My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Terbongkar



Terbongkar

1Katie menimbang-nimbang strateginya sambil mengatur emosinya agar tidak kebablasan. Akhir-akhir ini dia sudah berlatih untuk menggunakan sedikit kekuatannya tanpa mengubah cuaca. Sayangnya, dia tidak menemukan situasi yang cocok untuk mempraktekkan kemampuannya.     

Sekarang dia dikeroyok belasan orang. Katie tersenyum antusias merasa ini saat yang tepat untuk menguji kemampuan dalam mengendalikan energi kekuatan raja merah.     

"Katalina, kau bisa mengatasi mereka? Bagaimana ini?"     

"Ingatkan aku lain kali jangan pernah masuk ke jalanan yang tidak dikenal."     

"Ini jalan pintas."     

"Tidak sebanding dengan nyawa kita."     

"Mana aku tahu kalau banyak orang yang dendam padamu."     

Katie memutar matanya dengan malas. "Bersembunyi disana dulu."     

Estelle mengangguk dan segera bersembunyi di balik tong sampah di dekat mereka.     

Tanpa komando apa-apa, seseorang maju lebih duluan menyerang Katie disusul dengan lainnya.     

Dengan ahli Katie menghindar dari tinjuan mereka dan balik memukul dada orang itu hingga terpental jauh. Katie tersenyum karena berhasil mengambil sedikit energi raja merah dan memusatkannya ke titik pukulannya.     

Melihat rekannya bisa terpental jauh dari posisi awalnya, mereka terpaku dan mulai merasa ragu.     

Katie memasang senyuman miring karena dia yakin dia bisa bertahan dan mengalahkan semua orang yang mengepungnya.     

Dan benar saja, tiap kali Katie memukul seseorang, target pukulannya langsung terpental jauh dan tidak sadarkan diri. Estelle berdecak kagum melihatnya, terlebih lagi tidak ada yang berhasil menaruh pukulan pada Katie.     

Sadar mereka tidak bisa melawan Katie dengan cara biasa, mereka mengeluarkan pisau lipat dari saku celana mereka masing-masing.     

"Aaaaaa!!"     

Katie langsung menoleh ke arah Estelle yang baru saja berteriak. Rupanya seseorang berhasil menyusup di belakang Estelle dan segera menyanderanya dengan mengalungkan lengan kekarnya ke leher mungil Estelle.     

"Jangan bergerak, atau aku akan membunuh wanita ini!" perintah orang yang menyandera Estelle.     

Katie mulai khawatir dan dia tidak bisa berpikir begitu melihat sahabatnya dalam bahaya. Tiba-tiba saja dia merasa angin berhembus di sebelah kirinya disusul dengan rasa nyeri pada lengannya.     

Katie menoleh ke arah lengannya yang kini keluar darah. Rupanya seseorang berhasil menggoreskan pisaunya dengan cepat melewatinya saat Katie lengah.     

Sakit. Dia paling tidak suka merasakan sakit.     

"KATALINA!!" teriakan Estelle membuat Katie tersadar dari lamunannya.     

Dia segera menghindar dari serangan yang kini bertubi-tubi mendatanginya. Sayangnya kali ini Katie tidak bisa membalas. Selain lengannya yang kini kesakitan, dia juga takut pisau yang sudah ditempelkan ke leher Estelle langsung masuk membunuh sahabatnya jika Katie bertindak gegabah.     

Hanya saja, karena dia hanya bertahan dan sedang dikeroyok, tubuhnya semakin diwarnai merah akibat sayatan pisau para penyerang.     

Napas Katie mulai tidak beraturan. Aneh sekali, kenapa dia merasa seperti dejavu? Sepertinya dia pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya?     

Dimana? Kapan? Kenapa dia sama sekali tidak ingat?     

Katie memegang kepalanya dengan kedua tangannya karena dia merasa sakit luar biasa. Sebuah gambaran muncul dipikirannya. Dia melihat Catherine, sahabat yang sudah seperti saudarinya di Amerika. Katie juga melihat seorang pria yang memiliki senyuman mengerikan seperti iblis.     

Siapa? Siapa orang itu?     

Katie mengerang tidak tahan akan rasa sakit kepalanya. Sebuah emosi yang besar tiba-tiba muncul dari dalam hatinya. Disaat Katie mendongakkan kepalanya dan melihat para penyerang menghampirinya bersamaan, Katie mengacungkan tangannya yang terkepal ke atas. Lalu dia memukul tanah pijakan kakinya sekeras mungkin menimbulkan sebuah gelombang yang membuat para penyerangnya terpental jauh.     

Semua orang yang ada disana terkejut dan membelalakkan mata mereka saat rambut merah Katie bersinar menyala seperti api yang membara.     

"Ra..raja merah! Katalina adalah raja merah!"     

Katie mengginggit bibirnya frustrasi. Bagaimana dia bisa begitu bodoh lepas kendali seperti ini?     

Katie menoleh ke arah Estelle yang kini terduduk di tanah dengan ekspresi syok.     

Oh tidak. Apa yang harus dia lakukan sekarang?     

"Kau.. Kau raja merah?" tanya Estelle nyaris seperti berbisik karena masih terlalu syok.     

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu. Tapi..." Katie tidak tahu harus berkata apa lagi untuk membuat sahabatnya mengerti dan tidak membencinya. "Maaf." hanya itu yang bisa dia ucapkan.     

Sementara itu, para penyerang yang melarikan diri terlalu takut berhadapan dengan sang raja merah berlari dengan perasaan gentar. Tiba-tiba mereka dihadang oleh seorang pria berambut hitam.     

"Minggir! Atau kami akan membunuhmu!"     

Tanpa menunggu jawaban, mereka langsung menyerbu orang tadi secara membabi buta. Orang berambut hitam menangkis dan merebut pisau salah satunya sebelum menancapkannya pada tenggorokan pemilik pisau tersebut.     

Dia melakukan hal yang sama pada lainnya. Terkadang dia menghunuskan langsung ke jantung lawannya atau melempar pisaunya ke arah dahi hingga menembus tempurung kepala lawannya.     

Jumlahnya tidak begitu banyak bagi orang yang sangat berpengalaman seperti dirinya dan dalam sekejap semua orang yang mengetahui bahwa Katalina adalah raja merah telah mati ditangan orang ini.     

'Lindungi Katie diam-diam. Jika ada yang melukainya balas perbuatannya sepuluh kali lipat. Jika ada yang mengetahuinya sebagai raja merah, habisi mereka tanpa ampun.'     

Itulah misi terbaru yang diberikan Kinsey pada Honda.     

-     

Katie serta Estelle duduk santai di sebuah tempat sunyi untuk menenangkan diri. Katie tidak peduli pada lukanya dan berusaha bersikap manis dengan memijat bahu sahabatnya.     

"Kau baik-baik saja?" tanya Katie khawatir.     

"Aku baik-baik saja?! Kau bercanda! Ternyata kau ini adalah... Hmph! Mmm? Mm?" Estelle tidak bisa berkata dengan jelas karena Katie sudah mendekap mulutnya dengan erat.     

"Sst.. Kecilkan suaramu. Tidak boleh ada yang tahu rahasiaku." bisik Katie sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya sendiri.     

"Mmm..mmm..." Estelle menganggukkan kepala sambil menunjuk ke tangan Katie menuntut untuk segera dilepaskan. Begitu tangan Katie menjauh, Estelle bernapas dengan lega. "Apakah kakekmu mengetahuinya?" tanya Estelle sepelan mungkin.     

"Dia tahu. Semua anggota Oostven mengetahuinya."     

"Jadi, selama ini kalian..." Estelle segera menghentikan kalimatnya sadar barusan suaranya mulai mengeras lagi.     

"Estelle, kumohon rahasiakan ini. Ya?" Katie memasang wajah andalannya. Matanya berkedip-kedip imut serta kedua tangannya masih memijat bahu sahabatnya dengan telaten.     

Estelle menghela napas. Sudah tiga tahun mereka berteman baik dan dia sama sekali tidak menyangka sahabatnya ini ternyata adalah raja merah. Dia menjadi bertanya-tanya, apakah selama ini Estelle mau berteman dengan Katie hanya karena dia sudah terperangkap dalam pesona raja merah?     

Estelle menggelengkan kepala memutuskan untuk tidak peduli. Toh, dia juga sangat menyukai Katie bahkan ingin menjadikan Katie masuk di bagian keluarganya. Dia tidak peduli apakah Katie adalah raja merah atau tidak. Bagi Estelle, Katie adalah Katie.. sahabat karibnya.     

"Aku mengerti. Rahasiamu aman di tanganku. Aku juga tidak ingin kehilanganmu gara-gara 'mereka' menangkapmu nantinya."     

Katie tersenyum lebar dan memeluk leher sahabatnya.     

"Kau yang terbaik. Apakah kau tahu aku sangat menyayangimu?"     

Estelle tertawa, "Iya, iya aku tahu. Tapi, Katalina.. bagaimana caranya kau membungkam para penyerang tadi?"     

Katie langsung memucat mendengarnya. Dia sama sekali melupakan kenyataan yang sangat penting. Katie hanya terlalu fokus pada Estelle seorang. Dia takut sahabatnya takut atau menghindarinya. Kini masalahnya sudah selesai dan dia bisa tenang, tapi justru hal paling penting malah dilupakannya.     

Katie tidak akan heran jika sebentar lagi gosip baru akan beredar. Sepertinya dia harus menghadapinya. Dia tahu, cepat atau lambat, identitasnya sebagai raja merah akan ketahuan. Kerajaan pasti akan menemukannya, dia tahu itu. Tapi kalau bisa.. dia ingin menyembunyikan rahasia ini selama mungkin. Setidaknya sampai dia berhasil menemui ibu kandungnya.     

Katie mengambil napas terpanjangnya hari itu.     

"Aku juga tidak tahu." jawabnya atas pertanyaan Estelle sebelumnya dengan nada tak berdaya.     

"Katalina, aku tahu kau tidak suka rumah sakit, tapi kau harus segera mengobati luka-lukamu. Pakai ini agar tidak mengundang pandangan aneh saat kau pulang ke Bayern." Estelle memberikan mantelnya pada Katie.     

Saat dalam perjalanan pulang, Katie mencoba mengingat kembali apa yang dilihatnya tadi. Katie yakin dia melihat Catherine. Dia juga ingat baik Cathy maupun dirinya menangis bersama. Tapi dia tidak ingat mengapa mereka menangis ataupun sosok orang yang memiliki senyuman mengerikan itu.     

Katie masih memikirkan hal ini meski dia sudah berjalan masuk melewati hutan. Tiba-tiba dia mendengar suara dan secara refleks langkahnya terhenti.     

'Kumohon, sadarlah. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau kau pergi dari dunia ini.'     

Siapa? Siapa yang berbicara? Kenapa suaranya terdengar sangat sedih?     

Katie memejamkan matanya berusaha memunculkan kembali suara itu.     

Siapa? Siapa pemilik suara itu? Kenapa hatinya juga ikut merasa sedih? Tanpa disadarinya, air mata menetes dari matanya dan turun ke bawah. Disaat bersamaan hujan mulai turun secara perlahan.     

Katie menengadahkan wajahnya ke arah langit. Padahal dia tidak menangis, padahal dia hanya mengeluarkan air mata. Padahal selama satu minggu ini dia berhasil mengendalikan emosinya. Lalu kenapa hujan tiba-tiba turun?     

Kenyataan hujan turun karena air matanya mengalir.. apakah itu berarti, sisi emosi negatif raja merah muncul kembali?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.