My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Kediaman Tettero



Kediaman Tettero

2Selama perjalanan menuju ke kediaman Tettero, Katie melihat layar ponselnya dengan cermat. Entah bagaimana caranya, 'Tiffany' telah menginstal sebuah applikasi yang tidak dikenalnya. Kemudian disana dia diperlihatkan berbagai wajah yang akan datang di acara pemberkatan cucu Tuan Besar Tettero yang berusia satu bulan.     

Meski dia tidak begitu ahli dalam mengingat banyak wajah sekaligus, namun setidaknya dia bisa bersiap diri.     

Pimpinan kaum Vangarians bernama Lemar Delcrov serta Pangeran ketujuh dari istana Heinest. Katie berusaha mengingat wajah kedua orang ini agar dia tidak melakukan kesalahan saat mereka mendatanginya tanpa diduganya. Walaupun nantinya dia akan lupa dengan wajah mereka, Tiffany akan selalu siap sedia mengingatkannya.     

Lemar yang memasuki usia enam puluh tahun tampak masih segar dan kuat. Bahkan melalui foto sekalipun, Katie bisa merasakan keangkuhan serta kesombongannya. Jenis orang yang sangat ingin sekali dihindarinya. Terlebih lagi.. Orang ini sangat ingin sekali menangkapnya dan membunuhnya.     

Sementara pangeran Leonard.. dia terlihat tampan dengan rambut coklat kayu serta mata coklat gelap. Tapi ketampanannya tidak sebanding dengan Kinsey.     

Katie menggelengkan kepalanya menyadari apa yang dipikirkannya. Kenapa sekarang dia malah membandingkan pria lain dengan Kinsey? Tadi pagi dia juga sempat berpikir hal yang sama terhadap Stanley.     

Dia sempat berpikir Stanley adalah Kinsey kalau tidak sedang melihat wajahnya. Warna rambut, mata serta postur tubuh keduanya sangat mirip. Hanya wajahnya saja yang sangat berbeda.     

Katie menghembuskan nafas lagi-lagi dia membandingkan seorang pria dengan kekasihnya.     

"Tuan Kinsey memang memiliki ketampanan yang sempurna ya."     

Katie melonjak kaget mendengar suara di kepalanya. Bahkan dia melempar ponselnya ke tengah udara membuat Honda mengernyit. Meski bingung dengan tingkah lakunya melalui kaca spion tengah, Honda tidak bertanya apa-apa dan tetap fokus pada jalanan di depannya.     

Katie merasa malu sekali dan segera mengetik pada ponselnya.     

'Ssst!! Diam! Aku sedang konsentrasi!'     

"Konsentrasi mengingat wajah Kinsey?"     

Tidak ada yang tahu apakah wajah Katie bisa lebih merah dari ini atau tidak. Katie hanya mendesah pasrah dan melempar ponselnya kembali ke tas clutch miliknya.     

Disaat dia mulai terbiasa dengan suara yang secara rutin mengisi dikepalanya, dia harus membiasakan diri dengan cara Tiffany berbicara.     

Cerewet.     

Ini pertama kalinya dia mendengar sebuah kecerewetan dan itu bukan berasal dari mulut manusia melainkan program digital yang terpasang di gelangnya dan dia harus mendengarnya langsung di kepalanya.     

Awalnya Tiffany tidak secerewet ini saat pertama kali memperkenalkan diri. Tiffany malah berbicara dengan sopan dan penuh hormat terhadapnya. Namun karena Katie merasa tidak nyaman mendengar suara yang penuh hormat ditujukan untuknya, dia meminta Tiffany untuk berbicara normal layaknya sahabat pada umumnya.     

Alhasil, Tiffany yang cerewet sekarang muncul di kepalanya.     

Saking cerewetnya, Katie harus berulang kali menyuarakan suaranya untuk menyuruh asisten digitalnya untuk diam. Gara-gara ini malah membuat Honda bolak-balik melirik ke kaca spion tengah untuk memastikan tidak terjadi apa-apa pada kekasih majikannya.     

Malahan mungkin Honda menganggapnya gila karena bicara seorang diri sementara tidak ada siapapun yang duduk disebelah Katie.     

"Aku sudah menginstal Tifa Note di hapemu. Daripada berbicara langsung, tulis saja disitu untuk berkomunikasi denganku. Jadi kau tidak perlu takut orang luar akan menganggapmu gila."     

Itulah sebabnya, Katie sering mengetik di ponselnya hanya untuk berbicara pada Tiffany. Tapi entah kenapa.. tanpa mengetikpun, terkadang Tiffany tahu apa yang sedang dipikirkannya seolah Tiffany bisa membaca pikirannya.     

Sebenarnya program macam apa ini? Dan lagi bagaimana bisa seorang manusia biasa seperti Stanley menciptakan sebuah alat yang sangat melampaui akal sehat manusia?     

Dengan kemampuan Tiffany yang masih permukaan begini saja sudah membuat seorang Katie terkagum. Entah bagaimana reaksi Katie nanti begitu tahu seperti apa fungsi sistem kerja Tiffany yang sesungguhnya.     

Semakin lama Katie menemukan hal baru mengenai Tiffany, semakin besar pula rasa keingintahuannya. Dia merasa seperti mendapatkan mainan baru. Bedanya mainan ini bisa dieksplor dengan berbagai macam cara dalam jangka waktu yang panjang.     

Karena itu Katie tidak terburu-buru ingin menguasi semua sistem pemograman Tiffany dan membiarkan satu-persatu Tiffany menunjukkan kemampuannya sesuai dengan situasi yang tepat.     

Katie masih belum tahu bahwa Tiffany juga memiliki kemampuaan untuk beradaptasi. Dia akan memilah karakter yang cocok untuknya agar Katie bisa merasa nyaman. Tiffany juga membantu Katie mengambil sebuah keputusan yang sesuai dengan karakter Katie.     

Tidak hanya itu, Tiffany juga menyesuaikan dirinya dengan cara berpikir Katie. Karena itu terkadang Tiffany bisa menebak atau membaca pikiran Katie tanpa mengharuskan Katie mengetik di Tiffa Notenya.     

Dan hanya dalam waktu dua jam, Tiffany sudah mengenal luar dalam seorang Katalina, sementara Katie hanya menguasai Tiffany sebanyak sepuluh persennya saja.     

"Nona, kita sudah sampai." sahut Honda kemudian.     

Katie melirik ke jam pada ponselnya yang kini menunjukkan jam tiga lebih dua puluh menit. Dia mendesah lega dia tidak terlambat karena acaranya baru dimulai tepat jam empat sore.     

Begitu turun dari mobil, Mertun menyambutnya dengan senyuman cerahnya yang khas.     

"Katalina! Sudah lama tidak bertemu..."     

"Maju satu langkah lagi, aku akan membantingmu." ancam Katie memotong kalimat Mertun serta berhenti dari niatannya yang ingin memeluk Katie.     

"Brrr! Kenapa sikapmu dingin sekali? Aku kan sudah minta maaf untuk waktu itu. Aku tidak tahu kalau kau begitu pendedam." ujar Mertun sambil mengusap air mata yang sama sekali tidak terlihat.     

Katie memutar matanya dengan malas. Dia memang sudah memaafkan Mertun atas kejadian tahun lalu dimana pria itu berusaha mencuri ciuman darinya. Tapi tetap saja.. Katie tidak mau dekat-dekat dengan Mertun.     

Kalau dipikir ulang, kenapa Katie begitu membenci pria? Sepertinya sebelum ini dia sangat membenci yang namanya pria. Dia bahkan tidak membiarkan dirinya didekati pria manapun.     

Akhir-akhir ini saja dia tidak terlalu benci saat berbicara dengan pria. Katie bertanya-tanya pada dirinya sendiri.. sebenarnya hal apa yang sudah dia lupakan?     

Karena kediaman Tettero tidak boleh dimasuki orang asing, Honda hanya bisa mengantar Katie hingga perbatasan saja. Selebihnya Mertun yang menjemput Katie dari perbatasan kemudian menuju ke mansion utama Tettero.     

Selama perjalanan Mertun menceritakan sudah ada beberapa perwakilan dari para penguasa Prussia yang telah datang. Dan seperti yang diduganya, Lemar Delcrov serta Hillary juga hadir.     

Begitu tiba di mansion utama, Mertun segera membawa Katie mendekat ke arah Ilsa sebelum melayani para tamu lainnya.     

Ilsa menyambutnya dengan sukacita dan memeluk Katie dengan erat.     

"Aku senang akhirnya kau memutuskan untuk keluar dari 'cangkang'mu. Bagaimana perasaanmu?"     

"Tidak buruk seperti yang kuduga. Sekarang aku sadar, aku memang suka keramaian seperti ini. Aku tidak tahu kenapa selama enam tahun ini aku merasa takut datang ke acara seperti ini."     

Ilsa tertawa kecil sembari merangkul pundak Katie dengan lembut.     

"Kemarilah. Aku ingin kau menemui seseorang." sahut Ilsa sambil menarik lengan Katie menuju ke arah sebuah keranjang bayi cantik yang terletak di ujung ruangan.     

Katie melihat wajah seorang bayi mungil yang tengah tertidur dengan pulas. Matanya bersinar-sinar merasa terharu melihatnya.     

Apakah suatu saat nanti, dia juga bisa memiliki anak?     

Katie mengulurkan tangannya mengelus pipi bayi tersebut. Halus.. lembut.. rasanya menyenangkan sekali menyentuh kulit bayi itu. Belum lagi aroma khas bayi yang sangat enak.     

Anak.. Katie memang suka dengan anak kecil. Ketika melihat kedua anak Cathy, dia merasa iri karena mungkin dia tidak bisa memiliki anak.     

Bukannya tidak bisa. Tapi dia tidak mau. Dia tahu usianya hanya kurang dari empat tahun. Jika seandainyapun dia melahirkan seorang anak.. anak itu akan tumbuh tanpa ibu. Dan dia tidak ingin anaknya hidup tanpa ibu.     

Karena itu, dia memutuskan tidak akan menikah ataupun memiliki anak. Dia akan menikmati sisa hidupnya dengan caranya sendiri.     

"Aku dengar kau menjalin kasih dengan Kinsey?" bisik Ilsa membuat Katie merasa murung.     

Kinsey. Hanya satu nama itu bisa membuatnya bahagia sekaligus sedih. Cepat atau lambat, dia harus memberitahukan Kinsey yang sebenarnya. Hanya saja.. dia terlalu takut menghadapi reaksi pria itu nantinya. Bagaimana kalau Kinsey akan meninggalkannya begitu tahu usianya yang sangat pendek?     

"Hei, kenapa wajahmu seperti itu?" gugah Ilsa menyadari Katie yang tiba-tiba melamun.     

"Tidak ada. Aku yakin aku pernah memutuskan untuk tidak jatuh cinta, tapi... aku sadar sepertinya aku sudah melupakan keputusanku."     

"Terkadang cinta memang datang tanpa terduga kan? Begitu datang, kau tidak akan bisa menyangkalnya. Jadi.. seperti apa orangnya? Ceritakan semuanya padaku."     

"Bukankah Kinsey rekan bisnis suamimu? Kenapa kau tidak tahu?"     

"Tentu saja aku tahu kalau dia rekan bisnis keluarga ini. Tapi bukan berarti aku pernah bertemu dengannya. Sejak aku menikah dengan Ed, aku tidak diizinkan bekerja. Kau juga tahu itu."     

Katie tersenyum tipis mendengarnya. Barulah dengan tanpa ditutupi Katie menceritakan awal pertemuannya dengan Kinsey. Mukanya merona saat dia menyadari dia telah terpesona pada Kinsey sejak awal pertemuan mereka.     

Setelah berbincang-bincang selama beberapa menit, barulah acara yang sebenarnya dimulai.     

Acara pembuka diwakili dengan ucapan sambutan oleh Luuk Tettero sebagai pimpinan keluarga Tettero. Kemudian berlanjut dengan seorang pendeta yang memanjatkan doa pada bayi Ilsa memohonkan berkat.     

Selanjutnya ada beberapa nasihat yang diucapkan sang pendeta pada kedua orangtua sang bayi agar anak mereka bisa bertumbuh dengan baik dan berkenan di hadapan masyarakat.     

Lalu berlanjut dengan mengurapi si bayi dengan sebuah minyak yang disebut dengan minyak urapan sebelum diakhiri dengan doa berkat untuk sang bayi beserta seluruh keluarga Tettero.     

Baru setelahnya mereka menikmati hidangan malam yang sudah disediakan.     

Ilsa sibuk melayani para tamu bersama suaminya membuat Katie merasa sendirian. Untungnya, ada Jarvas yang menemaninya. Anak itu datang terlambat karena baru pulang dari sekolahnya.     

"Ini pertama kalinya aku melihat ada begitu banyak para penguasa negeri ini." sahut Jarvas.     

"Kau benar. Ini juga pertama kalinya untukku." sambung Katie sambil melihat ke arah para tamu undangan.     

Mata Katie melebar saat melihat sesuatu yang tidak normal. Warna. Lagi-lagi dia melihat warna di tiap-tiap orang yang hadir. Kali ini bewarna-warni. Ada yang bewarna coklat, merah, biru dan lainnya. Sedangkan Jarvas yang berdiri disampingnya bewarna pastel. Apa ini? Apa yang terjadi pada penglihatannya?     

Katie mengerjapkan matanya beberapa kali berharap apa yang dilihatnya hanyalah bayangannya saja. Ketika dia melihat kembali ke arah manusia, Katie menghembuskan nafas lega.     

Sepertinya memang hanya imajinasinya saja. Tapi kenapa terasa begitu nyata?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.