Kelemahan Kinsey
Kelemahan Kinsey
Bagaimana Kinsey bisa menjawabnya? Dia bahkan tidak tahu jawabannya. Lagipula apakah itu penting? Saat ini dia tahu apa yang dirasakannya pada Katie. Tidak peduli apakah karena perasaannya berawal dari kekuatan pesona raja merah atau tidak, dia tahu perasaan yang dirasakannya ini sangat nyata. Dia mencintai Katie dan dia yakin, tidak ada wanita lain yang sanggup membuatnya mencintai seperti yang dirasakannya terhadap Katie.
"Kau ingat tujuan utamamu datang kemari saat kau meminta pelatihan disini?" tanya Ode lagi tanpa memaksa Kinsey menjawab pertanyaannya sebelumnya.
"Aku ingin menjadi kuat untuk melindungi orang-orang yang kusayangi." Kinsey ingat alasan utama dia nekat datang ke Bayern agar bisa melindungi adiknya yang masih belum ditemukan.
Prioritas utamanya adalah keluarganya. Selalu keluarganya. Kinsey akan melakukan apapun agar keluarganya terlindungi dan tak tersakiti.
"Apakah mereka adalah keluargamu? Sepertinya kau sangat menyayangi mereka."
"Mana ada yang tidak menyayangi keluarganya. Hanya orang berhati iblis yang tega menyakiti anggota keluarganya." Kinsey teringat bagaimana seseorang tega meracuni saudara sepupunya sendiri. Atau seorang keponakan yang tega membunuh bibinya. Meski hanya saudara sepupu, mereka masih memiliki hubungan darah secara langsung!
Kedua tangan Kinsey terkepal mengingat lagi bagaimana anggota Paxton berusaha mencelakai ibunya serta adiknya. Kinsey sama sekali tidak menyadari Ode menatap ke arahnya menyelidiki ekspresinya.
Ode bertanya-tanya apakah mungkin alasan kenapa dia masih bisa melihat pancaran hangat di balik tatapan dingin dan haus darah pada sepasang mata coklat Kinsey, karena pemuda ini memiliki keluarga yang disayanginya?
Lalu apa yang akan terjadi jika keluarga yang begitu disayangi Kinsey direnggut dari pemuda ini?
Ode menghela napas. Dia sudah tahu jawabannya. Menilai dari karakter dan sifat Kinsey, anak ini pasti akan menghabiskan seumur hidupnya untuk membalas dendam. Belum lagi anak ini adalah 'origin'. Dendamnya serta kebenciannya tidak akan mudah surut.
"Ode. Sejujurnya aku tidak tahu jawaban atas pertanyaanmu tadi. Tapi aku bisa meyakinkanmu, aku tidak akan pernah melukai atau menyakiti Katie. Aku menyadarinya tadi siang. Melihatnya sedih membuatku tidak tahan. Aku ingin melindunginya, ingin membuatnya bahagia dan aku menginginkannya disisiku. Aku tidak ingin melihatnya hidup bersama pria lain." Kinsey mengucapkan kalimat terakhir dengan menatap lurus mata Ode dengan penuh keyakinan.
Ode merasa terkejut mendengar pengakuan ini. Apalagi kalimat terakhir sama sekali tidak diduganya. Orang yang terjebak pesona raja merah tidak memiliki hati yang egois atau memaksakan kehendak. Ciri-ciri orang yang terkena jebakan pesona adalah mereka akan melakukan apapun untuk membuat raja merah bahagia... meski mereka tidak bisa memenangkan hati sang raja merah.
Tapi Kinsey... dia malah mengaku dia tidak suka melihat Katie berbahagia bersama pria lain?
Ode tersenyum lembut yang dikira adalah halusinasi Kinsey karena kini Ode tersenyum miring seolah meledeknya.
"Akhirnya aku menemukan kelemahanmu."
Kinsey mengernyit merasa tidak suka kemana arah topik pembicaraan ini beralih.
"Katalina adalah kelemahanmu. Apa itu berarti aku bisa mengancammu dengan menggunakan Katalina?"
Kinsey kehabisan kata-kata mendengarnya.
Dasar nenek tua licik. Sepertinya julukan rubah lebih cocok disematkan ke tetua suku satu ini.
Ode tertawa terbahak-bahak melihat wajah masam pada Kinsey. Tawanya semakin meledak menyadari Kinsey memalingkan mukanya dengan ekspresi jengkel.
Kini Ode merasa lega dan beban apapun yang selama ini menindih bahunya telah terangkat. Dia yakin.. Hati Kinsey tidak akan berubah. Kalaupun pria ini membenci seluruh isi dunia ini, dia tetap tidak akan melukai Katie. Karena ternyata... entah sejak kapan, Kinsey berhasil keluar dari jebakan pesona raja merah dan tidak berakhir dalam kebencian.
Hanya satu masalahnya. Bagaimana reaksi Kinsey saat tahu usia Katie semakin memendek?
"Kinsey kau ingat kalimat yang kuucapkan padamu saat pertama kali datang kesini? Sepertinya kata-kataku akan berguna nantinya."
"Kata-kata yang mana?"
Ode melirik ke arah Kinsey dengan sinis. "Anak bodoh. Bagaimana kau bisa melupakan hal sepenting ini?"
Sebelah alis Kinsey terangkat tidak mengerti. Bagaimana mungkin wanita tua licik ini mengharapkannya mengingat kalimat pertama yang diucapkannya tujuh belas tahun yang lalu? Penting? Pasti baginya sama sekali tidak penting, karena Kinsey sama sekali tidak ingat apa yang diucapkan wanita tua ini.
"Hmph! Sebaiknya kau mengingatnya."
"Kenapa kau tidak mengatakannya sekarang saja? Kali ini aku tidak akan melupakannya."
"..." Ode tidak menjawab seolah tampak memikirkan sesuatu. "Aku juga tidak ingat."
Sekali lagi Kinsey kehabisan kata-kata. Jadi nenek tua ini mengharapkan dia mengingat kalimat yang tidak begitu penting sementara Ode sendiri tidak ingat?!
Kinsey menyerah dan segera pergi dari sana sebelum dirinya menjadi gila. Tidak pernah terjadi sesuatu yang bagus bersama dengan nenek tua nyentrik ini.
Ode hanya tersenyum tipis melihat kepergian Kinsey.
"Dasar anak bodoh. Kau harus menyadarinya sendiri."
Ode menatap ke batu yang masih digenggamnya. Dia harus menghancurkannya. Meski batu ini tidak akan melukai Kinsey ataupun Katie, tapi batu ini bisa melukai serigala merah. Jika dia tidak ingin serigala itu mengamuk lagi seperti tadi siang, Ode harus membakar batu ini.
-
Keesokan paginya, Katie melamun di pelataran belakang rumahnya. Dia memandang ke arah biasanya Merah akan muncul dan pergi. Katie berharap Merah akan muncul disana, tapi makhluk merah itu tidak muncul juga.
Katie bertanya-tanya, bagaimana dengan luka Merah? Apakah sudah sembuh ataukah semakin parah?
Tanpa disadarinya langit yang tadi cerah berubah mendung.
Ode, Egon serta Kinsey menyadari perubahan langit yang tidak lazim ini. Ramalan cuaca mengatakan hari itu langit akan cerah dan matahari bersinar terik. Lalu kenapa tiba-tiba langit berubah menjadi gelap?
Ketiganya memikirkan kemungkinan yang sama. Suasana hati raja merah sedang murung.
Kinsey segera berlari mendatangi rumah Katie dan langsung memutarinya. Instingnya mengatakan Katie sedang duduk di belakang pelataran bungalonya. Dan ternyata benar. Katie sedang duduk di teras dengan dua kaki ditekuk serta kepala ditopang di atas tangannya yang terlipat dia atas lututnya.
Pandangan mata gadis itu kosong seperti sedang termenung. Apa yang dilihat gadis itu?
Kinsey mencoba mencari apa yang sedang dilihat Katie hingga akhirnya dia mengerti.
Kinsey mendekat dan duduk disebelah Katie. Gadis itu tampak seperti larut dalam dunianya sendiri sehingga tidak menyadari kehadirannya.
Kinsey berdehem kecil berusaha menggugah lamunan gadis itu. Melihat tidak ada respon, Kinsey melambaikan tangannya tepat di depan wajah gadis itu.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Kinsey bertanya begitu Katie menoleh ke arahnya dengan bingung.
"Tinggalkan aku sendiri. Aku sedang tidak ingin diganggu." jawab Katie dengan malas sambil kembali meletakkan kepalanya di atas tangannya yang terlipat.
"Kau ingin Merah datang kemari?" Kinsey tidak menyerah begitu saja dan menolak pergi dari sisinya.
Untuk menjawab pertanyaan Kinsey barusan, Katie menggelengkan kepalanya secara perlahan.
Ada sebuah perasaan sedih sekaligus menyesal yang muncul didalam dada Kinsey. Hanya saja Kinsey tahu perasaan ini bukan miliknya. Rupanya dia masih terhubung dengan Merah. Hanya saja Merah menolak berbicara ataupun menanggapi panggilannya.
Entah kenapa Kinsey merasa lega mengetahui pemikiran serta perasaannya masih terhubung dengan makhluk merah itu.
Di dalam dirinya terdapat suatu keinginan untuk bertemu dengan Katie, disaat bersamaan juga merasa takut untuk bertemu dengan Katie.
Sayangnya.. Katie tidak ingin bertemu dengan Merah lagi. Kinsey juga tidak bisa memaksakan kehendaknya dan Merah juga pasti begitu. Meski Merah merasa sedih, tapi dia harus berusaha agar tidak muncul lagi dihadapan Katie.
"Maafkan aku." ungkap Kinsey akhirnya. "Maaf sudah membuatmu takut. Seharusnya aku tidak membawa Merah kemari."
Untuk pertama kalinya Katie menatap lurus ke arah mata Kinsey.
"Sepertinya kau salah paham. Aku tidak ingin Merah kemari bukan karena aku takut padanya. Aku takut akan ada pertarungan lagi antara Merah dan kakek. Aku tidak ingin mengalaminya lagi. Aku tidak ingin siapapun terluka di depan mataku." jelas Katie membuat Kinsey terpana. "Aku hanya berharap Merah baik-baik saja disana. Aku ingin bertemu dengannya, tapi aku juga tidak ingin dia terluka. Seandainya aku tahu dimana dia sekarang, aku ingin pergi menemuinya untuk memastikan dia baik-baik saja." lanjut Katie sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.
Kinsey tersenyum kecil. Semakin lama dia mengenal sifat dan karakter Katie, semakin besar pula rasa cintanya pada wanita itu. Kinsey tidak pernah bertemu dengan wanita yang memiliki hati sebaik dan selembut ini. Katie terlihat kuat disaat bersamaan terlihat rapuh. Dia terlihat lemah dengan badannya mungil, tapi Katie juga sangat kuat hingga sanggup menghajar para berandalan.
Apakah ada wanita yang seperti Katie di dunia ini?
Senyuman Kinsey semakin lebar saat mendengar sebuah suara yang sudah lama ia cari di pikirannya. Kinsey mengangkat sebelah tangannya dan mengusap lembut belakang kepala Katie.
"Coba lihat siapa yang datang."
Katie mendongakkan kepalanya dan seketika langsung berdiri untuk menghampir serigala merah yang kini mulai berjalan mendekatinya.
Katie langsung memeluk leher besarnya dengan haru. Setidaknya Merahnya baik-baik saja.
Kinsey menghela napas pasrah sadar Katienya lebih menyukai Merah dibandingkan dirinya. Yah.. seharusnya dia bisa memakluminya. Katie menyukai semua orang disini. Katie menyayangi seluruh suku Oostven dengan sama rata.. termasuk Kinsey dan juga Merah.
'Hm. Aku memang menyukainya. Aku juga menyukaimu, Walther, Ferd, Clodio, Jarvas, dan semua orang disini.'
Yang sebenarnya, Merah mendengar semua pembicaraan Katie bersama Mina. Termasuk pengakuan Katie yang mengatakan dia suka akan semua orang. Karena itu Kinsey juga ikut mendengarnya melalui pemikiran Merah.
Kalau bisa, dia ingin Katie melihatnya bukan sebagai sahabat, tapi seorang pria. Tapi dia tahu... Katie memiliki hati yang sangat baik dan rasa sayangnya tidak pilih kasih terhadap semua orang.
Menghadapi wanita seperti ini, Kinsey hanya bisa bersabar dan memaklumi karakter gadis itu.
"Aku tidak percaya ini!"
Kinsey serta Katie sama-sama terperanjat saat mendengar suara Mina dari samping bungalo Katie.
Sekarang apa yang harus mereka lakukan?