My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Sarang Rubah



Sarang Rubah

0Katie merasa terheran-heran. Sudah dua hari Merah tidak kelihatan. Begitu juga dengan Kinsey. Pria itu tidak lagi memberinya pesan singkat ataupun menghubunginya sejak dua hari lalu.     

Ada apa ini?     

Apakah terjadi sesuatu pada Kinsey? Katie bahkan belum sempat mengembalikan ponsel yang dipinjamnya. Dan saat dia mencoba menghubungi kekasihnya, Kinsey malah tidak menjawab panggilannya.     

Yah, dia agak merasa kesepian karena tidak ada Merah dan merasa sedih karena tidak bertemu dengan Kinsey. Hanya dua hari tidak bertemu saja serasa seperti berbulan-bulan, apalagi kalau sampai Kinsey kembali ke Amerika.     

Katie mengambil napas terpanjangnya hari itu dan berusaha untuk tetap ceria. Dia tidak ingin emosinya terbawa dan merusak musim gugur yang hampir selesai ini.     

Sebentar lagi musim dingin akan datang dan dia tidak akan bisa keluar rumah sepanjang musim dingin. Kelemahan fatal seorang raja merah adalah suhu dingin. Musuhnya akan menggunakan kesempatan ini untuk menyerangnya atau membunuhnya. Untungnya.. musuhnya tidak tahu kalau Katie adalah raja merah.     

Sepertinya dia harus membeli buku baru untuk mengisi kebosanannya selama didalam rumah.     

"Katalina, tetua Ode memanggilmu."     

Tanpa menunggu lagi, Katie segera berjalan menuju ke ruang kepala suku dimana Ode menunggunya.     

Begitu dia duduk di sebelah wanita tua yang sudah dianggapnya seperti neneknya sendiri, Ode menggenggam kedua tangannya dengan penuh kasih.     

"Katalina, kau tahu besok adalah acara pemberkatan cucu pertama Luuk Tettero. Aku ingin kau yang hadir ke acara itu sebagai perwakilan suku kita."     

"Huh? Bukannya itu berarti secara tidak langsung aku memperkenalkan diri sebagai Katalina? Kalau aku datang, aku tidak akan memiliki alasan untuk menolak undangan istana. Mereka akan mengira aku pilih kasih atau Oostven berencana memberontak."     

"Aku tahu. Tapi sudah saatnya kau muncul. Semakin kami menyembunyikanmu, mereka akan semakin curiga. Lagipula, Kinsey menemukan cara agar kau bisa melewati pintu gerbang istana tanpa dilacak oleh serigala merah."     

"Benarkah?"     

"Kau lupa serigala merah betina ada dipihak kita?" lanjut Ode dengan nada humor. "Merah akan memancing serigala merah jantan menjauh dari istana sebelum kau tiba disana."     

"Merah bisa melakukannya?" ada nada penuh harap pada suara Katie.     

"Aku tidak tahu. Tapi biar bagaimanapun keduanya adalah binatang dan mereka akan mengikuti insting mereka dalam mencari pasangannya. Merah akan mengulur cukup banyak waktu hingga kau keluar dari istana. Saat itu kau bisa menemui ibumu di kastil cabang dan membujuknya untuk keluar dari sana."     

"Apakah rencana ini akan berhasil?"     

"Harus berhasil. Jika tidak, kami tidak bisa melepaskanmu dari ancaman Alpha. Sebelum itu, kita harus memikirkan bagaimana cara istana mengundangmu datang kesana. Aku dengar Raja Dieter mengirim Pangeran Leonard datang untuk mewakili mereka. Jika kabar Katalina datang ke acara kediaman Tettero sampai ke telinga raja, kau pasti akan mendapatkan undangan jamuan teh di istana utama."     

"Aku mengerti. Aku akan mencobanya. Tapi.. bagaimana kalau Pangeran Leonard tidak ingin aku datang ke istana."     

"Gunakan pesonamu."     

"..."     

"Aku hanya bercanda." lanjut Ode buru-buru karena melihat ekspresi tidak percaya dan ketus dari Katie. "Jika kau merasa ingin berteman dengannya, dia akan juga ingin berteman denganmu."     

"Kenapa begitu?"     

Karena itu adalah kekuatanmu. Kekuatan pesonamu. Ode tidak menyuarakan jawabannya.     

"Percayalah pada dirimu sendiri, Katalina. Kau akan baik-baik saja. Akan banyak yang ingin berteman denganmu dan mengagumimu. Kau hanya perlu menanggapi mereka semua dengan senyumanmu yang biasa. Lakukan saja seperti apa yang biasa kau lakukan." lanjut Ode sambil mengelus pipi Katie dengan lembut.     

"Baiklah. Jadi sepertinya aku harus belanja baju untuk acara besok." keluh Katie membuat Ode tertawa kecil.     

Dia sangat tahu wanita muda didepannya ini sangat malas kalau disuruh belanja pakaian feminim. Katie lebih suka memakai pakaian tomboyish yang nyaman dipakai dan enak dibuat gerak.     

Meskipun Katie tidak menolak memakai gaun atau bersikap anggun, Katie tetap lebih memilih memakai kaos T-shirt dengan setelan jeans.     

Tahu waktu belanjanya akan tidak selesai dalam sehari kalau dia mengajak Mina, Katie lebih memilih mengajak Tanya belanja bersamanya.     

Tanya memang suka belanja, tapi tidak separah Mina. Kalau pergi belanja dengan Mina, seluruh toko butik di kota Bayern akan dimasukinya dan minimal pasti beli satu set pakaian dari toko yang dimasukinya.     

Berbeda dengan Mina, Tanya hanya membeli pakaian seperlunya. Jika tidak perlu atau tidak cocok dengan seleranya, Tanya tidak akan membelinya.     

Tanpa terasa mereka berbelanja di Frankfurt hingga matahari terbenam. Katie menemukan dua baju yang sesuai seleranya dan mengambil kedua-duanya. Dia juga membeli satu set pakaian bayi berusia dua bulan untuk anak Ilsa.     

Sudah lama dia tidak bertemu dengan Ilsa. Terakhir kali mereka bertemu disaat Ilsa masih hamil empat bulan, itu berarti sudah lebih setengah tahun mereka tidak bertemu. Kira-kira seperti apakah wajah bayi Ilsa? Apakah seperti Ilsa ataukah seperti ayahnya?     

"Sudah malam, aku akan mengantarmu sampai ke stasiun." sahut Tanya membuyarkan lamunan Katie.     

Semula Katie hanya menurut dan naik ke metro tanpa menunjukkan kegelisahannya. Sebenarnya dia berharap dia bisa bertemu dengan Kinsey. Tapi sepertinya Kinsey tidak akan datang. Tanya juga tidak ada tindakan untuk mendorongnya menghubungi Kinsey.     

Katie ingin bertanya pada Tanya apakah Kinsey sibuk? Ataukah dia sedang sakit? Tampaknya kekasihnya itu memiliki kebiasaan untuk tidak memberitahunya kalau sedang sakit.     

Namun Katie mengurungkan niatnya. Dia tidak ingin dipandang terlalu menempel atau menuntut. Dia ingin bisa menjadi wanita yang bisa mengerti kesibukan kekasihnya. Tapi... kenapa dia merasa sesak?     

Selama perjalanan pulang, Katie berusaha mengalihkan perhatiannya untuk acara besok siang. Tapi tetap saja Kinsey yang selalu muncul di pikirannya.     

Selama ini Kinsey selalu menghubunginya, walau hanya singkat tapi Kinsey tidak pernah mengabaikannya. Karena itu, Katie tidak bisa merasa tenang.     

Akhirnya dia tidak peduli lagi. Sudah dua hari dia tidak bertemu dengan Kinsey. Pria itu juga tidak bisa dihubungi. Begitu tiba di stasiun Bayern, Katie memutuskan untuk kembali dan berlari ke jalur metro yang berlawanan.     

Sambil menunggu metro yang akan dinaikinya tiba, Katie segera menghubungi Tanya untuk menjemputnya. Tanya merasa keheranan dengan sikap Katie tapi tetap menjemputnya dan menunggu kedatangan metro dengan sabar.     

Begitu Katie turun dari metro, Tanya hendak menanyakan apa yang terjadi, tapi Katie sudah duluan mengutarakan maksudnya.     

"Aku ingin bertemu dengan Kinsey. Bawa aku padanya. Kau tahu dimana dia kan?"     

Tanya mengerjap beberapa kali sebelum tertawa kecil. "Baiklah. Aku akan mengantarmu. Tapi jangan salahkan aku kalau kau menyesal ya."     

"Apa maksudnya?"     

Tanya tidak menjawab dan hanya tersenyum misterius. Mereka berdua naik taxi dan menuju ke sebuah perumahan kalangan elit. Kemudian mereka melewati pintu gerbang tinggi dan taxi berhenti di depan sebuah mansion yang megah.     

Kenapa Tanya membawanya kemari? Bukankah Kinsey menginap di hotel?     

"Kenapa kita kesini?"     

"Selama dua hari ini kita tinggal disini agar tidak terlacak oleh Hillary. Aku sama sekali tidak menyangka wanita itu penguntit sejati. Dia terlalu obsesi pada kedudukan nyonya Alvianc."     

"..." Katie mengernyit tidak suka ada yang menguntit Kinsey. Jelas sekali Kinsey mematikan segala macam alat komunikasi agar tidak ada yang bisa melacaknya.     

Apakah itu sebabnya Kinsey tidak menghubunginya selama dua hari ini? Setidaknya pria itu bisa memberi suatu pesan pada Tanya kan? Tapi Tanya malah tidak bilang apa-apa.     

Tadinya dia berpikir dia akan dibawa ke hotel. Dia hanya ingin bertemu dan memastikan Kinsey tidak kenapa-napa. Baru setelahnya dia akan kembali pulang.     

Sekarang.. dia malah dibawa ke sebuah mansion yang tidak dikenalnya. Kenapa dia merasa dia telah masuk ke sarang rubah?     

"Sebaiknya aku kembali. Jika Kinsey tidak sakit, aku tidak perlu khawatir lagi."     

"Ah, ternyata kau mengkhawatirkannya. Kupikir kau merindukannya hingga nekat keluar malam-malam begini."     

Seketika wajah Katie merona mendengarnya. Lagipula dia memang merindukan Kinsey. Apa itu salah? Tidak salah. Tapi dia merasa salah karena sudah datang ke tempat ini.     

"Sebaiknya aku pulang." Katie hendak berbalik untuk keluar mansion saat Tanya mencegatnya.     

"Disini jarang ada taxi yang lewat. Dan juga sudah tidak ada metro jam segini."     

"Kalau begitu..."     

"Huaaammm..." Tanya menguap dengan lebar dan kencang. "Aku mengantuk. Aku tidak bisa mengantarmu pulang. Kenapa kau tidak naik ke lantai dua? Pintu kamar ketiga dari ujung. Aku yakin Kinsey ada disana."     

"..."     

"Karena kau sudah ada disini, kenapa tidak menemuinya?"     

"..."     

"Baiklah. Aku tidur dulu. Anggap saja rumah sendiri. Selamat malam."     

Dan begitulah Tanya meninggalkannya seorang diri. Katie mendecak kesal. Daripada memberitahunya kamar Kinsey, bukankah lebih etis memberitahunya kamar dimana dia akan tidur? Jelas sekali Tanya ingin dia menginap disini. Katie benar-benar menyesal telah nekat keluar dari Bayern tengah malam seperti ini.     

Katie melirik ke anak tangga yang menuju ke lantai dua. Apakah sebaiknya dia menemui Kinsey terlebih dulu? Mungkin Kinsey bisa memberitahunya kamar yang bisa dia gunakan?     

Setelah menimbang-nimbang akhirnya Katie melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.