memperingatkannya untuk tidak kaget kalau seandainya ada telepon umum berdering untuk mencarinya.     

Akhirnya, Katie memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut. Hanya saja dia tidak bersuara dan menempelkan teleponnya ke telinganya. Dia ingin mendengar suara penelpon terlebih dahulu.     

"Katie!"     

"Tiffany!" seru Katie merasa lemas karena sangat lega. "Kupikir aku sendirian disini."     

Tiffany tertawa kecil. "Tentu saja tidak. Sayangnya tempat ini sangat minim dengan alat elektronik. Tidak ada kamera, sinyal wifi ataupun hape. Aku juga tidak bisa keluar dari tempat ini."     

"Apa maksudmu?"     

Kemudian Tiffany menjelaskan kejadian semalam. Disaat Katie jatuh pingsan, ada sebuah kabut yang menghalangi jalannya frekuensi sinyal Tiffany. Tiffany sempat off dan tidak tahu apa yang terjadi pada Katie.     

Tiba-tiba saja mereka sudah berada di tempat lain yang tidak dikenalnya begitu Tiffany kembali on.     

"Satu lagi, seekor tupai mengambil gelang serta tasmu dan menyembunyikannya di pohon rumahnya."     

"Ha?"     

Katie menggeleng pasrah. Kenapa binatang tupai suka sekali mencuri? Merepotkan saja!     

"Kau tahu dimana letak pastinya?" tanya Katie.     

"Tentu saja. Aku bisa memberitahumu. Tidak jauh dari tempatmu bangun tadi."     

Setelah mencoba mengingat arahan yang diberikan Tiffany, Katie keluar dari rumah tersebut dan kembali menelusuri jalanan yang dilaluinya.     

Begitu tiba di tempatnya tadi, Katie segera mencari pohon yang dimaksudkan Tiffany. Dan sesuai yang dikatakan Tiffany, ada sebuah lubang besar di salah satu pohon.     

Katie bisa saja memanjat pohon tersebut dengan mudah dan mengambil kembali gelangnya. Tapi... pakaiannya saat ini tidak memungkinkannya untuk memanjat apapun.     

Katie mengerling ke arah sekelilingnya memastikan tidak ada siapa-siapa disana. Akhirnya Katie tidak peduli dan mulai mengangkat sebelah kakinya untuk memanjat sama sekali tidak peduli ada hawa dingin yang dirasakan masuk disekitar pahanya.     

Benar. Saat ini Katie masih menggunakan gaun formal hijau selutut yang digunakan untuk menghadiri acara pemberkatan cucu Tuan Besar Tettero.     

Jika ada orang lain yang melihat, image Katie sebagai seorang wanita anggun pasti hancur. Namun Katie sama sekali tidak peduli dengan imagenya. Dia hanya fokus mendapatkan gelangnya. Lagipula tidak ada siapa-siapa disini, sehingga dia bisa bergerak dengan bebas.     

Begitu tangannya bisa menjangkau lubang yang diduganya adalah rumah bagi binatang pencuri tersebut, Katie segera memasukkan tangannya untuk meraba sambil mencari gelangnya.     

Untung saja pemilik rumah sedang pergi, kalau tidak Katie harus menggunakan nyanyian untuk membujuk tupai agar mau mengembalikan gelangnya. Saat ini Katie tidak ada mood untuk menyanyi ataupun menyenangkan para binatang disekitarnya.     

Dia hanya ingin kembali pulang. Dia ingin bertemu dengan Kinsey dan menghadapi pria itu secara langsung. Dia tidak mau terus-terusan bersedih seperti enam tahun lalu. Dia tidak mau lagi ada jurang yang membuat mereka berpisah.     

Kali ini, kalaupun mereka harus berpisah.. Katie ingin mengakhirinya dengan baik.     

Satu-satunya cara untuk mencari jalan keluar dari tempat ini adalah gelang itu. Tiffany bisa membantunya untuk pulang.     

Setelah meraba seisi dalam lubang tersebut, akhirnya Katie mendapatkan gelangnya. Katie menarik kembali tangannya beserta gelangnya. Matanya bersinar begitu mendapatkan gelang miliknya.     

JLEB!     

"Aaaa!!" secara refleks, gelang yang dipegangnya terlepas dan jatuh ke bawah.     

Seseorang melempar belati ke arahnya dan menembus tangannya membuat Katie berteriak kesakitan.     

Kedua kakinya yang mencoba bertahan di cabang pohon menjadi lemas dan kini Katie jatuh ke bawah tanpa persiapan apapun.     

Katie menatap pelaku yang melemparinya pisau dengan tatapan kesal. Siapa? Siapa orang itu? Kenapa orang itu menyerangnya tanpa sebab?     

"Kukira kau tidak akan pernah bisa datang kemari. Aku sudah mulai bosan menunggumu." sahut orang itu.     

Katie menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit pada tangannya yang masih tertancap belati kecil.     

"Kenapa kau menyerangku? Apa yang kau inginkan?"     

Orang tersebut tersenyum licik dan aura disekitarnya mengandung bahaya.     

Katie langsung bersikap waspada dan tanpa disadarinya dia membangun sebuah pertahanan mengelilingnya. Saat itulah dia kembali melihat warna. Sama seperti saat dia melihat warna abu-abu pada Stanley atau ungu pada Tanya, dia juga bisa melihat warna pada orang itu.     

Hanya saja.. warna yang dilihatnya kali ini berwarna hitam. Hitam pekat. Katie bahkan nyaris melihat seperti ada monster diantara warna hitam yang berkobar-kobar seperti api mengeliling tubuh orang itu.     

Orang ini ingin membunuhnya! Katie tidak tahu bagaimana caranya, tapi dia bisa merasakan orang ini ingin sekali membunuhnya.     

"Kenapa kau menyerangku? Aku tidak melakukan apa-apa hingga membuatmu ingin membunuhku." desis Katie mencoba mencari tahu alasan orang ini yang tampak begitu membencinya.     

"Jawabannya sangat mudah. Itu karena kau adalah.... anak yang dilahirkan Keisha, wanita pelacur itu."     

"!?!?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.