Menyelinap Keluar Istana
Menyelinap Keluar Istana
"Aku punya permintaan. Aku butuh bantuanmu." ungkap Putri Meisya dengan nada penuh berharap.
Serigala merah berjalan melewatinya dengan cuek namun Meisya tidak menyerah dan segera menyusul untuk kembali menghadangnya.
"Hanya satu kali. Hanya satu." pinta Meisya sambil menunjukkan jari telunjuknya dengan tatapan memohon dengan sangat.
Serigala merah menoleh ke kiri menghindari tatapan Meisya. Sang putri berjalan ke kiri untuk menatap mata serigala tersebut. Dengan gerakan cepat serigala merah menoleh ke kanan disusul dengan Meisya bergerak ke sisi kanan. Begitu seterusnya hingga akhirnya serigala merah menyerah dan duduk tegap dihadapan Meisya dengan malas.
"Kau mau mengabulkan permintaanku?" suara Meisya semakin berharap.
Serigala merah menatap punggung tangan Meisya yang terdapat bekas luka cakarannya.
Saat pertama kali serigala merah datang ke istana, dia diperlakukan seperti monster dan tidak ada yang berani mendekatinya. Dia pun juga tidak suka dengan keberadaan manusia didekatnya.
Namun hanya gadis belia berusia enam belas tahun yang berani mendekatinya. Hanya gadis itu yang tulus menemaninya dan berbicara padanya. Meski gadis itu tidak bisa mendengar suaranya, serigala merah jantan yang masih kecil merasa lebih nyaman bersama gadis itu.
Hingga suatu hari ada seorang dari kaum Vangarian yang merasa sok dekat dan bisa mengendalikannya berusaha memberinya perintah dengan kasar. Tentunya, serigala merah tidak mau menurutinya. Orang itu malah geram dan mencambuknya membuatnya menjadi marah dan menyerang orang tersebut.
Meisya yang waktu itu kebetulan ada disana segera berlari membelakangi orang tersebut berakibat Meisya yang menerima serangannya. Tangannya terluka parah akibat terkena cakarannya dari punggung tangannya hingga ke lengan atas mendekati bahunya.
Lukanya cukup dalam sehingga membutuhkan waktu serta perawatan khusus untuk menghilangkan bekas luka itu.
Kini hanya luka pada punggung tangannya yang tersisa yang belum menghilang dengan sempurna.
Semenjak itu, serigala merah berpura-pura tidur di siang hari. Dan saat ada orang yang mendekatinya, dia akan menggeram penuh ancaman agar tidak ada satupun yang mendekatinya.
Hanya Meisya yang diperbolehkannya mendekatinya. Mungkin karena rasa bersalahnya atas emosi di masa lalu sehingga serigala merah memiliki tempat untuk gadis itu di hatinya yang dingin.
Lagipula gadis itu tidak menganggapnya sebagai monster seperti kebanyakan orang. Gadis itu malah menganggapnya sebagai binatang peliharaannya. Bahkan sikapnya tetap tidak berubah meski dia melukainya dan menyakitinya.
Dan malam ini, untuk pertama kalinya Meisya meminta bantuannya. Dia tidak memiliki alasan untuk menolaknya karena dia juga menyayangi Meisya.
Serigala merah menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan Meisya. Lalu, serigala itu menurunkan kepalanya agar Meisya bisa berbisik ke telinganya.
Begitu mendengar permintaan Meisya, serigala mengangkat kepalanya lagi sambil memandang ke arah Meisya dengan tatapan meledek.
"Kumohon! Hanya kali ini saja." pinta Meisya sambil menyatukan kedua telapak tangannya seperti sedang berdoa pada dewa. Tidak lupa dia melirik ke arah mata merah dengan tatapan memelas.
Serigala merah bangkit dari posisi duduknya kemudian berjalan memutari Meisya. Lalu menyundulkan kepalanya ke punggung gadis itu seolah membujuknya untuk segera kembali ke kamarnya agar dia bisa pergi untuk berburu.
"Kau mau melakukannya?"
Serigala mengangguk satu kali sebelum menyundulkan kepalanya lagi dengan lembut.
"Terima kasih. Aku akan menunggu sinyal darimu besok pagi."
Serigala merah memutar matanya dengan cuek menanggapinya. Setelah memastikan Meisya masuk ke dalam istana, barulah dia berbalik untuk melanjutkan perburuannya.
Keesokan paginya, sebuah keributan di gerbang istana terjadi. Tidak seperti biasanya serigala merah berbuat onar hingga membuat para prajurit kewalahan menanganinya.
Serigala merah melolong nyaring kemudian berlari-lari memutari halaman depan hingga merubuhkan pancuran air yang indah. Seluruh prajurit berkumpul hanya untuk berusaha menenangkan serigala tersebut tanpa menyakitinya. Mereka tahu, begitu mereka melukai serigala tersebut, makhluk itu akan semakin buas dan malah menyerang mereka balik dengan menyeramkan.
Di tengah-tengah keributan itu, sosok misterius berkerudung abu-abu menyelinap keluar melalui gerbang istana. Serigala merah yang sudah tidak mencium bau Meisya disekitarnya menguap lebar sebelum kembali ke posisinya dan berbaring untuk tidur.
Para prajurit tercengang melihat tingkah laku serigala yang aneh ini. Semula mereka berpikir ada seorang raja merah nekat masuk menyelinap kedalam istana karena 'Supreme Alpha' berubah menjadi liar.
Anehnya Alpha hanya bertingkah liar tidak jelas selama beberapa menit dan kembali bermalas-malasan seperti biasa.
Ada apa ini?
Tentunya tidak ada yang tahu bahwa itu semua hanya untuk mengelabui para penjaga pintu gerbang agar seseorang bisa menyelinap keluar tanpa pengetahuan siapapun. Orang itu tidak lain adalah Putri Meisya.
Putri Meisya tetap tidak melepas kerudungnya walau sudah tiba di stasiun kereta api. Dia segera membeli tiket yang bisa membawanya pergi kemanapun dan naik transportasi dalam bentuk apapun selama seharian ini. Dia bisa naik metro, bis atau kereta api sebanyak yang ia inginkan selama dia membeli tiket khusus ini.
Begitu dia duduk di kursi kereta api, barulah dia melepas kerudungnya. Dia belum pernah naik kereta api sebelumnya. Jadi ini akan menjadi pengalamannya pertama yang menyenangkan.
Tujuan kereta api yang dinaikinya adalah kota Munchen, salah satu kota wilayah kekuasaan suku Oostven. Alasan kenapa Meisya memilih sana karena jaraknya yang sangat jauh dari istana. Dia tidak ingin ada orang yang mengenalinya sebagai putri kerajaan. Untuk hari ini saja... dia ingin menjadi gadis biasa.
Karena sangat jarang pergi keluar akibat pengawalan yang ketat, Meisya hampir tidak tahu sistem transportasi ataupun politik yang sedang memanas diantara empat penguasa Prussia.
Meisya hanya mendengar dari perawat asuhnya atau Keisha mengenai dunia luar. Kalau soal politik, Leonard yang memberitahunya. Dengan begitu Meisya tidak ketinggalan berita dan tahu hampir semua apapun yang terjadi di negaranya. Hanya saja dia meniru Leonard dengan bersikap tidak peduli atau berpura-pura tidak tahu apa-apa.
Dan baru sekarang... Meisya memiliki keberanian setelah mempelajari apa saja yang harus dilakukannya dan tempat apa saja yang ingin dikunjunginya.
Saat kereta api sudah tiba di Munchen, jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Meisya mulai merasa lapar dan ingin makan sesuatu. Dia mengambil ponselnya untuk mengecek jadwal tempat yang ingin dikunjunginya, termasuk tempat makanan khas Bayern.
Setelah berjalan kaki mengikuti gps ponselnya, Meisya mulai merasa letih. Apalagi jalanan yang dilewatinya kini tidak sebesar tadi. Tampaknya dia tersesat?
Kemudian Meisya berbalik untuk kembali ke jalan raya utama. Saat keluar dari jalanan sempit yang tadi dimasukinya, seseorang menabraknya tanpa sengaja membuatnya hampir terjatuh kalau saja orang yang menabraknya tidak menangkapnya.
Dengan reflek yang sangat bagus, orang tersebut menangkap punggungnya dan membawanya dekat sambil berputar untuk menyeimbangkan berat keduanya agar tidak ada yang terjatuh. Disaat bersamaan, dua pasang mata saling bertautan.
Meisya bisa melihat sepasang mata coklat gelap yang tajam serta ada cahaya seperti bintang di malam hari di kedua pupilnya. Rambutnya bewarna coklat kemerahan.. warna yang sangat mirip dengan Alpha, serigala merahnya.
Anehnya... kenapa Meisya tidak bisa menarik diri dari orang ini? Kenapa jantungnya berdetak dengan aneh?
Siapa orang ini? Kenapa orang ini sanggup memutar dunianya?
Belum sempat Meisya menanyakan namanya, orang itu sudah melepasnya dan pergi meninggalkannya. Bahkan orang itu tidak bilang apa-apa atau hanya sekedar ucapan maaf karena sudah menabraknya. Padahal Meisya ingin mendengar seperti apa suaranya.
Dasar orang tidak sopan. Gerutunya dalam hati.
Pada akhirnya Meisya memutuskan untuk tidak menggunakan gpsnya yang tidak bisa dipercaya. Dia lebih memilih menggunakan instingnya dan mencari tempat makanan yang membangkitkan selera makannya.
Dan saat dia berjalan sambil melewati berbagai macam rumah makan, Meisya sama sekali tidak melihat kedepan dan lagi-lagi tubuhnya ditabrak orang. Bukan. Kali ini dialah yang menabrak karena orang yang ditabraknya hanya berdiri diam sambil fokus pada ponselnya.
Meisya merasa bersalah karena ponsel milik orang yang ditabraknya jatuh.
"Maafkan aku." ungkap Meisya dan segera mengambil ponsel tadi sebelum mengembalikannya pada pemiliknya.
"Tidak apa-apa. Aku juga salah. Tidak seharusnya aku berdiri di tengah jalan." jawab pemilik hape dan menerima ponselnya dengan senang hati.
Meisya bisa melihat desahan sedih pada pemilik ponsel tadi karena tampaknya ada sebagian kecil layar hapenya yang retak.
"Aku akan bertanggung jawab. Aku akan menggantinya."
"Tidak perlu. Ini hape lama, jadi..."
Seketika suasana diantara keduanya terhenti saat mata mereka saling bertemu. Ini pertama kalinya mereka melihat wajah lawan bicaranya dengan jelas.
Keduanya sama-sama memakai kaos T-shirt biasa serta celana jeans modis. Meski motifnya berbeda tapi cara berpakaian mereka sangat mirip. Dan mereka juga sama-sama memakai topi beanie dengan warna yang berbeda. Yang satu bewarna merah, sementara yang lain bewarna abu-abu.
Tidak hanya itu. Rambut mereka juga sangat mirip.. tidak. Malahan sama seolah rambut mereka berasal dari pemilik yang sama.
Rambut merah seperti buah apel yang ranum. Bagaimana bisa?
Memang rambut merah sangat umum di daerah Jerman utara dan timur. Meski begitu masing-masing warna memiliki keunikan sendiri. Ada merah seperti wine, merah tua yang sangat gelap atau merah terang yang mencolok. Tidak pernah ada terlihat warna merah yang sama persis pada dua individu yang berbeda. Dan ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang yang memiliki warna merah apel seperti dirinya.
Tampaknya gadis dihadapannya juga sama terkejutnya dengan dirinya.
Wajah mereka juga mirip. Tidak terlalu mirip, tapi orang lain bisa melihat ada kemiripan pada keduanya. Bahkan warna mata merekapun sama-sama coklat!
Jika orang lain yang melihat, mereka akan mengira keduanya adalah saudara kandung.
Siapa gadis ini? Pikir Meisya tiba-tiba merasakan keinginan kuat untuk mengenal wanita dihadapannya.