Spin-Off
Spin-Off
"Hunter?"
"Hm. Aku disini."
"Aku ingin pulang. Biarkan aku kembali pada keluargaku."
"Hm. Aku akan mengantarmu pulang setelah kau sehat."
"Apakah itu berarti kita tidak akan bertemu lagi?"
"Kau bisa menghubungiku. Aku akan menemuimu kapanpun kau mau."
"Benarkah?"
"Aku juga akan membawakanmu oleh-oleh. Hubungi aku dan aku akan berlari padamu."
"Seberapa besar dari ucapanmu yang benar? Ataukah itu hanya kalimat untuk menghiburku sementara waktu?"
Stanley mengecup punggung tangan Meisya dengan lembut. "Semua yang kukatakan barusan adalah benar. Aku serius dengan ucapanku."
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Selama ini kau menindasku dan menghindariku. Lalu mengucapkan serentetan kalimat yang menyakitkan. Apa kau tahu aku menangis sendirian setelahnya?"
"Maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi. Tidurlah. Kita akan bicara besok pagi."
"Kau akan menghilang jika aku tidur. Kau tidak pernah bersikap manis seperti ini padaku."
"Beritahu aku apa yang kau inginkan. Aku akan mengabulkan permintaanmu sebagai bukti bahwa aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku."
"Benarkah?"
"Benar."
"Aku bisa minta apa saja?"
"Apa saja."
"Kalau begitu, aku ingin kau menikah denganku."
"Selenka, tadi dia bilang apa?"
"Tadi dia bilang dia ingin kau menikah dengannya."
"Kau tidak mau?... Hunter?"
"Meimei, kau setengah tidak sadar sekarang. Ucapanmu mulai melantur kemana-mana. Sebaiknya kau cepat tidur."
"Aku tidak mau. Bagaimana kalau kau pergi begitu aku tidur? Bagaimana kalau mereka menangkapku lagi? Bagaimana kalau aku terbangun di tempat asing lagi? Aku takut."
"Kau aman disini. Aku tidak akan kemana-mana. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu lagi. Jadi, sekarang tidurlah. Hm?" Stanley mengusap lembut puncak kepalanya berusaha membujuk Meisya untuk lekas tidur.
"Kau begitu baik padaku, kenapa tidak mau menikah denganku? Kita bisa bercerai sewaktu-waktu jika kau tidak tahan denganku."
"Meimei, apa menurutmu pernikahan itu sebuah permainan? Kau tidak bisa mengatakan cerai begitu saja. Menikah sangat berbeda dengan berganti pakaian yang bisa dibuang lalu ganti yang baru."
"Orang lain bisa melakukannya."
"Aku tidak peduli dengan orang lain. Semua keluargaku hanya menikah satu kali seumur hidup mereka. Kalaupun aku akan menikah, aku ingin seperti mereka. Lagipula, kenapa tiba-tiba kau ingin menikah?"
"Hanya itu satu-satunya cara lepas dari nama Heinest. Jika aku menikah dengan orang pilihanku sendiri, secara otomatis, Heinest akan menghapus namaku dari silsilah keluarga."
Stanley tampak termenung sesaat, kemudian..
"Baiklah, aku akan menikah denganmu. Tapi aku tidak ingin ada perceraian diantara kita."
"Kenapa? Kau bisa jatuh cinta pada gadis muda dan menikahinya suatu saat nanti. Tidak perlu terikat denganku hanya untuk menolongku."
Stanley menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mudah jatuh cinta. Aku yakin sekali tidak akan jatuh cinta pada wanita. Tapi aku tidak akan menutupi hatiku. Jika kita menikah, aku akan membuka hatiku. Bila aku jatuh cinta padamu, aku akan menerimanya dan mengakuinya. Lagipula..." Stanley mengelus pipi Meisya dengan penuh kasih, "Tidak sulit untuk jatuh hati padamu. Bahkan saat ini, mataku hanya tertuju padamu."
"Hmm?" Meisya hanya bergumam karena menikmati elusan sayang di pipinya. Merasakan sentuhan lembut membuatnya semakin mengantuk dan tidak bisa menahan kelopak matanya lebih lagi.
"Aku tidak tahu apakah yang kurasakan ini adalah cinta atau bukan, tapi aku ingin mengatakannya. Meimei, aku menyukaimu."
Tepat disaat Stanley selesai mengucapkannya, kedua mata Meisya terpejam dan napasnya kembali teratur menandakan dia telah tertidur.
Stanley tersenyum hangat melihat Meisya kembali tertidur pulas. Dia berharap setelah ini tidak ada mimpi buruk lagi yang menggangu tidur gadis itu.
"Selenka, berapa besar kemungkinan dia akan mengingat ini?"
'Ini' yang dimaksud Stanley adalah percakapan mereka barusan. Dia menduga dengan kondisi lemah Meisya saat ini, gadis itu tidak akan ingat percakapan mereka. Bahkan ungkapannya tadipun bisa menjadi sia-sia belaka.
"Kemungkinannya sangat kecil sayang. Mungkin dia akan ingat disaat tubuhnya pulih, tapi itu membutuhkan waktu. Bisa jadi, dia juga sama sekali tidak akan ingat."
"Hm. Aku mengerti."
Tidak masalah jika Meisya tidak mengingatnya. Dia sudah menyakiti hati gadis itu dengan ucapannya. Kali ini dia akan menyirami gadis itu dengan curahan hatinya melalui tindakan sebelum mengutarakan perasaannya.
"Mimpi yang indah, my sweet princess." bisik Stanley sebelum mendaratkan bibirnya di kening Meisya.