My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Masa Lalu Stanley



Masa Lalu Stanley

2Katie harus menahan rasa malunya disaat dia sadar di sekitar lehernya terdapat bentuk aneh bewarna merah muda keunguan. Apalagi dihadapan Tanya yang kini malah tersenyum misterius menggodanya. Dia ingat Kinsey mencium lehernya disekitar bentuk bewarna merah di lehernya kemarin malam.     

Katie akan mengingatkan dirinya untuk tidak menemui Kinsey di malam hari. Dia baru sadar, sikap dan perilaku kekasihnya sangat berbeda kalau dimalam hari. Semakin malam, Kinsey akan semakin buas dan vulgar saat bersamanya.     

Saat mereka pulang dari festival kembang api malam itu, Kinsey juga...     

Seketika wajah Katie merona mengingat malam dimana untuk pertama kalinya Kinsey menciumnya dengan panas.     

Kenapa perilaku pria itu bisa begitu berbeda? Keesokan paginya sikap pria itu biasa dan normal. Bahkan saat Kinsey memberinya kecupan singkat, Kinsey tidak seganas saat malam hari.     

Karena penasaran, Katie bertanya pada Tanya yang kini sedang menggelung rambutnya menjadi satu buntalan yang cantik di atas kepalanya.     

"Mungkin karena profesinya dulu." jawab Tanya. "Dulu Kinsey pernah bekerja bersama para mafia. Kalau disiang hari, sikapnya normal dan biasa. Tapi kalau malam hari dia harus menajamkan segala indera dan instingnya. Penglihatan, pendengaran, penciuman.. jika dia tidak berhati-hati, dia pasti sudah mati terbunuh sejak dulu."     

"Dia sering mengalami bahaya?" entah kenapa mendengar informasi ini membuat hatinya pilu. Ini bukan jawaban yang dia harapkan.     

"Dulu. Sewaktu dia belum bertemu dengan nona kedua. Sekarang sudah tidak. Tapi kau tahu, terkadang kebiasaan lama tidak bisa dihilangkan. Dia terlalu banyak memiliki musuh yang dendam padanya. Belum lagi dendam terhadap ayahnya."     

Katie mengernyit sama sekali tidak menyangka keluarga Alvianc bisa memiliki musuh sewaktu-waktu.     

"Kau tidak perlu khawatir. Nona kedua berhasil membujuknya untuk berhenti. Lagipula, disaat Kinsey beraksi dia tidak menggunakan nama aslinya. Jadi tidak akan ada yang tahu kalau pimpinan para mafia adalah Kinsey Alvianc. Meskipun begitu, Kinsey tidak pernah mengubah kebiasaannya yang lebih peka di malam hari. Karena itulah dia akan sangat berbeda sewaktu malam dibandingkan siang hari. Dia tidak akan bisa mengendalikan instingnya sebagai pria di malam hari kalau bersamamu."     

"Dan kau mengumpankanku padanya?" tuduh Katie dengan jengkel membuat Tanya tertawa kecil.     

"Maaf, maaf. Tapi aku tahu pada akhirnya dia bisa mengendalikan dirinya. Dia terlalu menyayangimu untuk melukaimu."     

Seketika kejengkelan yang dirasakan Katie tertutupi dengan rasa bahagianya. Katie tahu Kinsey sangat menyayanginya. Karena itu pria itu tidak mungkin 'memakan'nya tanpa persetujuannya.     

'Lain kali kalau kau menyelinap ke kamarku tengah malam seperti ini, aku tidak akan berhenti.'     

Katie mengambil napas terpanjangnya hari itu. Dia akan memastikan dirinya untuk tidak melupakan peringatan kekasihnya. Dia tidak akan bermain api dengan pria itu.     

Untung saja, gaun yang dipilihkan Tanya untuknya adalah gaun sederhana yang menutupi lehernya serta bahunya. Gaun tersebut bewarna hijau pucat dengan brukat hijau daun mengelilingi bagian atas tubuhnya.     

Begitu selesai dan puas dengan hasil dandanannya, barulah Katie keluar dari kamar dan berjalan menuju ke ruangan dimana Kinsey menunggunya.     

Untuk kesekian kalinya wajah Katie merona begitu melihat tatapan terpesona pada sepasang mata coklat gelap kekasihnya.     

"Apa kau tahu kau adalah wanita tercantik di dunia ini?" puji Kinsey sambil mengambil sebelah tangan Katie sebelum mencium punggung tangannya.     

Tidak lama kemudian, Kinsey mengantarnya masuk ke mobil mewahnya dimana Honda sudah menanti mereka.     

Sementara Stanley yang berdiri tidak jauh dari sana hanya memandang perilaku Kinsey dengan terheran-heran. Semenjak dia bertemu langsung dengan Kinsey enam tahun yang lalu, dia tidak pernah melihat perlakuan yang begitu hangat terhadap seorang wanita. Yah.. keempat adik perempuannya adalah hal pengecualian.     

Stanley tahu Kinsey sangat menyayangi adik-adiknya, khususnya adik kembarnya. Stanley sendiri bertanya-tanya seperti apa rasanya memiliki saudara?     

Dia terlahir sebagai anak tunggal, itupun dalam keluarga yang rusak. Ayahnya suka berjudi dan melakukan kekerasan didalam rumah tangganya, sementara ibunya sering membawa pria berbeda-beda ke rumah.     

Pada akhirnya dia menyaksikan ayahnya mencekik leher ibunya hingga mati didepan matanya.     

Stanley yang masih berusia lima tahun waktu itu sudah tidak merasakan apa-apa. Dia sering dipukuli tanpa alasan yang jelas, dan tubuhnya kurus karena kekurangan gizi. Hanya menunggu waktu sebelum akhirnya Stanley dijemput maut. Karena itu disaat ayahnya membunuh ibunya, dia tidak merasakan apa-apa. Takut ataupun sedih.. dia sama sekali tidak merasakannya.     

Suatu hari, tindakan ayahnya yang membunuh ibunya ketahuan dan polisi segera menangkapnya. Para tetangga mengungkapkan rasa prihatin pada Stanley kecil namun tidak ada satupun yang bertindak.     

Mereka semua tahu atas tindakan kekerasan ayahnya pada Stanley, tapi tidak ada yang peduli. Disaat Stanley mencari pertolongan dan memohon untuk menyelamatkannya, tidak ada satupun yang muncul. Karena itu, Stanley tidak mengharapkan bantuan lagi.     

Dia menerima nasibnya dan membiarkannya dipukuli sang ayah hingga babak belur. Semenjak itu Stanley hidup seperti zombie yang tidak mengharapkan apa-apa. Setidaknya selama ayah serta ibunya masih ada, dia masih bisa makan meski harus makan makanan sisa. Setidaknya ada makanan kadaluarsa yang bisa dimakannya.     

Namun kini, ibunya telah tiada.. ayahnya telah dipenjara... Stanley benar-benar seorang diri sekarang.     

Gelap.. Dingin.. Sakit.. Itulah yang melingkupi kehidupan Stanley yang masih kanak-kanak.     

Dan saat untuk pertama kalinya dia keluar dari rumahnya, matahari bersinar dengan sangat terik membuatnya tidak bisa melihat. Kepalanya terasa pusing seperti ketika ayahnya memukul kepalanya dengan buku tebal. Kakinya terasa berat dan sulit untuk berjalan seperti saat ayahnya memukul kakinya dengan tongkat bisbol.     

Stanley masih bisa melihat ayahnya dipaksa masuk ke mobil polisi sebelum akhirnya dia jatuh pingsan.     

Dia terbiasa terkurung di dalam lemarinya yang gelap. Keadaan rumah selalu gelap dan dingin. Semua tirai menutup jendela dengan sempurna agar tidak ada siapapun yang tahu apa saja yang terjadi didalam rumah. Listrik tidak menyala karena keluarganya tidak sanggup membayar listrik. Sementara makanan... ibunya yang membawa sisa makanan hasil 'kencan'nya dengan kekasihnya.     

Tidak ada cahaya. Sinar harapanpun sama sekali tidak ada. Karena itu, disaat polisi mendobrak masuk ke dalam rumahnya, untuk pertama kalinya Stanley melihat cahaya. Karena penasaran, dia menggunakan seluruh tenaganya keluar dari lemarinya... menuju ke cahaya itu. Kakinya berjalan dengan timpang akibat pukulan yang keras dari ayahnya. Meski begitu, dia mengerahkan seluruh kekuatannya menuju ke arah cahaya itu.     

Namun cahaya itu terlalu berat baginya. Dia lebih suka didalam.. didalam lemari yang gelap.. dimana dia bisa menghindar dari siksaan ayahnya... dimana dia bisa merasa aman.     

Entah berapa lama Stanley tidak sadarkan diri, tapi dia terbangun dengan suasana yang sangat asing. Dia berbaring di sesuatu yang sangat lembut dan nyaman. Tidak hanya itu, tubuhnya yang terbiasa menggigil karena kedinginan diselimuti sesuatu yang hangat. Aroma yang diciumnya juga tidak seperti biasanya. Bau yang tidak pernah diciumnya, tapi dia sangat menyukainya.. lebih daripada bau dirumahnya.     

Stanley membuka matanya dan melihat keseluruh ruangan. Jendela yang terbuka lebar membuat angin berhembus masuk ke dalam. Anehnya, dia sama sekali tidak kedinginan diterpa angin tersebut. Ada beberapa bunga yang menghiasi ruangan.     

Stanley melihat ke arah tubuhnya sendiri dan sadar dia memakai baju yang bagus dan nyaman. Terdapat sebuah jarum di sebelah tangan kirinya yang terhubung dengan suatu cairan di atas kepalanya yang tidak diketahuinya.     

Dimana dia?     

"Ah, kau sudah bangun rupanya."     

Stanley menoleh ke seorang pria yang memakai topeng hitam. Siapa orang itu? Kenapa orang itu menutupi wajahnya?     

"Bagaimana perasaanmu nak? Sudah baikan?"     

Stanley tidak merasa takut ataupun terharu dengan sikap aneh pria bertopeng itu. Dia sama sekali tidak merasakan apa-apa seperti ikan mati yang mengikuti arus sungai mengalir. Perasaannya sudah tumpul dan dia tidak bisa memandang manusia dengan berbeda dari kedua orangtuanya.     

Stanley menganggap semua orang dewasa sama persis dengan kedua orangtuanya. Disaat Stanley melihat sebelah tangan pria itu terangkat ke arahnya, Stanley memejamkan matanya untuk mengantisipasi rasa sakit yang akan diterimanya.     

Tanpa diduganya apa yang diterimanya bukan rasa sakit, tapi sebuah tepukan lembut pada puncak kepalanya. Detik berikutnya dia merasakan rambutnya diusap perlahan membuatnya membuka mata dengan bingung.     

"Aku turut menyesal apa yang telah terjadi padamu. Mulai sekarang kau aman disini. Aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu lagi. Tidak akan ada yang berani memukulmu lagi."     

Seperti sebuah bongkahan es besar yang menimbun didalam hatinya mencair seketika membasahi jiwanya yang kering. Dalam sekejap, Stanley merasakan suatu perlindungan yang dulu tidak pernah ia harapkan. Satu per satu air mata mulai menetes sebelum akhirnya mengalir dengan deras dan Stanley menangis sekencang-kencangnya didalam dekapan sosok misterius itu.     

Tangisannya semakin keras disaat dia merasakan punggungnya ditepuk lembut dan kedua tangannya mencengkeram kain baju pria tersebut karena takut 'penyelamat'nya akan menghilang meninggalkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.