My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Aku Mencintaimu



Aku Mencintaimu

0Keesokan paginya Katie yang terlelbih dulu bangun. Dia mencoba menggerakan tubuhnya tanpa membangunkan Kinsey. Namun disaat sadar dia tidak bisa melepaskan diri dari pelukan kekasihnya, akhirnya dia menyerah.     

Katie mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Kinsey yang masih tertidur dengan pulas. Sekali lagi dia terpana dan mengagumi kekasihnya. Terkadang dia masih belum percaya orang seperti Kinsey bisa menjadi kekasihnya.     

Dia bertanya-tanya apakah dia melakukan banyak kebaikan semasa kecil dulu sehingga dia bisa menjadi kekasih pria sehebat dan setampan Kinsey?     

Dia ingat dia tumbuh dengan normal di Amerika. Dia bersenang-senang dan bermain bersama dengan teman-teman sekolahnya. Terkadang dia juga melakukan kenakalan yang sering membuat kedua orang tua asuhnya mengelus dada. Meskipun begitu, hari-hari yang dijalaninya adalah yang terbaik.     

Dia juga ingat dia pindah ke Iowa dengan penuh antusias dan mengharapkan bertemu dengan teman-teman baru. Lalu...     

... Lalu...     

Aneh sekali. Katie sama sekali tidak ingat kenangannya saat tinggal di Iowa. Setelah meninggalkan Lousiana, ingatannya melompat ke masa SMAnya saat pertama kali masuk sekolah di Trinity. Seolah ada ingatan yang menghilang antara usia sembilan hingga enam belas tahun.     

Seperti apa masa sekolahnya di Iowa? Kenapa dia tidak bisa mengingatnya? Anehnya, kenapa dia merasa ada banyak hal yang dilupakannya? Sayangnya, Katie sama sekali tidak tahu hal seperti apa yang dilupakannya.     

Katie tidak sempat mencari jawaban saat merasakan gerakan dari sebelahnya. Kinsey sudah bangun! Katie langsung berdiam dan memejamkan matanya. Dia berpura-pura masih tidur dengan nyenyak.     

Sementara Kinsey yang baru bangun tersenyum menyadari ada seorang yang sangat dicintainya berbaring disisinya. Dia akan merasa senang sekali jika tiap pagi bisa bangun dengan melihat wajah Katie menyambutnya.     

Kinsey mengecup puncak kepala Katie dengan penuh kasih sayang sebelum melihat wajah kekasihnya yang kini merona??     

Kinsey tersenyum mengetahui Katie telah bangun dan berpura-pura masih tidur pulas.     

"Aku tahu kau sudah bangun." sahut Kinsey sambil mencubit pupi Katie ringan. "Aku akan menunggumu dibawah." lanjutnya sebelum mencium bibir Katie dengan singkat.     

Begitu Kinsey keluar dari kamar, dengan mata masih terpejam, Katie menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Dia merasa luar biasa malu. Seumur hidupnya dia tidak pernah merasakan semalu ini.     

Dia sungguh berharap Kinsey tidak terus-terusan menggodanya. Dia tidak akan pernah terbiasa dengan perlakuan Kinsey yang semakin berani ini.     

Kinsey langsung menuju ke arah ruang makan dan menyuruh salah satu pelayan untuk menyiapkan sarapan. Disana sudah ada Tanya dan Stanley yang sedang menikmati sarapannya.     

Bukankah Tanya tidak mau pindah ke mansion ini? Kenapa sepupunya ada disini? Apakah mungkin...?     

Kinsey menyadari kilatan senang pada pancaran mata Tanya. Kemudian dia membuka telapak tangannya menunjukkan kelima jarinya.     

"Aku minta lima puluh persen."     

Yap. Tanya yang membawa Katie kemari dan kini Tanya minta jatah bonus lima puluh persen. Karena moodnya sedang sangat bagus, Kinsey menyetujuinya sambil lalu.     

"Baiklah."     

Tanya kegirangan dan menikmati kopinya dengan riang. Sementara Stanley yang melihat interaksi kecil mereka merasa keheranan. Untuk pertama kalinya dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.     

"Eleanor, apakah aku melewatkan sesuatu?"     

"Alpha membawa Katalina kemari, tuan." jawab seorang wanita dari kotak hitam kecil yang berbentuk seperti speaker."     

Stanley membuka mulutnya berbentuk A tanda mengerti. Tidak heran raut muka Kinsey tampak segar dan senang sementara Tanya sangat antusias akan mendapat bonus lima puluh persen akhir bulan ini.     

"Aku hampir lupa. Ini." Stanley menyerahkan sebuah kotak biru doger ke Kinsey.     

"Apa ini?"     

"Sesuai permintaanmu." jawab Stanley singkat.     

Kinsey membuka kotak tersebut dan melihat ada sebuah gelang terbuat emas putih dengan hiasan beberapa berlian kecil menghiasi di tengahnya.     

"Seleramu lumayan juga. Apa dia memiliki nama?"     

"Tiffany." jawab Stanley dengan bangga.     

"Tiffany?" sebelah alis Kinsey terangkat hampir tidak percaya apa yang didengarnya. "Bukankah ini..." melihat senyuman lebar dari Stanley membuatnya tahu memang apa yang diduganya adalah benar. "Terima kasih. Aku sangat berhutang padamu."     

Stanley tersenyum miring mendengarnya. "Hei, aku tidak memberikannya padamu. Itu untuk raja merah."     

Kinsey memutar matanya dengan malas membuat Tanya tertawa kecil. Kinsey menutup kembali kotak berisi 'Tiffany' saat mendengar langkah kaki dari lantai dua.     

Secara serempak tiga pasang mata melirik ke arah tangga dimana Katie sedang menuruni tangga untuk menghampiri mereka.     

"Selamat pagi Katie," sapa Tanya dengan senyuman lebar. "Kuharap tidurmu menyenangkan semalam?"     

Wajah Katie merona mendengar ini.     

"Tanya, berhenti menggodanya." perintah Kinsey.     

"Kenapa? Kau kan juga menggodanya."     

"Hanya aku yang boleh menggodanya."     

"Dasar pelit."     

Katie semakin tidak berani menghampiri mereka. Interaksi macam apa ini? Kenapa pagi-pagi begini dia sudah mendengar percakapan yang seharusnya tidak boleh dia dengar.     

"Katie, kemarilah." panggil Kinsey lembut sambil mengulurkan sebelah tangannya ke arah Katie.     

Katie merapatkan bibirnya dan akhirnya berjalan menghampiri Kinsey dan menerima uluran tangan kekasihnya. Dengan perlahan Kinsey menuntunnya duduk disebelahnya sebelum melingkarkan tangannya ke pinggang Katie sambil menyuruh pelayan memberikan beberapa roti untuk Katie.     

"Jadi kemarin kau tidak menyerangnya. Aku tidak menyangka kau memiliki pertahanan yang cukup tinggi. Biasanya..."     

"Stanley." potong Kinsey dengan nada peringatan. Dia memang suka melihat rona merah pada Katie. Tapi dia tidak ingin orang lain melihatnya. Dan juga... Kinsey paling tidak suka ada pria lain membuat Katie merona seperti ini.     

Stanley tetap tersenyum tanpa ada rasa takut meski Kinsey menatapnya seperti seekor serigala yang siap menerkam mangsanya kapanpun. Meski begitu, dia memutuskan tidak melanjutkannya dan berhenti.     

Katie yang tadi hanya fokus pada Kinsey baru menyadari kehadiran pria yang tidak dikenalnya. Dia tidak tahu siapa pria itu tapi dia melihat sesuatu yang tidak pernah dilihat sebelumnya.     

Sebuah warna. Dia melihat sebuah warna yang meliputi tubuh pria itu. Abu-abu. Dia melihat warna abu-abu.     

Ini adalah hal yang baru baginya karena itu dengan penasaran dia menoleh ke arah Tanya dan dia juga melihat warna. Hanya saja warna pada Tanya adalah warna ungu. Bagaimana dengan Kinsey?     

Katie melirik ke arah Kinsey dan apa yang dilihatnya... tidak ada. Tidak ada warna apapun pada Kinsey. Saat kembali melirik pada pria sebelumnya yang bernama Stanley, dia tidak melihat warna abu-abu itu lagi. Apakah mungkin dia sedang berhalusinasi?     

"Uhm.. Nona, sebaiknya berhenti memandangiku sebelum atasanku membunuhku dengan tatapannya."     

Katie langsung menundukkan kepalanya merasa malu karena menatap pria asing dalam waktu lama dari yang seharusnya.     

"Kau tidak akan mati hanya karena tatapanku."     

"Jiwaku sangat lemah, aku pasti akan mati karena gila menerima tatapan mengerikanmu." jawab Stanley dengan nada berlebihan.     

Sekali lagi Kinsey memutar matanya dengan malas.     

"Jangan hiraukan dia. Sebaiknya kau makan."     

"Kau tidak akan memperkenalkan kami?"     

"..." Kinsey tidak menjawab dan menyibukkan dirinya dengan mengambilkan sosis serta kentang yang sudah dipotong kotak-kotak kecil ke atas piring Katie.     

Katie merasa bersalah karena tidak menanggapi pria yang sudah berusaha bersikap ramah.     

"Maaf, namaku Katalina. Kau bisa memanggilku Katie."     

"Hm. Aku sudah tahu. Namaku Stanley." jawab Stanley masih dengan senyuman profesionalnya.     

"Maaf sebelumnya. Aku tidak bermaksud memandangimu seperti tadi. Hanya saja aku melihat warna abu-abu disekelilingmu. Ini pertama kalinya bagiku, jadi aku ingin memastikan kalau aku tidak sedang berhalusinasi. Tapi, sepertinya aku sedang berhalusinasi. Karena sekarang aku tidak melihat warna itu lagi. Kenapa kalian memandangiku seperti itu?"     

Katie merasa aneh dan tidak nyaman disaat dia sadar tiga pasang mata memandangnya dengan terkejut dan tampak berpikir serius. Bahkan Kinsey yang tadinya mengambilkan sosis untuknya berhenti dan menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti Katie.     

"Tidak ada. Makanlah dulu." Kinsey yang pertama kali memecah kesunyian. Tanya serta Stanley juga melanjutkan sarapan mereka dalam kesunyian. Keduanya tampak larut dalam pikirannya masing-masing. Hanya Kinsey saja yang bersikap normal dan melayani segala kebutuhan Katie pagi itu.     

Meski begitu, sama seperti Tanya dan Stanley, Kinsey juga memikirkan ucapan Katie yang bisa melihat warna.     

Selesai menghabiskan sarapan mereka, Kinsey mengajak Katie ke ruang utama dan duduk di sofa.     

"Ada yang harus kubicarakan." tiba-tiba saja nada pada Kinsey berubah menjadi serius. Katie memutuskan untuk mendengarnya baik-baik.     

"Kau pasti disuruh oleh Ode untuk datang ke pemberkatan cucu Tettero siang ini kan? Karena ini adalah acara keluarga Tettero dan hanya penguasa Prussia yang hadir, aku atau Tanya tidak bisa menemanimu kesana. Walther serta Ferd juga belum kembali. Jarvas mungkin akan menemuimu langsung disana. Hanya saja.. anak itu masih muda dan juga.."     

"Kinsey." potong Katie halus. "Aku tahu apa yang kau khawatirkan. Aku akan baik-baik saja. Ilsa dan Mertun tidak akan membiarkanku terluka. Mereka sangat baik padaku. Meskipun aku tidak suka pada Mertun, tapi aku tahu dia peduli padaku. Aku akan baik-baik saja."     

Kinsey tersenyum sambil mengelus pipi halus Katie yang sangat dinikmati Katie.     

"Aku tahu kau akan baik-baik saja. Tapi aku tetap tidak bisa untuk tidak cemas. Dan juga.. ini pertama kalinya kau muncul di acara seperti ini. Begitu kaum Vangarians dan kerajaan mengenali wajahmu, kau tidak bisa kembali. Apa kau yakin ingin melakukannya?"     

"Kupikir ini semua adalah idemu? Kenapa kau begitu khawatir?"     

Kinsey menghela napas putus asa. "Aku tahu aku agak plin-plan. Aku ingin segera membawamu keluar dari sini, karena itu membuatmu diundang ke istana agar kau bisa bertemu dengan ibumu adalah jalan terbaik. Disaat bersamaan aku takut rencana ini malah menempatkanmu dalam posisi berbahaya. Aku sungguh tidak tahu apa yang harus kulakukan. Ini pertama kalinya aku meragukan rencana yang kubuat sendiri."     

Katie merasa tersentuh dan ada sebuah kehangatan meliputi di hatinya. Katie menggeser mendekat dan melingkari kedua tangannya memeluk tubuh besar kekasihnya sebelum menyenderkan kepalanya ke dada bidang pria itu.     

"Semuanya akan baik-baik saja. Aku memilikimu. Aku juga memiliki suku Oostven sebagai keluargaku. Tidak peduli apakah rencana ini berhasil atau tidak, aku tidak akan meninggalkanmu. Jika memang mengharuskan kita harus pergi, aku akan mengikutimu." Katie berhenti sejenak untuk melihat kekasihnya. "Aku janji, aku akan berdiri disisimu sampai akhir hidupku."     

Kinsey terpana mendengar ungkapan isi hati Katie. Ini pertama kalinya Katie mengutarakan perasaannya langsung pada dirinya. Seharusnya Kinsey merasa senang mendengarnya. Dia memang senang tapi juga ada perasaan sedih. Dia tahu Katie hanya memiliki waktu kurang enam tahun lagi sebelum Katie benar-benar akan meninggalkannya.     

Kinsey menyatukan keningnya dengan kening Katie sambil menatapnya dengan tatapan merindu dan sedih. Dia bertanya-tanya, kapan Katie akan memberitahu usia kehidupannya? Atau apakah mungkin Katie berusaha melupakan kenyataan pahit ini dan menjalani sisa hidupnya dengan hati yang bahagia?     

Jika memang begitu, Kinsey tidak akan mendesaknya. Dia akan menuruti keinginan gadis itu dan membahagiakannya disisa usianya yang semakin singkat ini.     

Dan pada akhirnya.. kalimat yang dari dulu ingin diutarakannya membuncah keluar.     

"Aku.. belum pernah bilang kalau aku mencintaimu."     

Katie tersenyum mendengarnya. Kinsey memang belum pernah mengatakannya. Tapi dia tahu perasaan pria itu padanya. Sikapnya, perlakuannya dan juga.. cara pria itu memandangnya; Katie bisa melihat cinta pada mata pria itu.     

Terkadang, sebuah ucapan tidak begitu berarti daripada tindakan. Dan Katie cukup merasa puas dengan perhatian pria itu.     

"Aku mencintaimu."     

Tapi, tetap saja... bagi seorang wanita, sebuah ungkapan seorang pria adalah konfirmasi bahwa dia memang dicintai. Mendengarkan ungkapan seorang pria menimbulkan getaran hangat serta kebahagiaan tiada tara didalam hatinya.     

"Aku juga mencintaimu." balas Katie dengan suara yang sangat lembut dan senyuman yang sangat manis.     

Keduanya tersenyum bahagia sama sekali tidak peduli pada dua orang yang mengintip dari dinding dengan senyuman turut bahagia untuk mereka.     

Akhirnya... Kinsey yang jarang tersenyum atau tertawa dan selalu bersikap dingin dan kasar pada wanita selain adik-adik perempuannya... menemukan cinta sejatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.