My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Meisya dan Katalina



Meisya dan Katalina

2Tadinya Katie berencana untuk bertemu dengan Kinsey di Munchen. Tapi mendadak pria itu tidak bisa muncul karena Hillary juga ada di Munchen. Akhirnya Katie memutuskan untuk jalan-jalan dengan ditemani Tanya, pengganti Honda.     

Tampaknya.. Kinsey lebih suka Katie ditemani teman perempuan daripada Honda. Lagipula Tanya adalah orang yang menyenangkan dan merupakan teman Catherine. Begitu bertemu mereka langsung membicarakan Catherine serta kedua anaknya. Tanya bahkan menunjukkan beberapa foto Chleora serta Diego pada Katie membuat Katie semakin merindukan sahabatnya dan ingin bertemu dua anak yang menggemaskan itu. Katie langsung merasa cocok dan nyaman ditemani wanita unik ini yang menyandang nama julukan 'Alpha'.     

Dan saat mereka berjalan melewati jalanan kecil, ada seorang preman yang tidak tahu siapa Katie mencegat mereka. Preman tersebut berusaha merayu dan menggoda keduanya.     

"Hai gadis cantik. Mainlah bersamaku, bukankah sangat membosankan kalau hanya bermain sendiri?"     

Semula Katie tidak menggubrisnya dan berencana untuk melindungi Tanya tanpa diketahui kalau Tanya bisa melindungi dirinya sendiri serta Katie.     

Sewaktu orang itu nekat mendekat, apa yang terjadi berikutnya sama sekali tidak diduga Katie. Tanya sudah menghilang dari sisinya dan tiba-tiba saja sudah berada di belakang pria hidung belang itu. Detik berikutnya, orang itu jatuh pingsan.     

"Dimana-mana sama saja. Selalu ada orang yang seperti ini." gerutu Tanya dengan jengkel.     

"Kau.. bagaimana kau..." Katie masih belum percaya akan apa yang dilihatnya.     

Tadinya dia berpikir Tanya adalah gadis biasa. Dia tahu Honda ahli dengan ilmu bela diri dilihat dari postur tubuhnya. Karena itu dia merasa heran, Kinsey yang begitu mengkhawatirkan keselamatannya menggantikan Honda dengan Tanya yang tampak lemah seperti gadis biasa lainnya.     

Ternyata... Tanya sama sekali tidak lemah seperti yang ia pikirkan.     

"Kau tidak mungkin berpikir Kinsey mengirim orang yang lemah untuk melindungimu, kan?" goda Tanya dengan nada jenaka.     

"Itu.. aku hanya kaget."     

Tanya tertawa renyah, lalu menggandeng lengan Katie untuk mengajaknya segera pergi dari jalanan kecil itu.     

"Aku ini ditugaskan untuk melindungimu. Jadi kau tidak perlu melindungiku. Tenang saja. Aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu. Tidak hanya Kinsey yang akan membunuhku, nona kedua juga akan membenciku kalau aku gagal."     

Katie hanya tersenyum mendengarnya. Setelah berbincang cukup lama mengenai Catherine, kini dia sudah mengerti nona kedua yang dimaksud adalah Cathy. Namun dia tidak mengerti kenapa Kinsey harus membunuh Tanya kalau Katie terluka? Kinsey tidak mungkin sekejam itu kan?     

"Kinsey tidak mungkin membunuhmu kan? Kau hanya bercanda."     

"..." Tanya tetap tersenyum sebelum menjawabnya, "Benar, aku hanya bercanda. Dia tidak akan membunuhku." Tapi dia akan membunuh orang yang melukaimu, lanjut Tanya dalam hati.     

Setelah kembali ke jalanan besar, keduanya melihat-lihat deretan toko. Dan mereka menikmati waktu mereka saat mencoba beberapa pakaian di toko butik.     

Tiba-tiba saja Tanya berhenti saat dia menyadari ada orang yang mengikuti mereka sejak tadi.     

"Ada apa?" tanya Katie bingung     

"Katie, maaf. Bisakah kau tunggu disini sebentar? Aku janji aku akan kembali. Jangan kemana-mana, oke?"     

Katie hanya mendesah saat Tanya terburu-buru meninggalkannya. Dia sama sekali tidak mengerti isi pikiran Tanya. Namun dia tetap tidak bergerak ataupun berpindah. Dia tahu Tanya tidak bisa bahasa Jerman, dan tidak begitu mengenali kota ini. Akan sangat repot kalau Tanya tidak menemukannya dan malah tersesat saat mencarinya.     

Pada akhirnya Katie menunggu disana sambil memainkan ponselnya. Dia masuk ke media sosialnya untuk melihat gambar-gambar update terbaru.     

Tidak lama kemudian sebuah pesan dari Kinsey muncul di dalam notifnya.     

'Sebentar lagi aku selesai. Kau ada dimana?'     

Katie tersenyum membacanya kemudian membalas pesannya saat ada sebuah aliran listrik mengalir ke lengannya membuatnya terkejut. Dan tiba-tiba saja tubuhnya terdorong ke samping membuat ponselnya meluncur dari tangannya.     

Katie mengelus lengannya yang tadi tersengat listrik sambil bertanya-tanya, darimana aliran listrik itu berasal?     

"Maafkan aku."     

Rupanya ada yang menabraknya, itu sebabnya tubuhnya terdorong ke samping dan nyaris terjatuh. Lalu, apakah mungkin sengatan listrik tadi karena sentuhan kulit diantara keduanya?     

Orang yang menabraknya tadi segera mengambilkan ponselnya yang terjatuh sebelum diserahkan padanya.     

"Tidak apa-apa. Aku juga salah. Tidak seharusnya aku berdiri di tengah jalan." jawab Katie dengan tatapan mata fokus pada hapenya. Ah, dia harus segera mengirim jawaban pada Kinsey.     

Hanya saja dia melihat retakan pada layar ponselnya. Katie tidak bisa tidak merasa sedih melihat retakan itu, apalagi ponsel ini adalah pemberian umbranya sebelum mereka berpisah saat Katie diterima di Bayern.     

"Aku akan bertanggung jawab. Aku akan menggantinya." ungkap orang yang menabraknya tadi.     

"Tidak perlu. Ini hape lama, jadi..." kalimat Katie terhenti saat melihat wajah orang yang menabraknya dengan jelas.     

Untuk sekilas dia mengira dia sedang melihat dirinya sendiri di cermin. Hanya saja kulit gadis didepannya jauh lebih putih seperti putih salju yang turun di musim dingin. Warna rambutnya bahkan sangat mirip dengannya.     

Warna matanya coklat, namun dia bisa melihat kilatan emas di tengah pupil kedua mata indah itu. Satu kata yang dipikirkan Katie. Cantik. Wanita didepannya sangat cantik, dan ini adalah kedua kalinya dia terpesona akan kecantikan seorang gadis setelah Catherine.     

"Kau cantik sekali." Katie segera mendekap mulutnya karena tanpa sadar mengungkapkan isi pikirannya.     

Untungnya wanita didepannya tidak menganggapnya aneh dan hanya tersenyum lembut.     

"Kau juga sangat cantik. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang secantik kau. Ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang memiliki warna rambut yang sama persis denganku. Apakah itu warna asli?"     

"Iya, ini warna asli. Kau?"     

"Aku juga. Warna rambut ini sama sekali tidak berubah semenjak aku lahir."     

"Aku juga." seru Katie.     

Dalam waktu singkat keduanya langsung akrab seolah sudah bertemu lama sebelumnya. Untuk sesaat Katie melupakan Tanya dan keduanya mampir ke sebuah rumah makan di sebelah mereka.     

Diluar dugaan, selera makan mereka juga sama. Sama-sama penyuka masakan apapun asalkan bercita rasa pedas. Dan mereka sama-sama maniak es krim! Katie tidak pernah bertemu dengan orang yang memiliki kesukaan yang sama.     

Bahkan disaat bersama dengan Cathy, Katie harus berpikir ulang untuk masuk ke restoran yang berspesialis masakan pedas karena Catherine sama sekali tidak bisa makan masakan pedas. Kalau soal es krim, Cathy memang suka makan es krim tapi tidak semanik Katie.     

Karena itu pertemuannya dengan wanita ini sangat membuatnya senang dan gembira.     

"Aku hampir lupa. Namaku Katalina, kau?"     

"Katalina? Kau cucu Egon Oostven!"     

"Kupikir kau tidak tinggal disini, ternyata kau mengenalku?"     

"Namamu sangat terkenal di tempat tinggalku. Dari dulu kakakku ingin..."     

Katie merasa terheran karena teman barunya malah tidak melanjutkan kalimatnya.     

"Uhm.." wanita itu terlihat ragu saat melanjutkan kalimatnya. "Kalau aku bilang nama keluargaku adalah Heinest, apakah kau masih mau berteman denganku?"     

Mendengar ini kedua mata Katie melebar tidak mempercayainya. Wanita dihadapannya ini adalah anggota kerajaan yang ingin menangkapnya? Meisya sendiri tidak menyangka dengan mudahnya dia membongkar identitasnya pada Katie. Entah kenapa dia ingin terbuka dan bersikap jujur pada wanita yang sangat mirip dengannya.     

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Katie merasa curiga apakah identitasnya sebagai raja merah sudah terbongkar? Lagipula tempo hari segerombolan orang yang menyergapnya saat bersama Estelle melihatnya langsung ketika dia menggunakan kekuatannya.     

"Aku tahu suku Oostven tidak begitu menyukai keluargaku, tampaknya keluargaku juga sangat waspada terhadap pergerakan di Bayern. Jadi..."     

Katie tersenyum lega mendengarnya. Setidaknya masih belum ada yang tahu identitasnya yang sebenarnya. Meskipun dia merasa heran kenapa masih belum terbongkar hingga sekarang, Katie tetap merasa lega.     

"Menurutku kita tidak perlu menghiraukan para tetua kita. Yang sedang menjalani perang dingin adalah para tetua, kenapa generasi kita harus mendapat efeknya? Bukankah kita juga memiliki hak untuk berteman dengan siapapun yang kita inginkan?"     

Wanita itu tersenyum lebar sambil mengangguk setuju. "Kau benar. Itulah yang kupikirkan. Aku heran kenapa para tetua bersikap seperti anak kecil dan membesarkan masalah sepele."     

"Aku sangat setuju."     

Keduanya tertawa bersama.     

"Bodohnya aku! Namaku adalah Meisya. Panggil saja Mei."     

"Bukankah seharusnya aku memanggilmu tuan putri?"     

Meisya tertawa. "Tidak. Khusus untukmu, kau tidak perlu menambahkan jabatanku. Lagipula..." Meisya mendekatkan wajahnya pada Katie untuk berbisik. "Aku sedang menyelinap dari istana. Jadi tidak ada yang mengenaliku."     

Sekali lagi kedua mata Katie melebar mendengar pernyataan Meisya.     

"Tanpa pengawal?"     

"Tentu saja ada. Aku memiliki umbra yang selalu mengikutiku dua puluh empat jam. Dia tidak akan muncul jika aku tidak dalam bahaya. Tapi.. kau sudah mengetahuinya."     

Katie tersenyum mengerti. Tentu saja dia mengetahuinya. Semua umbra yang melindungi anggota kerajaan Heinest adalah berasal dari suku Oostven.     

Mereka melanjutkan obrolan mereka sambil menikmati makanan penutup yang berupa es krim kesukaan mereka. Jika es krim kesukaan Katie adalah straciatella maka es krim kesukaan Meisya adalah pisstachio.     

Tepat setelah mereka menghabiskan es krim mereka, hape Katie berbunyi.     

"Halo, Tanya. Aku sedang ada di restoran tempat aku menunggumu tadi."     

Meisya memandang aneh ke arah Katie. Bukan karena cara bicaranya tapi karena Katie berbicara dalam bahasa Inggris. Sangat jarang warga Jerman biasa bisa berbicara dalam bahasa Inggris.     

Ah, tentu saja.. Katalina adalah cucu dan akan menjadi penerus ketua suku Oostven. Penting bagi seorang penguasa untuk menguasai bahasa Inggris serta bahasa lain di negara bagian Eropa lainnya.     

Meisya sendiri sudah menguasai lebih dari lima bahasa termasuk bahasa Inggris. Karena itu dia tidak terlalu heran atau curiga karena logat inggris dari Katie sangat mirip dengan logat orang Amerika. Karena Meisya sendiri tidak pernah bertemu ataupun bicara langsung dengan orang Amerika sebelumnya.     

"Katie! Dari tadi aku mencarimu!" muncul seorang wanita berambut coklat terang muncul menghampiri meja mereka disusul dengan seorang pria berambut coklat kemerahan dengan mata coklat gelap.     

Meisya menatap pria ini dengan tatapan menyelidik. Bukankah orang ini...?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.