Bunga Kematian
Bunga Kematian
Setelah berbagai usaha dilakukan, akhirnya Putri Meisya kembali bernapas dan jantungnya berdetak dengan normal. Wajahnya yang tadi pucat sudah berangsur pulih.
Melihat kondisi tubuh adiknya semakin membaik, Pangeran Leonard mendesah lega. Meskipun begitu dia tidak bisa benar-benar merasa lega. Dokter kerajaan belum menemukan jenis racun apa yang telah masuk ke dalam tubuh Meisya. Karena itu racunnya belum menghilang secara total.
"Sekarang katakan padaku. Bagaimana bisa Putri Meisya keracunan? Bukankah kalian sudah mengetes kue-kue ini?"
Memang sudah peraturan dari istana, bagian kepala pelayan istana harus memastikan segala makanan dan minuman dalam bentuk apapun bebas dari racun sebelum disajikan pada para anggota kerajaan. Lalu bagaimana mereka bisa kelolosan?
"Maafkan hamba Pangeran ke empat. Kami yakin sekali tidak ada racun didalam kue."
Leonard ingat dia juga sempat makan kue yang sama dan dia tidak kenapa-kenapa. Teh yang mereka minum juga berasal dari teko teh yang sama. Lalu kenapa hanya Meisya yang kena racun?
"Periksa cangkir milik Meisya sekarang juga! Cari tahu apakah ada bekas racun didalamnya."
"Sudah dilakukan Yang Mulia. Tidak ada racun sama sekali di dalam cangkir Tuan Putri." jawab pelayan tersebut dengan sopan namun bingung juga bagaimana bisa Tuan Putri kesayangan mereka terkena racun?
Apakah mungkin ini adalah tindakan janda permaisuri yang selalu berhasil membunuh anak-anak raja tanpa meninggalkan bukti?
Leonard duduk lemas disebelah ranjang adiknya. Dia memijat keningnya dengan frustrasi. Dia yakin sekali racun ini berasal dari ibu tirinya, sang janda permaisuri.
Meskipun dia menemukan bukti untuk melawan ibu tirinya, dia tetap akan kalah. Tidak hanya akan membuatnya mati dibunuh, tapi orang-orang disayanginya juga akan dalam bahaya dan dikendalikan oleh wanita kejam itu.
Ini sebabnya dia ingin memberontak. Dia ingin merebut tahta kerajaan dari kakaknya dengan cara apapun. Dia hanya menunggu waktu yang tepat. Tapi... dia tidak akan bisa melindungi adiknya jika dia terus menunggu.
Leonard menutup wajahnya dengan kedua tangannya merasa tidak berdaya. Dia merasa marah. Dia ingin memberontak dan langsung menghadap ke ibu tirinya. Namun, begitu dia melakukannya.. ibu kandungnya akan masuk penjara dan nyawa Meisya tidak bisa terjamin akan bertahan selama lebih dari dua puluh empat jam.
"Yang Mulia, Nyonya Delcrov datang untuk menjenguk Tuan Putri." sahut salah seorang pelayan Meisya memberi laporan.
"Biarkan dia masuk."
Tidak lama kemudian, Keisha masuk dan langsung menghambur ke sebelah ranjang Meisya yang lain.
"Apa yang terjadi? Begitu aku dengar Meisya jatuh sakit, aku langsung datang kemari. Aku dengar dia keracunan? Bagaimana bisa? Bukankah semua makanan sudah melalui proses pengujian racun terlebih dahulu?"
"Janda permaisuri."
Jawaban singkat itu cukup membuat Keisha mengerti. Wanita tua kejam itu selalu memiliki ribuan cara untuk membuat anak-anak yang tidak diinginkannya menderita dan tersingkirkan.
"Apakah Meisya melawannya? Kenapa dia menyerangnya? Selama ini dia tidak pernah menyentuh Meisya sebelumnya. Kenapa?"
"Kemarin Meisya menyelinap keluar dari istana. Sepertinya hal ini sudah didengarnya."
"Dia meracuninya hanya gara-gara menyelinap keluar?"
"Kau tahu, dia akan selalu mencari celah untuk menghukum kami." ucap Leonard dengan sarkas. "Tidak ada yang bisa lolos dari hukumannya." lanjutnya dengan senyuman sinis. Semakin besar rasa kebencian yang menumpuk didalam hatinya terhadap sang ibu suri.
"Putri yang malang." Keisha berlinang air mata sambil mengelus puncak kepala Meisya dengan lembut. "Dia harus segera keluar dari tempat ini. Apa tidak ada cara?"
"Satu-satunya cara adalah membiarkannya menikah dengan Duke di Inggris. Tapi.. jika dia di Inggris, kita tidak akan bisa melindunginya dan dia sendirian disana. Langkah apapun yang dilakukan, tidak akan membuatnya aman."
Keisha menggenggam sebelah tangan Meisya kemudian mencium punggung tangannya sambil berdoa agar Meisya segera siuman.
Tepat saat hendak mencium tangannya, Keisha menangkap sebuah aroma yang tidak asing. Dia mengendus tangan Meisya sambil berusaha mengingat dimana dia pernah mencium aroma itu.
Seketika wajahnya memucat begitu ingat dimana dia mencium aroma tersebut.
Sementara Leonard yang bingung dengan tingkah laku Keisha yang mengendus tangan adiknya bertambah bingung saat wajah wanita itu memucat.
"Racun! Tangannya beracun. Aku ingat aroma ini."
"Tangan?" Leonard ikut panik dan segera memegang tangan Meisya yang lain untuk mengendus baunya.
Baunya sangat aneh. Tidak wangi ataupun buruk. Tapi unik dan kalau dihirup terlalu lama akan membuatnya pusing. Racun apa ini?
"PENJAGA!" teriak Leonard. "Panggil dokter kerajaan sekarang juga!" perintahnya begitu seorang prajurit masuk ke dalam.
Tidak lama kemudian dokter mengecek tangan Meisya yang ternyata memang ada bekas lotion yang sudah bercampur dengan sebuah racun. Racun yang terbuat dari bunga kematian.
Bunga kematian yang hanya tumbuh saat musim dingin memiliki kegunaan untuk memperhalus dan mencerahkan kulit. Dengan kata lain bunga ini bisa dijadikan untuk kosmetik wanita bila memakai dosis yang tepat.
Jika berlebih.. hasilnya akan membuat si pengguna sering pusing dan secara perlahan membunuh sang pengguna. Jika dikonsumsi langsung, hasilnya jauh lebih cepat dan mematikan.
Leonard baru ingat. Adiknya menjilat tangannya setelah makan kue yang dibawanya tadi siang. Apakah itu berarti racun yang masuk ke dalam tubuhnya berasal dari tangannya sendiri?
"Buang semua kosmetik milik Putri Meisya. Buang juga sabun di dalam kamar mandinya serta apapun yang berbentuk cairan atau padat yang berhubungan dengan kecantikan. Aku sendiri yang akan menggantinya." perintah Leonard dengan cekatan.
Dia mungkin tidak bisa melawan atau membalas janda permaisuri. Tapi dia bisa lebih waspada dan melindungi adiknya dari cengkeraman wanita tua itu.
Dengan bantuan Keisha, segala lotion atau fondation yang menempel di wajah serta tangan Meisya telah dilap bersih. Setelah memastikan tidak ada sisa make up yang menempel di kulit Meisya, sang dokter menulis resep obat untuk menetralkan serta menghilangkan sisa racun yang sempat masuk ke mulut Meisya.
Karena kini mereka tahu jenis racunnya, sang dokter bisa membuat resep yang tepat sebagai obat penawarnya.
Tanpa menunggu waktu lagi, Leonard memanggil orang kepercayaannya untuk segera mengumpulkan bahan-bahan agar sang dokter bisa meracik obatnya sendiri.
Setelah memberi perintah ke masing-masing anak buahnya barulah Leonard bisa duduk dengan lega. Setidaknya dia berhasil menggagalkan rencana janda permaisuri untuk menyingkirkan Meisya.
Leonard menoleh untuk melihat wajah adiknya yang kini tertidur dengan pulas. Sebelah alisnya terangkat melihat Keisha belum kembali ke istananya dan terus membelai puncak kepala Meisya dengan penuh kasih.
Leonard tahu kalau hubungan keduanya sangat baik. Dia tahu Meisya sangat menyayangi Keisha begitu juga sebaliknya.
Tapi wanita itu tidak perlu bersikap seolah yang hampir mati adalah putri kandungnya kan?
Bukankah sangat aneh? Keisha tidak pernah memikirkan ataupun bertanya soal putri kandungnya yang merupakan raja merah, tapi selalu perhatian dan mencurahkan kasih seorang ibu pada Meisya yang bukan putri kandungnya?
Apakah Keisha memiliki maksud tersembunyi ataukah jangan-jangan... racun bunga kematian tadi berasal dari Keisha?
Leonard menggelengkan kepalanya mengusir pemikiran tidak masuk akal ini. Memangnya apa untungnya membunuh Meisya bagi wanita itu? Lagipula, Keisha tampak menderita dan tulus menyayangi Meisya. Jadi tidak mungkin Keisha memiliki keinginan untuk membunuh adiknya.
Hanya saja... Leonard tidak bisa mengusir kegelisahannya secara menyeluruh. Biar bagaimanapun.. sikap serta perlakuan Keisha terhadap Meisya sangat aneh.
Bisa dibilang.. Keisha membenci semua anggota keluarga Heinest.. termasuk dirinya. Keisha hanya bersikap sopan dan hormat padanya karena dia berhubungan baik dengan Meisya. Jika pangeran atau putri lain yang bertemu dengannya, Keisha tidak banyak bicara dan selalu memandang mereka dengan dingin.
Keisha hanya bersikap baik pada Meisya dan orang-orang yang disayangi Meisya. Kenapa? Kenapa harus Meisya? Leonard sama sekali tidak bisa mengerti.
Kalau seandainya Keisha tidak memiliki anak, maka sikapnya bisa dipahaminya. Tapi Keisha pernah melahirkan anak perempuan. Dan anak itu adalah raja merah. Alih-alih menyayangi putri kandungnya sendiri, kenapa dia menyayangi anak dari wanita lain?
Leonard memutuskan keluar untuk mencari udara segar. Saat itulah dia dicegat oleh seseorang.
"Sampai kapan kau akan diam? Sudah waktunya melawan."
Leonard tertawa sarkas mendengarnya.
"Jika rencana yang kau ajukan itu gagal, tidak hanya aku yang akan mati. Meisya juga akan mati. Aku tidak peduli jika Keisha mati, aku tidak memiliki hubungan khusus dengan wanita itu. Tapi aku tidak akan membiarkan siapapun melukai adik perempuanku."
"Kalau begitu.. pastikan rencana ini berhasil. Kita tidak punya waktu lagi. Tinggal tiga minggu sebelum festival kerajaan diadakan. Lakukan sekarang atau tidak sama sekali."
Leonard tampak merenung sambil memikirkan berapa besar presentase rencana yang dibuat mereka akan berhasil. Kemudian dia ingat bagaimana adiknya batuk dengan memuntahkan darah. Dia tidak ingin adiknya mengalami hal seperti itu lagi. Dia tidak akan membiarkan janda permaisuri memanfaatkan kekuasaannya untuk menindas anak-anak yang ingin sekali disingkirkannya.
Benar. Sudah saatnya dia bertindak.
"Baiklah. Aku akan melakukannya."
"Sebelum itu, kita harus memancing setengah dari 'Origin' kemari."
Leonard tersenyum miring mendengarnya. "Aku sudah memikirkannya. Dalam waktu dekat, Catherine Regnz akan datang ke Prussia."