My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Energi Kehidupan Yang Terpotong



Energi Kehidupan Yang Terpotong

0Kinsey yang tadinya hanya merasa bersyukur karena dia tidak merasa sakit lagi, kini terpengaruh dengan emosi yang dirasakan Merah. Dia tahu, amarah ini bukan berasal darinya.. tapi amarah dari Merah.     

Kinsey berusaha menangkisnya sambil menenangkan Merah. Sayangnya, bukannya menenangkan justru Kinsey ikut merasa emosi. Kinsey sadar rasa sakit yang membuatnya menderita ini berasal dari Ode. Meski dia tidak tahu bagaimana cara Ode melakukannya, Merah berhasil meyakinkannya bahwa Ode memang yang membuat mereka kesakitan.     

Alhasil Kinsey hanya berdiam diri sambil memejamkan matanya. Dia tahu ini salah. Dia tahu dia tidak boleh menyerah dengan godaan Merah yang jelas sekali ingin membunuh Ode. Tapi godaan itu yang menang. Ada dua jenis pertentangan didalam diri Kinsey. Yang satu ingin melihat kematian Ode, dan yang satu dia tidak ingin siapapun terluka.     

Sayangnya, perasaan ingin menyambut kematian Ode lebih besar dibandingkan yang satunya. Kinsey memejamkan matanya berusaha mencari cara agar Merah mau mendengarkannya. Tapi Merah sama sekali tidak mau merespon. Kinsey justru merasakan niatan Merah yang benar-benar ingin membunuh Egon serta Ode.     

Kinsey merasa tidak berdaya. Untuk pertama kalinya dia merasa terjebak dengan pergumulannya sendiri. Dia memutuskan untuk tidak peduli lagi. Kinsey memilih menyerahkan semuanya pada takdir. Biarlah yang kuat yang menang karena memang itulah yang selama ini ia pegang selama menjalani misi berbahaya.     

Namun prinsip itu hancur seketika saat mendengar suara Katie yang lantang.     

"MERAH! Kumohon jangan bunuh kakekku." pinta Katie dengan sangat.     

Kinsey baru teringat ada Katie disampingnya. Gadis itu terlihat rapuh dengan air mata yang terus bercucuran membasahi pipinya. Matanya memerah dan pancarannya menunjukkan kesedihan yang mendalam. Saat itu juga hati Kinsey merasa sakit. Dia tidak suka melihat wanita itu bersedih. Kinsey lebih suka melihatnya tertawa dan bahagia.     

Sementara itu Merah yang sudah siap mencabut kepala Egon dengan taringnya terhenti begitu mendengar Katie memanggilnya. Sama seperti yang dirasakan Kinsey, Merah juga merasa sakit dan tidak suka melihat Katie bersedih.     

Sepasang mata Merah beradu pandang dengan Katie yang kini menatapnya dengan berkaca-kaca. Merah melangkah mundur menyadari ada sinar ketakutan yang menghiasi pancaran mata Katie. Merah tidak ingin membuat Katie takut padanya. Merah tidak ingin Katie mengalami trauma ataupun mimpi buruk. Merah ingin melihat Katie selalu tersenyum dan bermain bersamanya.     

Karena itu Merah melangkah mundur semakin menjauh sambil menundukkan kepala eolah dia telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Lalu Merah berbalik dan lenyap diantara pepohonan.     

Katie merapatkan bibirnya berusaha menahan isakannya sambil menyaksikan kepergian Merah dengan sedih. Kemudian Katie menoleh kembali ke arah Kinsey.     

"Kau baik-baik saja?"     

Kinsey hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaannya. Entah kenapa Kinsey tidak bisa menemukan suaranya untuk menjawab pertanyaan sederhana itu. Perasaan bersalah yang menyelimuti Merah juga dirasakan oleh Kinsey. Mungkin karena itulah, Kinsey merasa dirinya yang bersalah karena membiarkan Katie menyaksikan adegan menakutkan tadi.     

Setelah memastikan bahwa Kinsey baik-baik saja, Katie segera bangkit berdiri dan menghampiri Ode. Untunglah tidak ada luka apapun pada Ode. Kemudian Katie membantu Egon berdiri sebelum mengambilkan tombak kakeknya. Katie semakin merasa sedih melihat tubuh kakeknya yang dipenuhi dengan luka cakar. Lalu dia menyadari ada darah pada ujung tombak itu.     

Oh tidak. Apakah mungkin Merah juga terluka? Katie menoleh ke arah perginya Merah dengan khawatir. Dia berharap luka Merah tidak parah dan bisa segera sembuh.     

Katie memapah Egon berjalan kembali tanpa menyadari saat ini Kinsey serta Ode saling memandang satu sama lain. Yang satu memandang dengan perasaan jengkel dan marah luar biasa, sementara yang satu memandang dengan perasaan menyesal.     

Yang sebenarnya, Ode hanya ingin tahu apakah energi kehidupan yang dulu sempat terpotong ada didalam tubuh serigala merah tadi. Dan ternyata memang benar. Dia menemukan potongan kecil itu disana tanpa dia ketahui telah terbelah dan memasuki tubuh Kinsey.     

Kalau seandainya, energi kehidupan belum memasuki Kinsey yang merupakan 'origin', dia bisa melenyapkannya. Dengan begitu dia tidak perlu khawatir perasaan 'cinta' yang dirasakan Kinsey pada Katie akan berubah menjadi kebencian yang mendalam.     

Tapi kini sudah terlambat. Tidak ada yang bisa mencegah Kinsey jika seandainya pria itu berubah menjadi benci pada Katie dan ingin membunuhnya.     

Sebuah dilema besar kini melanda pada diri Ode. Kinsey yang sekarang akan melakukan apapun untuk melindungi Katie. Sudah terbukti saat melihat Merah langsung menurut pada permintaan Katie. Karena itu tempat teraman untuk Katie saat ini adalah berada disisi pria itu atau serigala merah tadi.     

Tapi disaat bersamaan, tempat itu pula merupakan tempat yang paling berbahaya bagi Katie. Begitu Kinsey berbalik benci terhadap raja merah... serigala merah tadi pasti akan memburunya dan membunuhnya tanpa ampun. Karena bau raja merah sudah diingat oleh serigala merah tadi.     

Kinsey, aku harap kau tidak berubah. Pinta Ode dengan sangat seperti memanjatkan doa.     

Malam harinya, Katie mengurung diri didalam kamarnya sementara Kinsey berdiri di jalanan yang mengarah ke tempat tadi siang. Dia berusaha memanggil Merah dalam benaknya, namun sunyi. Tidak ada suara apapun didalam pikirannya.     

Seharusnya dia merasa lega karena kini pikirannya kembali tenang. Tidak ada suara berisik yang sering mengganggu pikirannya tiap kali dia ingin berkosentrasi akan sesuatu. Tapi anehnya, Kinsey merasa ada bagian dirinya yang menghilang saat sadar dia tidak bisa mendengar suara Merah lagi.     

Kinsey mendesah pasrah. Katie tidak mau ditemui siapapun sementara Merah pergi entah kemana. Kalau tahu begini, dia tidak akan menuruti Merah sehingga Ode atau Egon tidak melukainya.     

Kinsey langung bersikap waspada saat telinganya menangkap suara langkah kaki seseorang. Kinsey mengenal langkah kaki itu dan dia hendak berjalan menjauhi orang yang mengusik ketenangannya. Bukan. Saat ini dia tidak ingin berbicara dengan orang ini.     

"Apa kau akan menghindariku?" tanya orang ini begitu sadar Kinsey hendak beranjak pergi.     

"Aku tidak ingin bertemu denganmu." jawab Kinsey dingin.     

"Kita harus bicara."     

"Tidak ada yang perlu dibicarakan."     

"Ini mengenai kejadian tadi siang. Aku benar-benar menyesal. Aku tidak akan melakukannya lagi."     

"..." untuk beberapa saat baik Kinsey maupun Ode terdiam. "Kenapa kau melakukannya? Tidak. Aku lebih penasaran apa yang sudah kau lakukan. Bagaimana caranya kau bisa menekannya seperti tadi?"     

"Aku menempelkan ini pada kepalanya." Ode menunjukkan sebuah batu bewarna putih yang mengeluarkan uap dingin. Sekali lihat Kinsey langsung tahu itu bukan batu biasa.     

"Apa itu?"     

Ode mengambil napas panjang sebelum memulai menceritakan apa yang terjadi tiga puluh dua tahun yang lalu.     

Selain kaum Vangarians, ada satu kelompok lagi yang ingin melenyapkan raja merah dari dunia ini. Hanya saja mereka lebih manusiawi daripada Vangarians.     

Jika bayi bermata amber sudah terlahir ke dunia ini, mereka tidak akan melukai atau mencelakakan raja merah, disaat bersamaan mereka juga tidak melindunginya dari kejaran Vangarians.     

Tapi saat energi kehidupan muncul untuk memasuki rahim seorang ibu yang akan melahirkan, barulah kelompok ini beraksi. Mereka memiliki ritual serta mantra yang bisa melemahkan energi kehidupan ini.     

Dan tiga puluh dua tahun yang lalu, energi kehidupan ini muncul di suatu malam. Bulan purnama bewarna merah terang muncul di langit yang gelap. Untuk pertama kalinya, energi kehidupan hanya melayang berputar di langit seolah tidak bisa menemukan calon bayi yang pas untuk dimasukinya.     

Saat itu pula kelompok ini melempar banyak batu terbuat dari es serta kristal murni ke arah energi kehidupan. Mereka berhasil membelahnya menjadi beberapa bagian kecil. Mereka meringkusnya dengan mudah. Sayangnya, dua buah potongan berhasil lolos dari serangan mereka. Yang satu masuk ke tubuh wanita yang sedang mengandung tua, sementara yang paling kecil bersembunyi di suatu tempat. Sisanya berhasil dilenyapkan oleh kelompok ini.     

Potongan yang lebih besar memasuki tubuh Keisha yang adalah ibu kandung Katie, sementara yang kecil bersembunyi hingga memasuki salah satu serigala merah enam belas tahun yang lalu. Bebatuan yang mereka gunakan adalah batu yang kini digenggam Ode.     

Kelemahan fatal dari raja merah adalah suhu dingin. Karena itu dengan menekankan batu es ini ke kepala serigala tadi sanggup membuat serigala itu menderita. Jika seandainya tidak ada energi kehidupan didalam serigala tadi, maka batu es tersebut tidak akan mencelakainya.     

Kinsey mendengarkannya tanpa berkedip. Ini pertama kalinya dia mendengar sebuah energi kehidupan yang merupakan sumber kekuatan raja merah bisa muncul dan terlihat oleh mata manusia. Dia juga baru tahu ternyata suhu dingin adalah kelemahan vital bagi raja merah.     

Dan juga ternyata ada kelompok yang ingin melenyapkan energi kehidupan raja merah? Kinsey jadi ingin bertemu dengan mereka karena ia pun ingin melenyapkan kekuatan raja merah dari muka bumi ini.     

Sebelum itu dia masih merasa penasaran akan sesuatu. Apa hubungan semua ini dengannya? Kenapa dia yang bisa mendengar suara Merah? Kenapa harus dia? Dia merasa Ode tidak akan memberitahu jawabannya tapi tidak ada salahnya mencoba bertanya.     

"Kalau begitu kenapa harus aku? Aku bukan berasal dari sini, kenapa serigala merah memilihku?"     

Kinsey teringat silsilah keluarganya. Meski sudah berjalan selama lima generasi, darah Tettero serta Oostven tetap mengalir di dalam tubuhnya. Apakah mungkin karena dia adalah keturunan penguasa Prussia?     

"..." Ode terdiam untuk beberapa detik. "Karena kau sudah bertemu dengan Katalina sebelumnya." dan itulah jawaban yang diberikan Ode tanpa diduganya. "Kau pernah bertemu dengannya saat masih remaja dulu."     

Tidak. Jauh sebelum itu. Kinsey bertemu dengan Katie saat masih kanak-kanak. Kinsey menyimpan jawabannya dalam hati.     

"Semenjak kecil kekuatan pesona raja merah sangat menakutkan. Tanpa kau sadari kau sudah terjebak dan terpesona akan kekuatan pesonanya. Kau tidak ada bedanya dengan lainnya."     

"Maksudmu aku terjebak kedalam pesonanya?"     

"Apa aku salah? Apa waktu itu kau tidak ingin berteman dengannya? Tidak ingin bertemu dengannya atau menantikan pertemuan kalian berikutnya?"     

"..." Kinsey terdiam tidak bisa membantahnya. Harus dia akui, dia memang merasakan apa yang dikatakan Ode tadi. Rupanya sudah sejak lama dia masuk ke dalam jebakan pesona sang raja merah.     

"Hanya saja, kekuatan pesonanya tidak sekuat sekarang. Jadi begitu kalian berpisah selama bertahun-tahun efek pesonanya juga akan semakin pudar. Kau tidak lagi memikirkannya ataupun ingin bertemu dengannya." lanjut Ode dengan mata masih menerawang ke arah langit yang tidak memiliki satupun bintang.     

"Tapi kau berbeda. Terkadang kau masih memikirkannya meski kalian tidak bertemu lagi. Aku benar kan?"     

"..."     

"Aku akan memberitahumu satu hal. Katalina sempat menyegel kekuatannya disaat kekuatannya mencapai titik prima. Tidak ada lagi kekuatan pesona atau emosi raja merah. Katalina sepenuhnya menjadi manusia biasa. Karena itu, siapapun yang jatuh cinta padanya disaat dia sebagai manusia biasa, itu bukan karena kekuatan pesonanya. Itu adalah perasaannya yang tulus." jelas Ode.     

"Sekarang coba kau pikirkan kembali. Sewaktu kau bertemu dengan Katalina di Amerika, menurutmu kau bertemu dengan sang raja merah atau gadis biasa? Apakah kau terjebak dalam pesonanya ataukah kau tulus memikirkannya?"     

"..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.