Kedatangan Dieter
Kedatangan Dieter
Namun apa yang mengejutkannya adalah tidak hanya suara berisik didengarnya, tapi aroma asap tercium oleh hidungnya.
Stanley segera berjalan cepat menuju sumber asap tersebut dan melihat Meisya sedang kebingungan di dapur.
"Apa yang kau lakukan?"
Meisya menghela napas pasrah ketika melihat Stanley menghampirinya.
Beberapa potongan kentang besar berubah menjadi tak berbentuk di atas wajan. Sementara pecahan telur menumpuk di keranjang sampah. Belum lagi potongan sayur yang berantakan mengotori meja dapur mereka.
Untuk sesaat Stanley hampir mengira dapur mereka habis dilanda bencana hebat.
"Maaf. Tadinya aku ingin menyiapkan sarapan. Tapi sepertinya aku benar-benar payah."
Stanley tersenyum kecil melihat ekspresi frustrasi Meisya. Gadis ini benar-benar menggemaskan disaat putus asa. Wajahnya yang kalut dan frustrasi justru meningkatkan kecantikan gadis itu.
"Kemarilah. Biar aku yang membereskannya."
"..." Meisya tidak bergerak dan tampak ragu-ragu.
"Ada apa?"
Meisya membuka telapak tangannya membuat Stanley bisa melihat ada sebuah garis tipis bewarna merah menghiasi jari telunjuk Meisya.
Stanley segera menghampirinya dan menyelidiki luka yang tidak lain luka akibat tergores pisau.
"Kau terluka? Meimei, mulai sekarang kau dilarang masuk ke dapur."
"Ha?"
Tanpa menunggu lagi Stanley menarik Meisya keluar dapur dan langsung mengobati lukanya. Setelah itu barulah Stanley merapihkan keadaan dapur yang seperti habis terjadi perang dunia.
Meisya menggigit bibirnya merasa bersalah. Dia menghampiri Stanley untuk membantunya tapi dilarang Stanley dan mengancamnya akan menindasnya kalau dia melangkah lebih dalam lagi.
Meisya terdiam dan hanya memandang Stanley membersihkan keadaan dapur dengan perasaan bersalah.
Meisya lebih merasa bersalah lagi disaat dia malah mengagumi otot Stanley yang sedang mengangkat panci berat atau disaat meletakkan piring di rak tinggi. Pria itu telah menggulungkan lengan bajunya hingga di atas siku, sehingga Meisya bisa melihat otot kekar suaminya.
Meisya tidak pernah melihat orang memakai pakaian berlengan pendek. Didalam istana semua orang selalu memakai pakaian rapi berlengan panjang.
Sewaktu Meisya menyelinap keluar dan pergi Munchen sekalipun, dimana-mana semua berlengan panjang karena suhu yang dingin.
Stanley sendiri selalu berpakaian yang menutupi seluruh tubuhnya. Malahan dia akan memakai jaket yang sangat tebal saat keluar rumah. Tampaknya pria itu juga tidak tahan terhadap suhu dingin.
Ini pertama kalinya dia melihat tangan serta otot maskulinnya tanpa sehelai kain. Hal ini membuatnya berdebar-debar dan wajahnya terasa panas.
Entah berapa lama Stanley membersihkan 'kehancuran' dapurnya ketika merasakan seseorang tengah memandangnya. Tentu saja dia tahu siapa yang memandanginya, namun dia tidak menoleh dan sibuk mengembalikan keadaan dapurnya seperti semula.
Cukup puas dengan hasilnya, Stanley mengambil masakan yang dimasak Meisya sebelumnya. Dengan begitu ahli, Stanley mengubahnya dengan masakan yang bisa dimakan. Meisya bahkan tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
Kentang yang tadinya tidak berbentuk dan agak gosong, kini berubah menjadi kentang kecil-kecil yang menghiasi berbagai macam sayuran.
Hanya dalam waktu lima menit, Stanley mengubah masakan 'gagal' Meisya menjadi salad sederhana ala Stanley. Kemudian, Stanley membawa dua mangkuk salad buatannya ke ruang makan dan meletakkannya diatas meja.
"Ayo makan dulu. Jika masih lapar, kita akan makan di luar." sahut Stanley sambil menggenggam tangan istrinya.
"Kau.. tidak marah?"
"Aku marah." jawab Stanley datar.
"Maaf."
"Lain kali kalau aku melihatmu terluka karena ceroboh, aku akan menghukummu."
Ha? Stanley marah karena dia melukai dirinya sendiri? Meisya mengira suaminya marah karena telah memporak-porandakan keadaan dapur mereka.
"Uhm. Kau tidak marah aku membuat dapur kacau?"
Stanley tertawa kecil mendengarnya. "Tidak hanya dapur, kau boleh membuat kacau kamarku. Khususnya di atas tempat tidurku."
Satu kali, dua kali.. disaat Meisya mengerti maksud tersembunyi suaminya, wajahnya kembali memerah.
"Kau.. Dasar mesum!"
Stanley tertawa kecil sambil menikmati saladnya tanpa melepaskan pandangan jahil ke arah Meisya.
Meisya hanya cemberut saat menyuapkan sesendok salad kedalam mulutnya. Di luar dugaannya, kentang gosong buatannya terasa enak dilidahnya. Meisya sama sekali tidak menyangka suaminya tidak hanya jenius dalam pemograman, tapi pria itu juga pandai memasak?
"Aku tidak tahu kalau kau bisa memasak. Kupikir hanya Angel yang bisa memasak."
"Aku tidak punya orang tua atau pengasuh. Hidup seorang diri selama bertahun-tahun membuatku mandiri."
Meisya terdiam mendengarnya. Ini pertama kalinya Stanley cerita mengenai dirinya. Pandangan Meisya melembut serta terlihat sebuah pancaran kasih pada matanya membuat hati Stanley menghangat.
"Pasti sangat berat untukmu. Maaf, aku tidak bisa membantu apa-apa. Aku merasa tidak berguna."
Padahal Meisya ingin bisa melakukan sesuatu untuk suaminya. Stanley sudah cukup membuatnya bahagia meski pria itu tidak pernah bilang bahwa pria itu menyukainya. Tapi setidaknya, Stanley sudah berusaha keras untuk menyenangkan hatinya.
Karena itulah, dia bangun pagi-pagi untuk memberi kejutan dengan mencoba memasak. Sayangnya, percobaannya gagal total. Suaminya malah memberinya larangan keras untuk tidak masuk ke dapur.
"Meimei, kau tidak perlu melakukan apa-apa. Sebagian besar hidupku dikelilingi dengan program buatanku. Aku jarang keluar ataupun bergaul dengan lainnya. Kalaupun aku bertemu dengan orang luar, aku hanya bisa bersandiwara demi mencapai tujuanku sendiri. Aku memang punya sosok seorang ayah, tapi kami jarang bersama karena beliau juga sibuk dengan pekerjaannya."
"Karena itu, dengan kau ada disini, selalu berada disisiku sudah lebih dari cukup. Keberadaanmu dihidupku jauh lebih berharga daripada emas dan perak. Aku sangat bahagia kau bersedia menikah denganku." lanjutnya sambil menggenggam tangan Meisya.
Meisya kembali merona. "Uhm.. bukankah kau yang bersedia menikah denganku?"
"Kau tidak bersedia menikah denganku?"
"Bukan, bukan itu maksudku. Tentu saja aku..." Meisya segera merapatkan bibirnya menghentikan kalimatnya. Dia sadar suaminya mulai kumat menjahilinya. "Kau menindasku lagi." Meisya memasang wajah cemberut begitu melihat senyuman lebar dan kilatan jahil pada suaminya. "Apakah itu akan membunuhmu kalau kau berhenti menindasku?"
"Tentu saja tidak. Tapi itu akan membuat kesenanganku berkurang."
Meisya semakin cemberut dan menolak menatap suaminya. Melihat sikap menggemaskan istrinya, Stanley tertawa kecil. Dia tahu Meisya tidak benar-benar marah padanya. Buktinya, tangan Meisya masih betah didalam genggamannya.
Ting!
Tidak lama setelah mereka menghabiskan salad, sebuah notif muncul di smartphone Stanley.
"Mereka datang tepat waktu." ujar Stanley sambil memandangi ponselnya dengan senyuman miring.
"Siapa?"
Stanley masih tersenyum penuh arti ketika mereka mendengar suara mobil yang berhenti didepan rumah.
"Sayang, Raja Dieter sudah datang." ucap Selenka memberitahu pemilik rumah.
"Dieter? DIETER?!"
"Benar. Kakakmu sudah di luar. Kurasa dia harus tahu kalau kau sudah menikah kan?"
"Stanley, bisakah kau menemuinya dulu? Beri aku waktu sepuluh menit.. tidak lima menit. Lima menit lagi aku akan turun." ujar Meisya terburu-buru sambil bangkit berdiri dan langsung menghambur ke lantai dua.
Untuk kesekian kalinya Stanley sama sekali tidak mengerti isi pikiran istrinya. Pada akhirnya Stanley hanya mendesah pasrah. Kalau bisa.. dia tidak ingin bertemu dengan penguasa Prussia dari keluarga manapun.
Apalagi, penguasa Prussia ini bukan orang sembarangan. Dieter adalah salah satu anggota BZO dan juga... host dari Alpha.
Bagaimana bisa Stanley mengetahuinya? Murni sebuah kebetulan.
Semenjak Meisya diculik oleh Peskhov, Stanley menyuruh Bella untuk memantau istana secara menyeluruh. Beda dengan Audrey, sinyal Bella sangat halus hingga tidak bisa dilacak oleh hackers manapun. Dia yakin BZO tidak akan menyadari 'kehadiran' Bella.
Dia merasa curiga kalau Dieter sengaja menyingkirkan Meisya dengan mengirim Peskhov ke Belanda. Karena itulah dia ingin mengetahui pergerakan Dieter.
Diluar dugaannya, Bella menangkap orang berpakaian serba hitam berbicara dengan Alpha. Detik berikutnya Dieter mulai menunjukkan taringnya dan mengungsikan janda permaisuri dari istana.
Kode yang dimaksud orang berpakaian hitam adalah kode enkripsi yang sengaja dikirim Stanley khusus untuk BZO. Dia hanya ingin memberi peringatan pada BZO untuk tidak mengawasinya lagi karena kini dia akan serius melindungi Meisya.
Siapa yang mengira kode tersebut malah dilaporkan pada Dieter?
Sedari awal, tidak ada satupun yang mengerti kenapa BZO sangat melindungi Meisya daripada Katie. Rupanya Dieter host dari Alpha yang kelihatannya sangat menyayangi Meisya merupakan salah satu anggota BZO.
Ugh! Tidak masalah kalau Kinsey yang menjadi host dari Luna. Karena Kinsey adalah sepupunya, dan dia tidak memiliki perasaan apapun terhadap Katie.
Tapi kalau Dieter...
Stanley hanya bisa mengambil napas panjang sebelum membuka pintu dan menyapa 'tamu agung'nya dengan senyuman palsunya.
"Selamat datang." Stanley berusaha bersikap ramah.
"..."
Stanley sungguh berusaha untuk tetap tenang ketika Dieter menatapnya dari atas hingga ke bawah seolah sedang menyelidikinya.
"Dimana adikku?"
"Dia akan turun lima menit lagi."
Dieter tersenyum miring yang sangat tidak disukai Stanley. Jelas sekali Dieter sama sekali tidak menyukainya. Yah, dia juga tidak menyukai Dieter.
"Berhati-hatilah, mungkin dia akan menghilang suatu saat nanti. Jika kau membuatnya menangis, aku pastikan kalian berpisah saat itu juga."
Ujung bibir Stanley yang tengah tersenyum berkedut. Apa dia baru saja diancam? Dia sungguh berusaha bersikap ramah, tapi raja arogan ini sama sekali tidak mau bekerja sama.
Akhirya Stanley menghapus senyuman palsunya dan bersikap dingin sesuai keinginannya.
"Sayang sekali. Aku jelas sudah memperingatkan kalian untuk tidak menyentuh kami. Jika aku mau, aku bisa menghancurkan sistem pertahanan kalian. Apa itu yang kau mau, Yang Mulia Dieter?" Stanley menekankan suaranya disaat dia memanggil nama Dieter.
Dieter tampak terkejut mendengarnya, kemudian tertawa terbahak-bahak membuat Stanley mengernyit.
"Jadi kau sudah tahu. Sepertinya aku meremehkanmu. Rekanku bilang kau tidak sehebat Zero sebelumnya."
Stanley mendengus cuek mendengar kalimat itu. Lalu keduanya mendengar suara langkah kaki yang menuruni tangga kayu disusul dengan suara merdu yang dikenal mereka berdua.
"Dieter." suara pada Meisya tidak terdengar ceria ataupun antusias. Malahan terdengar sangat normal nyaris seperti tidak berekspresi. Namun Stanley masih mengenali kilatan pancaran bahagia menghiasi mata coklat istrinya begitu melihat wajah Dieter.
Stanley juga menyadari sesuatu. Gadis itu memakai make up. Memang tidak berlebihan, tapi apakah perlu berdandan untuk menyambut kedatangan seorang kakak?
Kecuali.. Dieter bukan kakaknya? Bagaimana kalau ayah kandung Meisya-Katie bukan raja sebelumnya? Berarti Dieter dan Meisya sama sekali tidak memiliki hubungan darah?!
Tidak ada yang bisa menjamin kalau Dieter tidak jatuh cinta pada Meisya. Apalagi pikirannya sudah menyatu dengan Alpha yang berarti perasaannya terhadap seseorang akan semakin kuat tiap harinya.
Memikirkan ini membuat Stanley semakin murung. Perasaannya semakin berat dan bayangan trauma akan masa lalu kembali menghampirinya.