Penyergapan
Penyergapan
Kebetulan sekali Kinsey juga berencana membawa Katie ke tengah kota untuk memperkenalkannya pada seorang yang akan melindungi Katie disaat Kinsey tidak bisa bersamanya.
Katie juga sudah diberitahu dan ia tidak menunjukkan rasa keberatannya. Sebenarnya dia hanya ingin Kinsey yang melindunginya. Tapi dia sadar jika dia tidak ingin identitasnya ketahuan, Katie harus berkompromi.
Dan disinilah dia.. di tengah kota.. bertemu dengan seorang pria asing yang ditunjuk Kinsey untuk menggantikan posisinya saat Kinsey tidak ada.
Tadinya Katie berpikir orang yang dipercayakan Kinsey tidak jauh berbeda dengan Walther ataupun prajurit lainnya. Tapi orang yang berdiri dihadapannya ini ternyata jauh berbeda.
Rambutnya hitam agak panjang hingga melebihi rahang lancip pria itu. Matanya juga hitam pekat dengan sinar mata yang dingin dan mengerikan. Tidak diragukan lagi, orang ini sudah pernah membunuh orang.
Katie merasa terintimidasi dan rasa takut mulai merayap ke dalam hatinya. Dia melangkah mundur dan bergeser untuk bersembunyi di belakang Kinsey
Kinsey menoleh ke arah Katie yang berdiri dibelakangnya dengan bingung. Kenapa Katie bersembunyi?
Kinsey berbalik menoleh ke arah Honda, salah satu tangan kanannya dan mulai mengerti. Honda adalah seorang pembunuh bayaran. Tiap kali Kinsey ingin menghancurkan atau membunuh seseorang, Kinsey selalu mengirim Honda untuk melakukan pekerjaan kotornya.
Dulu sebelum bertemu dengan Honda, Kinsey melakukan semuanya sendiri. Menyiksa, menghajar serta membunuh.. dia sanggup melakukannya. Kini setelah ada Honda disisinya, dia tidak perlu repot-repot mengotori tangannya lagi.
Tapi kini Honda ditugaskannya sebagai pengawal pribadi Katie.. sesuatu yang belum pernah ia perintahkan pada pemuda itu sebelumnya. Kinsey mengerti sekarang, kenapa Katie bersembunyi di belakangnya. Terbiasa dengan pekerjaan dunia bawah membuat Honda menimbulkan kesan yang sangat dingin dan mengerikan bagi orang yang pertama kali bertemu dengannya.
Dia ingat Kirena juga bersikap sama seperti Katie saat pertama kali bertemu dengan Honda. Karena itu Kinsey tidak merasa terkejut kalau Katie agak merasa takut pada salah satu orang kepercayaannya.
"Honda, senyumlah sedikit. Kau membuatnya takut."
Kedua alis Honda bertautan. "Tuan meminta sesuatu yang mustahil."
Kinsey tersenyum tipis menanggapinya. "Aku tidak tahu kalau tersenyum itu adalah hal yang mustahil."
Kemudian Kinsey berbalik dan menepuk lengan Katie dengan lembut.
"Kau tidak akan melihatnya jika kau merasa tidak nyaman. Aku hanya ingin kau tahu kalau dia adalah orang kepercayaanku. Karena itu kau tidak perlu takut padanya."
Katie menganggukkan kepalanya sebelum melirik kembali ke arah Honda. Sungguh tatapan mata yang sangat mengerikan, pikir Katie.
Honda segera menundukkan kepalanya dan tidak lagi menatap lurus kearah Katie. Apakah dia sengaja melakukannya agar Katie tidak merasa takut padanya?
Katie menengadahkan keatas untuk melihat Kinsey dengan tatapan bertanya-tanya.
"Aku sudah membicarakannya dengan Ode dan Egon. Mereka menyetujuinya. Jika kau ingin masuk kedalam hutan, kau bisa mengajak Merah bersamamu. Jika kau ingin keluar dari Bayern, kau bisa menghubunginya. Meski aku sangat menginginkannya, tapi aku tidak bisa bersamamu setiap waktu. Karena itu, selama aku tidak ada, Honda yang akan melindungimu."
Meski Kinsey sangat menginginkannya? Ingin apa? Apa mungkin Kinsey ingin bersamanya setiap waktu? Memikirkan kemungkinan ini, Katie merona bersamaan jantungnya kembali liar.
"Tapi, aku tidak perlu dilindungi. Aku bisa jaga diriku sendiri." Katie mencoba bernegosiasi. Jika seandainya Kinsey tidak bisa menemaninya, Katie tidak perlu memiliki pengawal lainnya. Dia cukup ahli untuk membela diri dari para penjahat yang ingin mencelakainya.
"Aku tahu, kau bisa menjaga dirimu sendiri. Tapi hatiku lebih tenang jika perlindunganmu seratus persen terjamin. Honda tidak akan muncul jika kau bisa mengatasinya. Dia hanya akan muncul di keadaan darurat saja. Bagaimana?"
Tampak jelas sekali Kinsey tidak ingin dibantah lagi. Ini hasil negosiasinya terakhir dan Katie tidak memiliki pilihan selain menurut.
Katie mendesah sambil menggelengkan kepalanya. Kenapa dia tidak bisa menemukan dirinya melawan Kinsey? Kenapa dia mau menurut saja dan mengikuti apa yang diinginkan pria itu?
"Katalina! Kemana saja kau? Selama satu minggu ini aku tidak melihatmu."
"Estelle!" seru Katie dengan senyuman lebar.
Kedua wanita itu langsung saling berpukan seolah sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun.
"Oh, siapa ini? Walther tidak bersamamu?"
"Uhm.. ini.." Katie tidak tahu apakah dia harus mengenalkan Kinsey sebagai pengawal pribadinya atau anggota suku Oostven.
Kenyataan bahwa Ode menempatkan seorang pengawal pribadi harus dirahasiakan, sementara Kinsey tidak terdaftar sebagai prajurit Oostven. Belum lagi, Estelle sudah mengenal hampir semua prajurit senior Oostven.
"Kami temannya." jawab Kinsey kemudian membuat Katie merasa lega. Yah, jawabannya tidak sepenuhnya berbohong. Mereka memang berteman kan.
"Katie, aku harus pergi. Sampai ketemu lagi." pamit Kinsey sebelum beranjak pergi disusul dengan Honda yang mengikutinya.
Detik berikutnya, hape Katie bergetar menandakan sebuah pesan masuk.
'Honda akan mengikutimu diam-diam. Dia hanya akan muncul dalam keadaan darurat saja. Sampai ketemu di Bayern.'
Katie tersenyum membaca isi pesan Kinsey. Aneh sekali, kenapa dia merasa senang sekali menerima pesan singkat teman barunya ini?
"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Siapa yang sudah mengirimimu pesan?"
Katie buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam kantong jeansnya kembali.
"Tidak ada. Ayo kita pergi. Sudah lama sekali aku tidak jalan-jalan."
Keduanya berjalan di kawasan market dimana banyak stand yang menjual berbagai macam barang. Ada yang menjual tas, baju serta makanan ringan.
Katie serta Estelle melihat-lihat topi serta kacamata hitam dan mencoba memakainya. Mereka tertawa dan bergurau dengan gembira.
"Ah, aku hampir lupa. Kau ingat sepupuku yang pernah kuceritakan padamu?"
"Maksudmu pria berambut madu dengan mata hijau memukau serta seorang model yang terkenal di Itali?"
"Benar sekali. Ternyata kau ingat juga. Tak kusangka daya ingatanmu ada kemajuan rupanya."
"Apa maksudmu huh?" delik Katie dengan kesal. "Kau kan sering membanggakan sepupumu selama dua bulan terakhir ini."
"Oh, ternyata bukan karena daya ingatanmu yang mengalami kemajuan..Aaaa.. aku bercanda.. aku bercanda." teriak Estelle karena lengannya sudah dicubit oleh Katie. "Dasar monster. Tidak akan ada yang mau menikahimu kalau kau begini ganas."
"Siapa yang peduli?" balas Katie cuek.
Keduanya lanjut melihat-lihat kembali sebelum memutuskan untuk makan di sebuah restoran.
"Jadi kau akan datang ke pemberkatan anak lelaki Ilsa?" tanya Estelle selesai memesan makanan mereka.
Katie menghela napas. "Aku tidak tahu. Keluarga Tettero berteman baik dengan Oostven. Tentu saja kami harus datang menghadiri acara pemberkatan cucu keluarga Tettero. Tapi..."
Tapi... Tettero juga pasti akan mengundang Heinest dan Vangarians. Sebenarnya sudah banyak undangan dari istana karena penasaran dan ingin bertemu dengan sang cucu perempuan Egon yang terkenal akan ketangguhannya.
Hanya saja, Katalina menolak semua undangan itu karena tahu ada serigala merah yang berjaga-jaga di pintu gerbang istana. Agar tidak ada yang merasa curiga, Katie juga harus menolak semua undangan dari para penguasa negeri lainnya.
Karena itulah.. Katie tidak bisa datang ke acara pemberkatan anak Ilsa. Mungkin dia akan datang seminggu setelahnya. Biar bagaimanapun dia juga berteman baik dengan Ilsa. Katie selalu datang ke kediaman Tettero tanpa undangan resmi, karena pintu Tettero selalu terbuka untuknya.
"Kurasa aku tidak bisa datang. Kakek atau Walther yang akan datang sebagai perwakilan suku kami."
"Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikiranmu. Kau suka dengan keramaian, tapi tidak pernah mau datang ke acara resmi seperti ini. Padahal ini kan kesempatanmu menemukan calon suami seorang bangsawan."
Katie mengangkat kedua bahunya dan menurunkannya kembali dengan cuek. Dia sama sekali tidak peduli apakah dia bisa menemukan calon suami atau tidak. Toh, hidupnya sudah tidak panjang lagi.
"Anehnya, kau selalu datang ke festival atau parade yang memadatkan jalanan raya."
Katie hanya menanggapi komentar sahabatnya dengan senyuman.
"Ngomong-ngomong soal festival, hari Sabtu nanti ada festival kembang api di Rheinland. Kau mau datang?"
"Tentu saja aku mau!"
"Yes! Aku akan mengenalkanmu pada sepupuku hari itu."
Katie langsung tersedak oleh makanannya mendengar itu. Dia buru-buru mengambil gelas minumannya dan memaksa mendorong sisa makanan di mulutnya masuk melewati tenggorokannya.
"Apa kau bilang?"
"Kau ini.. benar-benar tidak mendengarku atau berpura-pura tidak dengar?"
"Estelle, sudah cukup. Aku tidak mau dikenalkan pada pria bujangan lagi. Semua kenalanmu tidak ada yang tulus. Mereka mendekatiku karena identitasku sebagai cucu pimpinan Oostven."
"Percayalah padaku. Yang ini berbeda. Dia adalah saudara sepupuku. Ayolah.." rajuk Estelle sambil menggoyangkan lengan Katie dengan manja. "Ini yang terakhir."
Katie mendesah pasrah. "Tidak. Aku sudah capek."
"Ayolah. Aku lebih memilihmu jadi bagian keluargaku daripada wanita yang tidak kukenal."
"..."
"Sekali iniii saja. Ya? Ya? Ya? Hanya ketemuan dan berkenalan tidak apa-apa kan? Lagipula, kau juga bisa menambah teman baru. Hm?" Estelle tidak menyerah dalam bujukannya.
"Baiklah. Hanya bertemu saja kan? Setelah itu, aku tidak mau lagi kau jadikan korban atas hobimu."
Salah satu hobi Estelle yang unik adalah menjadi mak comblang. Dan kini targetnya adalah Katie yang mana membuat kepala Katie merasa pusing karena harus bertemu dengan berbagai macam pria. Apalagi tampaknya Estelle terlalu menyukainya sehingga mencari cara agar Katie bisa menjadi bagian anggota keluarganya.
Begitu selesai makan, Katie menemani Estelle pergi ke suatu tempat. Herannya, jalan yang mereka lalui bukan jalanan biasanya. Tapi jalanan kecil yang berbelok-belok.
"Kenapa kita lewat jalan sini?"
"Jalan pintas. Bisa menghemat waktu."
"Kau yakin kita tidak tersesat?"
"Tidak. Tidak. Ikuti saja petunjuk gps ini."
Katie menggelengkan kepalanya. Tadinya dia pikir Estelle pernah melalui jalanan ini, ternyata ini juga pertama kali bagi Estelle.
"Wah, lihat siapa yang datang?"
Katie serta Estelle terdiam dan langsung bersikap waspada terhadap pemilik suara tersebut.
Seorang pria gemuk yang membawa besi disebelah tangannya disusul dengan beberapa orang yang diduga Katie adalah kelompok orang yang menghadang mereka.
"Siapa kalian? Kalian pikir ini jalan milik kalian? Kami mau lewat. Cepat minggir!" seru Estelle dengan suara lantang.
Sementara Katie hanya terdiam sambil menghitung jumlah orang yang kini mengepung mereka. Delapan orang. Sepertinya dia bisa mengatasinya.
"Kalian tidak tahu siapa dia?" tunjuk Estelle kearah Katie membuat Katie bingung. "Dia adalah Katalina, cucu perempuan kepala suku Oostven. Kalian akan berada dalam masalah besar kalau kalian tidak segera pergi!"
Katie menutup wajahnya dengan malu. Kenapa Estelle harus mengenalkan dirinya seperti ini? Sungguh membuatnya malu saja.
Mendengar pernyataan Estelle barusan, bukannya bergetar ketakutan, kelompok orang itu malah tertawa terbahak-bahak.
"Kebetulan sekali... Kami ingin membalas apa yang sudah kau lakukan pada kami selama ini, Katalina!"
Kemudian muncul beberapa orang lagi yang kini jumlahnya belasan orang bahkan mungkin... dua puluh lebih?
Katie mengepalkan kedua tangannya melihat jumlah yang besar mengepungnya. Dia tidak yakin dia bisa lolos dari kelompok ini. Jika seandainya dia sendiri, dia bisa bertahan dan melarikan diri. Tapi kini ada Estelle disisinya. Estelle bukan berasal dari Oostven maupun penguasa Prussia lainnya. Dia hanya warga Jerman biasa yang tidak memiliki ilmu bela diri apapun.
Bagaimana caranya dia bisa lolos dari penyergapan ini sambil memastikan keselamatan Estelle?