My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Teman Berambut Merah



Teman Berambut Merah

2Di hari yang sama di kota New York...     

Tiap hari Sabtu siang, Catherine mengikutkan putrinya kursus renang. Pelajarannya memakan hampir dua jam yang cukup menguras tenaga untuk anak seenerjik Chleora. Setelah berganti pakaian kering, Chleo menengok ke pintu luar untuk mencari sosok seseorang. Tumben sekali ibunya terlambat menjemputnya.     

Karena itu Chleo menunggu sambil bermain ayunan di taman bermain dekat kursusannya dengan hati gembira meski teman-temannya sudah pulang satu per satu. Tidak lama kemudian, seorang pria berpakaian rapi menghampirinya dan duduk di ayunan sebelahnya.     

"Hai si kecil, kau belum dijemput?" sapa pria itu dengan nada ramah dan menyenangkan.     

"Sepertinya belum."     

"Apakah mungkin kau putri dari Catherine West?"     

"Paman mengenal ibuku?" tanya Chleo penasaran mengira orang asing ini adalah teman ibunya.     

"Aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Tapi aku kenal teman baiknya. Dia sangat cantik dan memiliki rambut merah. Namanya Katleen Morse. Apakah ibumu pernah menceritakannya padamu?"     

Chleo menghentikan ayunannya dan konsentrasi untuk mengingat sesuatu kemudian menggelengkan kepalanya.     

"Sepertinya belum."     

"Kalau begitu kau harus bertanya padanya. Aku yakin ibumu masih menyimpan fotonya. Katleen Morse benar-benar wanita yang cantik."     

Chleo tersenyum lebar mendengarnya. Chleora adalah anak yang sangat menyukai keindahan. Wanita cantik ataupun pria tampan, semua orang yang memiliki kecantikan unik akan disukainya.     

"Aku akan langsung bertanya pada mama nanti."     

"Tapi si kecil, jadikan ini rahasia diantara kita ya. Jangan bilang siapa-siapa kalau kita sudah bertemu. Kau tidak mau ibumu akan curiga dan tidak jadi menunjukkan foto Katleen Morse kan?"     

"Oke! Aku akan tutup mulut." jawab Chleo sambil melakukan gerakan seolah sedang mengunci mulutnya dengan kunci.     

Orang asing tersebut tersenyum kemudian bangkit berdiri.     

"Ah, ada kotoran di rambutmu. Jangan bergerak dulu." ucap pria itu kemudian mrnyampirkan rambut Chleo seolah mengambil sebuah kotoran dari rambutnya. "Sudah. Kau adalah anak yang menyenangkan." ujar pria itu berikutnya sambil mengacak rambut Chleo. "Sampai jumpa si kecil."     

Chleo masih tersenyum sambil melambaikan tangannya ke orang asing itu. Kau juga orang yang menyenangkan, pikir Chleo senang.     

"Chleora!"     

Chleo menoleh begitu namanya dipanggil dan langsung turun dari kursi ayunannya dan menghambur ke ibunya.     

"Mama!" serunya sambil menciumi pipi ibunya seperti biasa.     

"Maaf sayang. Hari ini mama terlambat. Jalanannya sangat macet sekali."     

"Tidak masalah. Mama, apa mama punya teman baik?" tanya Chleo saat mereka berjalan menuju ke mobil sambil bergandengan tangan.     

"Mama punya banyak teman baik. Salah satunya adalah Mercy dan Daisy. Kau juga mengenal mereka, kan?"     

"Selain itu? Rambut mereka kan tidak merah."     

Cathy tertawa mendengarnya. "Sayang, rata-rata rambut kita bewarna coklat atau pirang. Sangat jarang ditemukan rambut merah di Amerika sini."     

"Tapi rambut mama merah?"     

"Ini rambut keturunan, sayangku. Rambut pamanmu juga sama. Disaat tidak ada cahaya, rambut kita terlihat coklat, tapi begitu disinari matahari rambut kita terlihat merah." jelas Cathy dengan sabar.     

"Bagaimana dengan teman baik mama yang punya rambut merah?"     

"Rambut merah? Mama tidak punya..." Cathy terdiam saat mengingat ada satu teman baiknya yang sudah lama tidak diketahui kabarnya. Sahabat yang sudah seperti saudarinya. Sahabat yang dirindukannya. Cathy memandang putrinya dengan lembut dan tersenyum hangat membuat Chleo menjadi semakin penasaran.     

Setelah membantu putrinya duduk di kursi penumpang dan memasang sabuk pengaman, Cathy masuk dan duduk di sebelah putrinya.     

"Selamat sore nona ketiga, bagaimana pelajaran renangnya hari ini?" sapa Owen yang sudah menjadi supir pribadi keluarga Regnz sejak Cathy menikah dengan Vincent.     

"Sangat menyenangkan Owen. Hari ini guru renangku membawaku ke daerah kolam yang lebih dalam. Aku bahkan tidak memerlukan alat bantuan lagi."     

"Itu mengagumkan sekali." pujian Owen membuat Chleo tertawa ceria.     

"Jadi mama, siapa teman baik mama yang punya rambut merah?"     

"Namanya adalah Katleen Morse. Dulu dia adalah seorang penyanyi jazz yang terkenal disini."     

Chleo tersenyum puas mendengarnya. Akhirnya ibunya menyebutkan nama yang sudah dari tadi diingatnya. Agar pertemuannya dengan pria asing tadi tidak ketahuan, Chleo sengaja berputar-putar agar dia tidak harus menyebutkan nama itu hingga mengundang curiga bagaimana dia bisa mengetahui nama 'Katleen Morse'.     

Karena sering menghabiskan waktu bersama pamannya, dia juga meniru gaya pamannya yang terkadang menggunakan permainan kata-kata untuk mencari informasi.     

"Oh ya? Seperti apa orangnya? Apakah dia cantik? Aku sangat penasaran." ungkap Chleo dengan antusias membuat Cathy tertawa.     

"Baiklah. Mama akan membongkar album foto sewaktu masih sekolah dulu. Kurasa masih ada beberapa foto disana."     

"Yey!" seru Chleo dengan riang mengundang senyum dari ibunya serta Owen.     

Sesampainya di rumah, Chleo segera berlari menghambur ke ayahnya yang sedang sibuk dengan laptopnya.     

"Papa!"     

"Wah, putri papa sudah pulang rupanya." ujar Vincent sambil mengecup lama pipi Chleo mengundang tawa geli dari bibir kecil Chleo. Kemudian dia bangkit berdiri untuk memeluk istrinya dan mengecup singkat bibir istrinya. "Aku merindukanmu."     

Cathy tertawa mendengarnya. "Aku baru pergi tiga jam dan kau sudah merindukanku?"     

"Mau bagaimana lagi? Aku selalu merasa kehilangan kalau kau tidak ada disisiku."     

"Muach." Cathy mencium pipi suaminya sambil melepas diri dari pelukan Vincent. "Aku akan mengambil album foto lama dulu. Chleo ingin melihat seperti apa Kitty."     

"Kitty?" sebelah alis Vincent terangkat.     

"Aku merindukannya. Aku akan memuaskan diri dengan melihat fotonya."     

"Padahal kupikir kau sudah melupakannya. Jadi yang sebenarnya kau lebih menyukai Morse atau diriku?" desah Vincent berlebihan.     

Cathy memukul bahu suaminya dengan gemas sebelum pergi ke ruang penyimpanan album untuk mencari album semasa sekolahnya dulu.     

"Wah, papa bisa cemburu juga?" goda Chleo dengan nada jenaka.     

"Kau ini." balas Vincent sambil berjongkok untuk menyamai tatapannya dengan putrinya. "Kenapa tiba-tiba kau ingin melihat wajah Katleen Morse?"     

"Kan aku hanya penasaran. Mama bilang dia punya teman berambut merah. Padahal kan rambut merah sangat jarang disini."     

Vincent hanya mendesah pasrah mendengar penjelasan putrinya. Vincent mengacak-acak rambut putrinya dengan kasih saat matanya menangkap sesuatu.     

Vincent menyampirkan rambut putrinya yang panjang ke belakang bahu Chleo, kemudian dia mengangkat kerah baju putrinya.     

"Ada apa papa?"     

Rahang Vincent mengeras dan sinar matanya menggelap saat melepaskan benda hitam asing yang menempel pada kerah baju putrinya.     

Vincent menggenggam erat benda itu dan meremasnya hingga dia merasakan benda itu telah hancur dalam genggamannya.     

"Papa?" tiba-tiba saja Chleo merasa takut. Ayahnya tidak pernah memarahinya. Tapi saat ayahnya marah kalau dia nakal, ayahnya berubah menjadi sangat menyeramkan.     

Vincent yang menyadari ketakutan putrinya langsung merubah raut mukanya dan tersenyum menenangkan.     

"Chleora Avelia Regnz, apakah ada orang asing yang berbicara padamu?"     

Chleo menelan ludahnya dengan gugup. Jika ayahnya sampai memanggil nama lengkapnya seperti ini, itu berarti ayahnya tidak ingin dibohongi.     

"Uhm.." Chleo menundukkan wajahnya merasa bersalah. Dia sudah berjanji pada orang itu untuk tidak membocorkan pertemuan mereka, tapi dia juga diajarkan untuk tidak berbohong. Chleo merasa takut sekali.     

"Chleo, papa tidak akan marah padamu. Sekarang, coba ceritakan bagaimana orang ini bisa bertemu denganmu dan apa yang dikatakan orang ini padamu." bujuk Vincent dengan nada yang sangat lembut.     

"Tapi aku janji padanya untuk tidak memberitahu siapa-siapa. Papa bilang janji harus ditepati."     

"Janji memang harus ditepati. Tapi itu tidak berlaku jika kau berhadapan dengan orang tua. Papa mama tidak pernah merancangkan yang jahat pada anak-anaknya. Berbeda dengan orang lain. Karena itu kau tidak boleh menyembunyikan apapun pada papa mama. Banyak diluar sana yang iri pada kita dan ingin melihat kita hancur. Dan orang yang menemuimu tadi bisa jadi salah satunya. Apa kau mengerti?" Chleo mengangguk kepalanya dengan lemah. "Sekarang beritahu papa apa saja yang dikatakan orang itu."     

Cathy sudah kembali ke ruangan utama dengan membawa album fotonya saat Chleo selesai memberitahu Vincent semuanya. Cathy merasa bingung karena melihat putrinya duduk berhadapan dengan suaminya seolah sedang menjalani interogasi. Apakah Chleo melakukan kesalahan? Biasanya Vincent akan menginterogasinya atau menghukum Chleo jika putri mereka membuat kenakalan yang berlebihan atau tidak terkendali.     

"Ada apa ini?" tanya Cathy terheran-heran.     

"Mama!" sebelum Vincent sempat menjawab, suara Diego yang baru saja bangun dari tidur siangnya terdengar. "Papa! Lala!" seperti biasa, Diego akan menyebut nama keluarganya satu persatu hingga kamarnya dibuka dan dia dikeluarkan dari ranjang khusus untuk bayi yang mengurungnya.     

Chleo ingin sekali mengikuti ibunya yang kini telah menghilang ke kamar adiknya. Tapi dia tahu, ayahnya masih belum selesai berbicara dengannya.     

"Chleo, lain kali jangan berbicara dengan orang sembarangan apalagi menyentuhmu. Jangan mudah membuat janji pada orang yang tidak kau kenal. Kita tidak pernah tahu apakah orang itu bermaksud jahat atau tidak. Mengerti?"     

"Iya papa. Aku tidak akan mengulanginya." jawab Chleo dengan penuh penyesalan mengundang senyum pada Vincent.     

Vincent menepuk lembut lengan Chleo tanda dia mengizinkannya pergi menyusul ibunya untuk bermain bersama Diego.     

Begitu dia sendirian, Vincent memasang headset bluetoothnya untuk menghubungi seseorang.     

Sementara itu orang yang menghampiri Chleo sebelumnya hanya tersenyum sarkas saat melihat layar monitor tabletnya mati. Dia sama sekali tidak menduga Vincent ada di sana dan langsung menyadari kamera kecil yang dia sembunyikan di kerah baju Chleora.     

"Aku memang tidak boleh meremehkan mantan anggota Zero." kemudian dia memasukkan tablet ke dalam tas ranselnya dan berjalan memasuki gate penerbangan... menuju Jerman.     

Sementara itu Vincent berbicara dengan nada serius saat orang yang ditelponnya memberinya sebuah informasi.     

"Jika Strockvinch sudah mati, kenapa dia tidak kembali?" Ekspresi Vincent semakin menjadi serius saat mendengar jawabannya. Kemudian dia mendesah pelan. "Aku akan mengirim Alpha serta Zero kesana."     

Vincent memutuskan panggilannya dan memandang ke arah istrinya yang kini muncul dengan Diego didalam gendongannya. Sebaiknya dia menyembunyikan hal ini dulu dari istrinya. Vincent tidak ingin istrinya khawatir tentang situasi Kinsey.     

Kinsey, Kinsey. Bukankah kau sudah berjanji pada adikmu untuk tidak terlibat dalam dunia gelap lagi? Kenapa sekarang kau kembali menggunakan Honda? Decak Vincent sambil menggelengkan kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.