Pergi Memancing
Pergi Memancing
"Aku tidak pernah memancing sebelumnya."
"Kau mau mencobanya? Hari ini aku akan ke Rottstock untuk memancing. Bagaimana kalau kau menemaniku?"
Alex mendesah pelan. Tuan muda Kinsey, apakah kau lupa malam ini ada janji makan malam bersama direktur perusahaan kapal? Tidak. Tuan mudanya pasti tidak lupa. Sepertinya dia harus membatalkan janji temu nanti malam. Kenapa pula harus dia yang membatalkannya? Rutuk Alex dalam hati.
"Dimana itu?"
"Di Bradenburg, sekitar dua setengah jam kalau kita berangkat sekarang."
Mata Katie bersinar-sinar mendengarnya dan tujuan mereka berikutnya adalah kota Bradenburg untuk memancing ikan.
Seharusnya begitu. Seharusnya mereka melempar umpan kemudian meletakkan alat pancingnya ke pipa penyangga sambil menunggu ikan mengambil umpannya. Tapi kenapa kini mereka bepelukan yang tampak seperti sepasang kekasih sedang bermesraan?
Katie mencoba mengingat-ingat asal mula bagaimana ini bisa terjadi.
Beberapa menit yang lalu, saat mereka tiba di tepi danau target mereka, Kinsey mengatur semua perlengkapannya. Pipa penyangga, umpan dan sebuah alat pancing.
Dengan cekatan Kinsey mengikatkan umpan hidup ke pengait pancingannya kemudian melemparnya ke danau.
"Kau ingin mencoba memegangnya?" Kinsey menawarkan sesuatu yang sudah ditunggu Katie dari tadi.
Semenjak Katie melihat alat pancing besar bewarna hitam, matanya sudah berbinar-binar merasa penasaran dengan alat itu. Seumur hidupnya dia tidak pernah melihat sebuah alat pancing yang begitu besar secara langsung.Tentu saja dia menerima tawaran Kinsey dengan senang hati.
Di luar dugaannya, alat pancing itu lebih berat dari yang dikiranya. Dia nyaris menjatuhkannya kalau dia tidak mengerahkan seluruh tenaganya untuk memegangnya.
Tangannya mulai gemetar, dan tumpuan kakinya mulai goyah. Dia sudah hampir tidak kuat lagi memegang alat pancing itu saat dua tangan membantunya dari belakang.
Napas Katie tercekat, tubuhnya menegang... saat punggungnya menempel dengan sempurna di depan dada Kinsey serta dua tangan besar menaungi dua tangannya yang kini baru disadarinya sangat kecil. Belum lagi, dia merasakan dagu Kinsey berada di puncak kepalanya membuat jantungnya berdetak tak karuan.
Katie berhenti bernapas seketika saat kepala Kinsey bergerak ke samping dan dua telinga mereka bersentuhan.
"Hei, bernapaslah. Kita tidak ingin kau kehabisan napas."
Deg! Sepertinya dia pernah mendengar kalimat ini. Dimana? Kapan? Argh! Itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah bagaimana dia bisa keluar dari situasi ini?!
Jantungnya sudah tidak karuan, dia sulit bernapas belum lagi suara berat yang maskulin persis berbicara di sebelah telinganya. Dia ingin kabur, tapi dia tidak bisa bergerak seolah tubuhnya sudah dipaku di tempatnya berdiri. Entah kenapa Katie merasa dia telah masuk kedalam jebakan rubah licik ini.
Kakek, kenapa kakek bisa memelihara rubah selicik ini sih? Rutuk Katie merasa tak berdaya menghadapi Kinsey yang sepertinya selalu dapat mengambil kesempatan didalam kesempitan.
Sementara itu, Kinsey hanya tersenyum kecil menyadari tubuh mungil didepannya mulai menegang. Betapa dia sangat merindukan wanita ini. Enam tahun lalu saat dia memeluk Katie serta mencium bibirnya sudah membuatnya merasa bahagia dan kecanduan. Sekarang, wanita itu ada dibawah kendalinya. Dia bisa saja terus memeluknya jika dia mau. Dia bahkan bisa menghirup aroma yang menyegarkan dari tubuh Katie.
Tapi Kinsey menahan diri. Dia tidak ingin membuat Katie takut dan melarikan diri darinya. Karena itu dia menghentikan permainannya.
Kinsey melepas pelukannya tanpa melepas pegangannya pada pancingannya.
"Biarkan disini dulu. Kita bisa makan sambil menunggu." ucap Kinsey sambil memasukkan ujung pegangan pancingannya ke pipa yang disediakan.
"Bagaimana kita tahu kalau ikan memakan umpan kita?"
"Butuh waktu yang lama sebelum ikan mengambil umpannya. Kau tidak lapar?"
Barulah setelah mendengar pertanyaan Kinsey, Katie merasa perutnya berbunyi. Dia baru sadar, dia belum makan apapun dari tadi siang.
"Aku lapar." jawab Katie malu-malu membuat Kinsey tersenyum.
"Ikut aku."
Kinsey membawa Katie ke sebuah warung yang menyediakan masakan berbagai macam ikan. Kinsey menyerahkan pesanan pada Katie. Dia akan mengikuti apapun yang diinginkan Katie.
Katie memesan sup ikan pedas serta ikan salmon yang dikukus dan ikan panggang. Semua masakan yang dipesannya bercita rasa pedas. Selain berlidah manis, Katie juga sangat suka dengan rasa pedas.
Sambil menunggu pesanan diantar, keduanya saling mengobrol dan bercanda ria. Semakin lama Katie merasa jengkel karena dia sering tidak bisa lolos dari permainan kata-kata Kinsey. Belum lagi terkadang Kinsey mengucapkan sesuatu yang membuat jantungnya bisa bergetar liar.
Lama-kelamaan sesuatu yang tertahan didalam hatinya semakin menumpuk dan mendesak keluar. Hanya saja Katie sama sekali tidak tahu 'sesuatu' apa yang sudah memenuhi hatinya. Dia sama sekali tidak bisa mengerti jenis macam apa yang dirasakannya tiap kali bertemu dengan Kinsey.
Disaat makanan mereka dihidangkan, pancaran mata Katie berbinar-binar merasa tergoda untuk segera melahap hidangan di atas mejanya. Melihat keceriaan dan antusias menghiasi wajah Katie, Kinsey tersenyum senang dan merasa lega dia membawa Katie kemari.
Tanpa disuruh, Kinsey membersihkan duri pada ikan-ikan kecil sebelum diletakkan ke atas piring kosong Katie. Kinsey juga memastikan mangkuk Katie dipenuhi daging ikan dan sup yang tampaknya sangat disukai Katie.
Katie terpana akan sikap Kinsey dan dia merasa hangat dan tersentuh. Wanita mana yang tidak meleleh diperlakukan seperti ini?
Katie juga tidak mau kalah, dia menyendokkan sup ke mangkuk Kinsey serta ikan didalamnya. Kinsey tersenyum lebar menanggapinya dan keduanya mulai makan bersama.
Kinsey tahu kedua anak buahnya sedang mengawasinya, tapi dia tidak peduli. Dia hanya memusatkan perhatiannya untuk wanita yang kini duduk didepan matanya.
"Dia sudah gila. Dia tidak bisa makan masakan pedas, tapi dia menghabiskannya seolah itu adalah makanan terenak di dunia? Ckckck." decak Alex menggelengkan kepalanya.
Honda tidak menanggapinya dan memandang majikannya dengan tatapan penasaran. Sudah hampir sepuluh tahun dia bekerja dibawah Kinsey dan ini pertama kalinya dia melihat tuannya bersikap hangat dan manis terhadap seorang wanita yang bukan keluarganya. Bahkan tuannya tidak pernah bersikap seperti ini pada Kirena yang bisa dibilang cukup dekat dengan Kinsey.
Awalnya Honda merasa heran kenapa dirinya yang diberi misi menjadi pelindung bayangan Katie. Selama ini dia hanya diberi misi untuk melakukan pekerjaan kotor seperti membunuh, menyiksa atau berhubungan dengan dunia bawah.
Ini pertama kalinya Kinsey memberinya tugas melindungi seseorang. Saat pertama kali dia diberi tugas menyusup ke Valeys untuk menyelamatkan Katie, Honda merasa terkejut dan sama sekali tidak mengerti jalan pikiran tuannya.
Jika memang Kinsey ingin mengirim seseorang untuk melindungi Katie, bukankah Alex adalah pilihan terbaik? Tampaknya Katie juga lebih tidak merasa takut pada Alex dibandingkan dirinya.
"Mungkin dia takut pujaannya jatuh cinta padaku." seolah bisa membaca pikiran Honda, Alex memberinya jawaban. "Aku kan orang yang menyenangkan, semua wanita yang kudekati pasti akan jatuh cinta padaku." lanjut Alex sambil menggepuk dadanya dengan bangga. "Kalau denganmu.. dia tidak perlu khawatir pujaannya akan tertarik padamu."
"..." Tidak ada perubahan ekspresi pada Honda. Balasan yang cocok untuk orang yang memiliki kepercayaan diri tingkat dewa hanya satu. "Kirena tidak tertarik padamu."
Seketika kedua bahu Alex terkulai dan wajahnya menjadi musam. "Kau selalu tahu bagaimana untuk menyerang titik kelemahanku. Menyebalkan sekali."
Kembali ke meja makan pasangan tadi, Katie tersenyum puas begitu makanan didepannya habis. Dia tidak pernah makan ikan seenak ini sebelumnya. Tempat ini benar-benar menyediakan masakan ikan terenak di dunia.
Lalu Kinsey mengajak Katie berjalan-jalan memutari kolam ikan sementara Honda serta Alex yang bertugas menjaga pancingannya. Terlihat sekali Kinsey sama sekali tidak tertarik dengan memancing. Kinsey lebih suka menghabiskan waktu bersama Katie dengan mengobrol atau berjalan-jalan seperti yang mereka lakukan saat ini.
Katie sangat menyukai suasana tempat itu. Rerumputan, tanaman unik serta pepohonan membuat tempat itu rindang dan nyaman. Sesekali dia memotret pemandangan disekitarnya dengan kamera hapenya.
"Kau tidak ingin memfoto dirimu sendiri? Aku akan melakukannya untukmu."
"Benarkah?"
Langsung saja Katie memberikan hapenya pada Kinsey dan berbalik untuk berpose. Kinsey tersenyum melihat pose Katie yang melentangkan kedua tangannya seperti sedang berada di alam bebas.
Setelah mengambil beberapa foto, Katie berceletuk mengungkapkan isi hatinya tanpa disadarinya.
"Bagaimana kalau kita foto bersama?"
Kinsey terdiam, kemudian dia tersenyum miring. "Kau yakin?"
"Memangnya kenapa?"
"Kemarilah." Kinsey melambaikan tangannya seperti menyuruh Katie berjalan ke arahnya. Begitu tiba dihadapannya dengan tatapan bingung, Kinsey menunjuk ke arah berlawanan. "Apa itu?"
Secara refleks Katie menoleh ke arah yang ditunjuk Kinsey, lalu terkesiap kaget karena bahunya ditarik mendadak... menempel ke tuhuh Kinsey dan kemudian...
Cekrek! Terrdengar suara jepretan khas dari kamera hapenya.
Kinsey merangkulnya?! Dan juga... Mereka berfoto dengan posisi seperti ini?!
Jantung Katie semakin liar dan pipinya terasa panas membuatnya harus menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.