My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Emosi Merah



Emosi Merah

2Ayah kandung Katie masih hidup. Itulah kesan yang didapat Kinsey menilai nada suara Ode. Hanya saja, Ode serta Egon tampak sangat membenci orang ini sehingga menganggapnya sebagai orang yang sudah mati.     

"Jika kita ingin menemukan wadahnya, ayah kandungnya adalah pilihan terbaik."     

"Lupakan saja dia. Kau pikir dia akan rela membantunya? Begitu tahu Katalina adalah putrinya, dia akan membunuhnya tanpa ampun."     

Kinsey sama sekali tidak menyangka pernyataan yang keluar dari mulut Egon. Ayah macam apa yang rela membunuh darah dagingnya sendiri?     

Kinsey ingat akan ayahnya sendiri. Meski Marcel jarang menunjukkannya, tapi Kinsey tahu Marcel sangat menyayanginya. Begitu juga dengan Daniel yang menganggap adiknya sebagai putrinya sendiri. Kedua pria itu menyayangi anak-anaknya dengan cara mereka.     

Karena itu mendengar seorang ayah tega membunuh putrinya sangat membuatnya terkejut.     

'Hei, Kinsey. Biarkan kami bertemu. Kalau begini terus Katie tidak bisa menemuiku dengan leluasa.'     

"..."     

Kinsey mendecak dalam hati. Satu-satunya alasan kenapa serigala merah harus sembunyi hanya agar Oostven tidak membunuhnya, sekarang makhluk itu malah minta ditemukan langsung dengan tetua serta ketua suku? Apakah makhluk merah itu ingin mati dengan cepat?     

"Kita bisa mencobanya dengan Jarvas terlebih dahulu." ujar Egon kemudian.     

'Kenapa tidak membawa anak bernama Jarvas serta Katie menemuiku? Aku bisa langsung tahu apakah anak itu adalah wadahnya atau bukan.'     

Kinsey sama sekali tidak bisa berkosentrasi pada apa yang didiskusikan Egon serta Ode selagi suara yang sangat keras memenuhi pikirannya. Tidak bisakah Merah diam barang sejenak?     

'Aku akan terus berisik seperti ini sampai aku diizinkan tinggal di Bayern!'     

Kinsey bangkit berdiri dengan kesal. Sungguh, serigala merah yang satu ini bertingkah seperti anak kecil. Apa Merah sama sekali tidak sadar saat ini dia sedang mendiskusikan hal yang penting?     

'Itu sebabnya aku ingin membantumu. Satu-satunya cara adalah membiarkan pimpinanmu menemuiku.'     

"Coba kau berbicara lagi, aku tidak akan membiarkan Katie menemuimu!" akhirnya Kinsey tidak bisa menahan emosinya dan keceplosan bicara dengan suaranya.     

Nah, sekarang baru Kinsey bisa berpikir dengan tenang. Sayangnya, disaat dia baru menyadari apa yang baru saja dia lakukan, sudah terlambat. Egon serta Ode menatapnya dengan curiga.     

"Kau bicara dengan siapa? Siapa itu Katie?" Ode memicingkan matanya memandang Kinsey dengan penuh kecurigaan.     

Kinsey hendak kembali duduk di kursinya kembali sambil mencari alasan untuk menutupi kesalahannya. Namun langkahnya terhenti saat sebuah pemikiran muncul dibenaknya.     

Kinsey mendecak lagi. Kenapa Katie harus menemui Merah sekarang? Kenapa pula Merah tidak memiliki rasa takut memasuki kawasan Bayern dan datang ke pelataran belakang bungalo Katie?     

Kinsey mendesah pasrah sadar pemikirannya sangat bodoh. Merah dan dirinya sangat mirip. Sama dengan dirinya yang tidak takut akan bahaya asalkan dia bisa berada disisi Katie, maka Merah juga merasakan hal yang sama. Binatang buas itu tidak peduli dengan nyawanya selama dia bisa bertemu dengan Katie.     

Kinsey melirik ke arah dua tetua yang masih memandangnya dengan curiga sekaligus bingung. Dia bertanya-tanya, apakah memang lebih baik membiarkan Ode serta Egon mengetahui situasi mengenai serigala merah saat ini?     

Kalau seandainya mereka menyetujuinya, maka perlindungan Katie selama didalam hutan akan lebih mudah. Merah bisa menemaninya sekaligus menjaganya tiap saat Katie ingin masuk ke dalam hutan.     

Sebuah suara riang serta antusias sekali lagi terdengar di pikirannya. Dia bertanya-tanya apakah ada cara agar Merah tidak memasuki pemikirannya.     

Pada akhirnya Kinsey menyuruh Merah membawa Katie agak jauh kuar dari Bayern. Dengan begitu disaat Ode ataupun Egon bereaksi yang tidak diinginkan, mereka tidak akan mengundang perhatian dari anggota suku lainnya.     

"Aku rasa aku harus memberitahu... tidak. Aku ingin menunjukkan sesuatu pada kalian. Aku tahu kalian pasti akan menganggapnya mustahil, tapi aku ingin kalian tetap tenang."     

"Apa yang sedang kau bicarakan?"     

"Aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Kurasa akan lebih mudah kalau kalian melihatnya secara langsung."     

Setelah saling berpandangan tidak mengerti, pimpinan Oostven setuju mengikuti Kinsey. Ketiganya tiba di sebuah ladang yang luas dengan pepohonan mengelilinginya. Ladang ini jarang dikunjungi karena banyak binatang buas yang terkadang bersembunyi atau bersarang disini.     

Oostven tidak takut pada binatang buas, tapi mereka tidak mau mengganggu ataupun menyerang para binatang. Karena itu mereka tidak pernah datang ke tempat ini.     

Egon serta Ode merasa terheran kenapa Kinsey membawa mereka ke tempat ini. Mereka lebih terkejut lagi disaat mereka melihat ada serigala merah disana yang sedang bermain dengan Katalina!?     

Katie sama sekali tidak menyadari kehadiran mereka karena terlalu asyik bercanda ria dengan makhluk merah itu. Dia berpura-pura memukul serigala merah dengan kedua tangannya, sementara serigala itu berbaring dan berpura-pura bertahan dengan sebelah kakinya yang terangkat. Kuku tajam serta taring yang seharusnya tampak jelas tidak terlihat karena disembunyikan oleh makhluk itu.     

Tidak mungkin! Jerit Ode dalam hati. Tidak ada sejarah yang mengatakan serigala merah mau berdamai dengan raja merah. Apalagi bermain-main seperti ini. Lalu apa yang sedang dilihatnya? Atau mungkinkah dia sedang bermimpi?     

Ode melirik ke arah Egon yang memiliki ekspresi yang sama dengannya. Egon bahkan mempererat tombaknya bersiap untuk menembakkan senjatanya ke arah serigala merah begitu dirasanya Katie berada dalam bahaya.     

"Katalina." panggil Egon untuk menarik perhatian Katie yang masih tertawa karena bermain bersama serigala merah itu.     

Seketika wajah Katie memucat begitu melihat kakek angkat serta tetua suku ada disana. Katie langsung bangkit berdiri memunggungi serigala merah yang tampak luar biasa santai. Sikap Katie bersikap sangat defensif seolah sedang berusaha melindungi makhluk merah dari sebuah serangan. Katie terlihat sekali tidak akan membiarkan Egon atau siapapun menyakiti Merah.     

Katie menyadari kakeknya menggenggam erat tombak yang sudah menjadi senjata utama ketua suku itu membuatnya tidak ingin bergerak dari tempatnya. Detik berikutnya Katie melirik ke arah Kinsey dengan tatapan marah. Kenapa Kinsey membawa pimpinan suku kemari? Kenapa malah membuat Merah berada dalam bahaya?     

Awalnya Kinsey tidak mengerti kenapa Katie terlihat begitu marah terhadapnya. Tapi disaat dia sadar sikap gadis itu yang begitu protektif terhadap Merah, kini dia mengerti. Gadis itu marah padanya karena mengira Kinsey sengaja membawa kedua pimpinan suku untuk mencelakakan Merah. Padahal Merah sendiri yang ingin bertemu langsung dengan mereka.     

Ini semua salahmu. Katie jadi salah paham denganku. Gerutu Kinsey di benaknya.     

'...'     

Kinsey menggelengkan kepalanya pasrah melihat ketidak pedulian Merah kalau Katie salah paham terhadap Kinsey.     

"Kakek, nenek. Aku bisa menjelaskannya. Merah bukan seperti serigala merah yang kalian ceritakan. Kami malah berteman baik. Jangan salah paham dulu. Dia tidak akan menyerangku, dan aku juga tidak ingin dia terluka. Jadi..."     

"Katalina," potong Egon. "Kemarilah."     

"..." Katie tidak bergerak dan tetap berdiri di tempatnya menolak untuk menuruti kakek angkatnya.     

"Kalau begitu aku yang akan berjalan kesana."     

Sebelum sempat mengerti maksudnya, Ode sudah berjalan duluan menghampiri Katie. Setidaknya Ode sudah terlalu tua untuk menyerang dan tidak ada senjata apapun pada wanita tua itu yang bisa melukai Merah. Karena itu Katie membiarkan Ode mendekati Merah.     

"Katalina, bisakah kau membiarkan kami sendiri?" pinta Ode agar Katie menjauh.     

Dengan berat hati, Katie berjalan beberapa langkah menjauhi mereka. Tapi tidak benar-benar menjauh dari Merah. Dia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Ode.     

Sama dengan Katie, Kinsey juga bertanya-tanya dan penasaran apa yang ingin dilakukan tetua suku.     

Mereka semua melihat sebelah tangan Ode terangkat dan menyentuh puncak kepala Merah. Semula kedua telinga Merah terangkat dengan kepercayaan diri, namun ketika tangan wanita tua itu menyentuh kepalanya, kedua telinganya langsung turun disusul rengekan seolah Merah sedang merasa takut.     

Disaat bersamaan dada Kinsey terasa sesak dan sakit membuatnya harus mencengkeram dadanya. Apa yang terjadi? Tiba-tiba saja tubuhnya terasa panas seolah ada api yang membakar seluruh organ didalam tubuhnya.     

Kedua kakinya tidak kuasa menahan rasa sakit serta panas yang menyiksanya sehingga dia terjatuh berlutut dengan masih mencengkeram dadanya.     

Mendengar suara aneh disebelahnya, Egon melirik ke arah Kinsey dan sangat terkejut melihat wajah Kinsey yang kini tampak pucat.     

"Kinsey, ada apa denganmu?"     

Pertanyaan Egon membuat Katie menoleh ke arah Kinsey yang sudah terjatuh di tanah. Katie membelalak lebar dan langsung berlari menghampiri Kinsey. Suaranya terdengar sangat panik dan pandangannya mulai kabur karena air mata. Dia sungguh merasa tidak suka kalau Kinsey terluka, apalagi tampak kesakitan seperti ini.     

"Kinsey, kau kenapa? Apa yang terjadi?"     

Katie terus-terusan mengelap keringat yang keluar tanpa habis di dahi serta wajah Kinsey dengan kain lengan bajunya. Katie merasa ikut menderita melihat ekspresi kesakitan pada wajah Kinsey. Belum lagi suara erangan Kinsey yang jelas sekali berusaha menahan rasa sakitnya.     

Disaat bersamaan, Merah mengeluarkan suara kesakitan dan tubuhnya tersungkur kebawah tak berdaya.     

Ode tetap tidak melepaskan tangannya dari kepala serigala itu dan terus saja memegang puncak kepala Merah. Ode tampak tidak peduli jika serigala merah dihadapannya mengeluh kesakitan. Malahan dia berpikir lebih baik jika serigala ini mati.     

Katie yang juga mendengar suara rengekan kesakitan dari Merah merasa tidak berdaya. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia merasa Ode-lah penyebabnya.     

"NENEK!" suara panggilan Katie membuyarkan konsentrasi Ode dan langsung menoleh ke arah Katie.     

Ode sangat terkejut saat melihat kondisi Kinsey disebelah Katie. Kondisi Kinsey tidak auh lebih baik dari serigala merah yang disentuhnya tadi. Ode segera mengangkat tangannya dari kepala Merah.     

Begitu tangan Ode terlepas dari kepala Merah, barulah Kinsey bisa bernapas lega dan sakit apapun yang menyerangnya telah menghilang. Napasnya tersengal-sengal seperti habis berlarian selama berjam-jam. Kinsey membiarkan kepalanya menghadap kebawah dengan lemas sambil berusaha mengatur pernapasannya kembali.     

Lain dengan Merah yang kini sudah terbebas dari rasa sakitnya. Bukannya merasa lega seperti Kinsey, tapi dia merasa emosi yang sudah tidak terbendung lagi. Kinsey juga turut merasakannya dan saat melirik ke arah Ode yang kini memunggungi Merah, Kinsey menatapnya dengan pandangan ngeri.     

"AWAS!!"     

Merah sudah melompat menyerang Ode dan berhasil mendorong serta menahan kedua bahu wanita tua itu di tanah dengan kedua kakinya. Merah menunjukkan taringnya yang besar dan sinar mata yang ganas.     

Egon langsung bergegas menyelamatkan Ode dan memukul tubuh Merah dengan tombaknya. Kinsey yang baru saja pulih dari kesadarannya tidak bisa berbuat apa-apa. Dia merasa seluruh energi dan kekuatannya telah terserap habis dan dia tidak memiliki tenaga untuk berdiri.     

Sementara itu Katie terpaku pada tempatnya. Semuanya terjadi begitu dengan cepat dan otaknya tidak bisa langsung memproses apa yang sedang terjadi.     

Katie menyaksikan pertarungan antara Merah dan Egon dengan perasaan ngeri. Dia menyayangi Egon serta Merah. Katie tidak ingin siapapun dari mereka terluka, apalagi saling melukai seperti saat ini. Sekarang dia harus melihat pertikaian antara Merah dengan kakek angkatnya? Katie tidak bisa tidak merasa takut. Dia takut salah satu diantara mereka akan terluka.     

Jantungnya seketika terasa berhenti saat Merah berhasil membuang paksa tombak Egon dan memojokkannya dengan menahan tubuh Egon ketanah dengan posisi tengkurap. Mulut Merah terbuka lebar seolah hendak menerkam kepala Egon membuat air mata Katie tidak terbendung lagi.     

"MERAH!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.