Keterlaluan!
Keterlaluan!
Pandangan itu merupakan suatu keajaiban bagi Meisya. Selama ini tidak ada yang mau mendekati Alpha ataupun berani menyentuh kepala serigala merah jantan yang tidak bisa diprediksi moodnya.
Siapa pemuda itu? Meisya sangat penasaran dan berharap pemuda yang tengah memunggunginya berbalik ke arahnya. Seolah mendengar harapannya, pemuda itu menoleh kearahnya membuat Meisya terkejut dan terbangun dari tidurnya.
Mimpi? Apakah tadi dia bermimpi? Lagipula kenapa dia memimpikan kebersamaan Alpha bersama Dieter, kakak tirinya? Anehnya, dimimpinya Dieter masih terlihat sangat muda. Seperti disaat pria itu masih kuliah sementara dirinya sendiri masih berusia belasan tahun.
Kenapa dia bermimpi seperti ini? Apakah dia merindukan masa-masa kecilnya disaat dia bermain bersama dengan Dieter dan Leonard?
Dua kakaknya sangat menyayanginya dan selalu menemaninya bermain. Mereka juga yang membelanya bila ada yang berusaha meledeknya atau menindasnya. Namun disaat Dieter dipilih sebagai putra mahkota, waktu kebersamaan mereka semakin berkurang. Hubungan diantara mereka juga semakin jauh karena Dieter harus mempersiapkan diri untuk menjadi raja berikutnya menggantikan ayah mereka.
Meisya mendesah pelan sadar dia memang merindukan masa kanak-kanaknya dimana dia, Dieter, Leonard serta Adrianna bermain bersama. Dulu Adrianna tidak bersikap ketus atau jahat padanya. Entah kenapa kini yang tersisa hanyalah Leonard yang berdiri memihaknya.
Meisya bangun untuk duduk di ranjangnya yang langsung disusul dengan erangan sakit di kepalanya. Secara refleks, Meisya memegangi kepalanya. Entah kenapa dia merasa tak bertenaga dan pandangan yang dilihatnya seperti bergoyang seolah ada gempa disekitarnya.
Lalu Meisya menyadari bahwa ruangan disekitarnya bukanlah kamarnya yang biasa. Dimana ini?
Meisya berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin. Dia ingat dia menangis karena patah hati, kemudian...
Wajahnya seketika memucat begitu sekelebat memori muncul dibayangannya. Detak jantungnya memburu tidak karuan serta napasnya tak bisa dikendalikannya.
Peskhov datang menjemputnya? Dan pria tua itu berusaha memperkosanya??
Meisya merasa pusing dan kedua tangannya melingkar ke tubuhnya sendiri seperti sedang berusaha melindunginya dari sesuatu.
Perasaan mengerikan itu.. perasaan ketika kulitnya disentuh oleh orang itu membuatnya bergetar ketakutan. Bagaimana bisa.. dia menikmati sentuhan itu? Otaknya jelas tidak menyukainya! Bahkan hatinya menjerit untuk memberontak, tapi kenapa tubuhnya bereaksi berlawanan?
Sebenarnya apa yang terjadi pada tubuhnya? Dan juga dimana ini? Apakah mungkin... dia.. Meisya sudah.. tidak suci lagi? Apakah dia dan Peskhov melakukan hubungan badan??
Air mata Meisya kembali mengalir tanpa dapat ditahan. Dia merapatkan bibirnya agar isakannya tidak keluar dan menarik perhatian siapapun yang mengurungnya di kamar ini.
"Meimei, tenanglah. Kau aman disini."
Seolah disentak keluar dari keputusasaannya, Meisya segera mendongak mencari sumber suara barusan.
"Selenka?" nada Meisya terdengar penuh harap. Dia berharap suara tadi memang adalah Selenka.
"Iya, ini aku. Sekarang kau ada rumah. Kau aman sekarang. Jadi jangan menangis ya Kau juga tidak perlu takut lagi. Sayangku sudah membalas perbuatan orang bejat itu padamu. Jangan takut lagi ya."
Meisya tidak pernah mendengar suara Selenka yang bisa begitu terdengar lembut dan menenangkan seperti ini. Dengan ajaibnya, tubuh Meisya tidak legi gemetar dan jantungnya kembali berdetak dengan normal.
"Lalu ini dimana? Ini bukan kamarku kan?"
"Kau ada di kamar sayangku. Disini aku bisa melihat kondisimu dengan leluasa. Kalau di kamarmu, aku tidak akan bisa melihatmu atau mengetahui kondisimu. Karena kau sudah bangun, apa kau ingin makan? Sayangku dan Angel sedang di dapur sekarang menyiapkan makan malam untukmu."
"Makan malam? Aku tertidur berapa lama?"
"Sekitar lima belas jam."
"lima belas jam!?"
Meisya segera bangkit berdiri namun langsung terjatuh dan kembali berbaring di ranjang begitu merasakan pusing kembali menyerang kepalanya.
"Hei, tenanglah. Kemarin seorang dokter mengeluarkan semua cairan dari dalam tubuhmu. Karena itu kau kekurangan cairan sekarang sehingga badanmu sangat lemah. Kalau kau langsung bergerak seperti itu, tubuhmu tidak akan kuat. Aku akan memberitahu sayangku dulu."
"Tunggu.." sebenarnya Meisya tidak ingin bertemu dengan Hunter. Dia ingin Selenka memanggil Angel saja daripada Hunter. Tapi Selenka sudah keburu menghilang dan tidak menjawab panggilannya.
Jantungnya berdebar keras saat pintu kamar diketuk sebanyak tiga kali. Jantungnya semakin liar saat pintu terbuka dan secara perlahan wajah Hunter terlihat dengan jelas.
"Hei, kau sudah bangun."
Meisya mengernyit waspada melihat senyuman lebar Hunter yang terkesan berlebihan. Apalagi yang direncanakan pria ini? Apakah orang ini masih belum puas menyakiti hatinya?
"Bagaimana perasaanmu?"
Meisya terpaku dan tidak berani bergerak ketika Hunter menyentuh dahinya dan mengesampingkan sebagian rambutnya di belakang daun telinganya.
Sekilas dia teringat dia merasa ketakutan disaat Peskhov menyentuhnya. Dia mengira dia juga akan merasakan ketakutan yang sama ketika Hunter menghampirinya dan menyentuhnya. Anehnya, dia tidak merasa takut.
Jantungnya memang berdebar kencang, tapi bukan karena takut. Entah kenapa sentuhan pada didahinya malah membuatnya nyaman dan damai di hatinya.
"Kemarin, Tuan Peskhov membawaku pergi, lalu.. aku tidak ingat apa yang terjadi."
Hunter menarik tangannya kembali lalu duduk dengan membawa sebelah kakinya diatas ranjang agar bisa berhadapan dengan Meisya yang masih nyaman berbaring di ranjang.
"Kau tidak perlu mengingatnya. Yang penting, tidak terjadi apa-apa padamu. Kau aman disini."
"Apa.. kau yang menyelamatkanku? Kenapa? Karena pekerjaanmu? Karena misi dari atasanmu?"
"Sepertinya kau sudah sehat melihat kau bisa melontarkan begitu banyak pertanyaan."
"Aku baik-baik saja." ucap Meisya dengan nada meyakinkan.
"Baguslah kalau begitu." sahut Stanley dengan masih senyuman yang sama. Sedetik kemudian senyumannya lenyap seketika digantikan ekspresi marah. "Sekarang, katakan padaku. Atas dasar apa kau keluar tanpa memberitahu Selenka atau Eleanor? Kau bahkan tidak membawa ponselmu?! Aku yakin sekali aku sering mengingatkanmu untuk memberitahu siapapun disini jika kau ingin keluar."
Meisya menarik selimutnya hingga ke atas lehernya sambil bergeser menjauhi Stanley secara perlahan. Entah kenapa melihat ekspresi Stanley saat ini membuatnya ketakutan setengah mati. Orang ini jauh lebih mengerikan dibandingkan Dieter kalau sedang marah padanya.
"Ma..maaf. Kupikir karena dekat, aku akan baik-baik saja." jawab Meisya sambil mengerling ke arah manapun selama bukan ke arah Stanley. Dia terlalu takut melihat ekspresi Stanley sekarang.
Stanley menyadari keresahan dan ketakutan Meisya sehingga hanya bisa mendesah pelan dan kembali berbicara dengan lembut.
"Kau mau makan? Aku membuat spageti bolognese kesukaanmu."
Mendengar nada lembut dari suara Stanley, Meisya berbalik menatapnya dengan bingung. Apakah mood pria ini berubah lagi?
"Aku tidak lapar." ucap Meisya akhirnya.
Stanley memiringkan kepalanya kemudian memasang senyum miring yang membuat bulu kuduk Meisya merinding. Penindasan apa lagi yang direncanakan pemuda ini?
"Kau hanya punya dua pilihan. Berjalan sendiri ke ruang makan, atau aku yang membawamu ke ruang makan?"
Meisya mengerjap beberapa kali berusaha mencerna arti kalimat pria itu. Sementara Stanley merasa geli melihat ekspresi kebingungan pada Meisya. Untuk menjelaskan maksudnya, Stanley bergerak dengan menyusupkan sebelah tangan dibawah bahu Meisya sementara tangan lain dibawah paha Meisya, seolah hendak menggendong Meisya yang membuat Meisya panik.
"Tidak, tidak. Aku bisa berjalan sendiri." ujar Meisya dengan sangat cepat hampir seirama dengan debaran jantungnya.
Sungguh KETERLALUAN!! Jelas-jelas orang ini menolaknya mentah-mentah, kenapa sekarang Stanley bersikap seperti ini? Kenapa Stanley berbuat sesuatu yang membuat Meisya berdebar dan menjadi berharap?
"Kalau begitu, ayo keluar." ucap Stanley santai sambil menegakkan tubuhnya, menunggu Meisya bangkit berdiri.
Dengan ragu, Meisya bangkit dan mencoba beranjak dari ranjangnya. Namun pusing kembali menyerang kepalanya sehingga tubuhnya oleng dan akan terjatuh kalau tidak ditahan Stanley.
"Kau yakin kau bisa berjalan?"
Deg..deg..deg.. Meisya sungguh berharap Stanley tidak mendengar suara jantungnya.
Bagaimana tidak? Saat ini Stanley melingkarkan sebelah tangannya ke pinggangnya sementara tangan lain memegang erat lengannya. Belum lagi suaranya yang lembut berbisik tersirat nada kekhawatiran di telinganya.
Hunter, bukankah kau ingin aku menghentikan perasaanku padamu? Bagaimana aku bisa melakukannya kalau kau bersikap seperti ini? Keluh Meisya dalam pikirannya. Sungguh, rasanya dia ingin menangis saja sendirian.
"Aku bisa jalan sendiri." jawab Meisya lemah sambil melepaskan diri dari rangkulan Stanley dan berjalan keluar kamar tanpa melirik ke arah Stanley sekalipun.
Angel menyambutnya dengan senyuman cerah seperti biasa.
"Bagaimana perasaanmu sekarang, Meimei?"
Meisya sempat melupakan kenyataan kemarin dia telah diculik dan hampir diperkosa oleh Peskhov. Kini setelah ditanyai kondisinya, dia kembali teringat akan kejadian kemari. Apakah dia baik-baik saja?
Meisya ingat Peskhov berkata bahwa kakaknya, Dieter tidak peduli padanya. Apakah itu benar? Apakah Dieter tidak peduli padanya? Jadi kenangan apapun sewaktu mereka masih kanak-kanak dulu sudah tidak berarti bagi Dieter?
Meisya ingat perjodohan pertama kali yang diberikannya oleh Dieter adalah dengan Duke Lascelles. Dieter bicara langsung padanya mengenai pernikahan ini. Meisya tidak menolak maupun tidak mengiyakan perjodohannya. Bahkan Dieter sendiripun, dia tidak memaksanya. Dia hanya memintanya untuk menemui Duke Lascelles satu kali. Jika Meisya merasa tidak cocok, maka Dieter berhenti menjodohkannya dengan sang Duke.
Namun entah kenapa tiap kali ada rencana pertemuan antara sang Duke dengan dirinya selalu saja ada rintangan. Sehingga sampai detik ini, Meisya sama sekali tidak tahu orang seperti apa Duke Lascelles itu. Dia hanya melihat wajah Duke dari foto.
Duke tersebut memang tampan bahkan terlihat bugar di usia pertengahan tiga puluhan. Meisya memang tidak keberatan bertemu dengan calon yang akan dijodohkannya. Alas, tidak ada yang tahu kenapa hari pertemuan yang direncanakan selalu terjadi musibah tak terduga sehingga pertemuan mereka harus dibatalkan.
Karena itu Meisya tidak berharap banyak tentang perjodohan ini.
Lalu tiba-tiba saja, calon jodohnya diubah tanpa pemberitahuan. Bahkan Dieter sama sekali tidak memberitahunya.
Sebelumnya dia memang pernah bertemu dengan Alexsei Peskhov disaat pesta perayaan ulang tahun Dieter yang ke empat puluh. Dia sama sekali tidak suka Peskhov karena selalu berusaha menempel padanya. Kalau bukan Leonard yang menjadi pelindungnya, tangan pria tua itu sudah pasti jelalatan menjelajahi tiap lengkuk tubuhnya yang bisa disentuh pria hidung belang itu.
Itu sebabnya, begitu dia mendengar dia harus menemui Alexsei Peskhov di Oberpflaz, dia menolak untuk pergi. Untungnya.. dia 'diculik' oleh Hunter malam harinya membuatnya tidak perlu mengkhawatirkan dirinya akan dihukum oleh Dieter karena memberontak.
Oberpflaz.. Bukankah Oberpflaz wilayah kekuasaan Lemar Delcrov? Kemarin Peskhov juga bilang bahwa Lemar yang membantu orang itu untuk menculiknya? Tidak salah lagi, Lemar membantu Peskhov atas perintah janda permaisuri.
Hati Meisya menjadi menciut menyadari kenyataan ini. Jika Dieter tidak peduli padanya, sementara Leonard tidak bisa menolongnya; siapa yang akan menghindarkannya dari cengkeraman janda permaisuri?