My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Origin



Origin

2Keesokan paginya, hal pertama yang dilakukan Katie setelah bangun adalah melihat kondisi kakinya. Kedua matanya berbinar-binar melihat kakinya kini telah kembali seperti semula. Tidak bengkak dan tidak terasa sakit.     

Obat hijau racikan tetua Ode memang yang terbaik. Satu-satu kelemahan obat itu sendiri hanyalah baunya yang tidak sedap saat dioleskan ke kakinya. Yah, bau tak sedap itu cukup pantas melihat kesembuhan kakinya. Dengan begini, Katie tidak perlu khawatir Kinsey akan menyeretnya ke rumah sakit.     

Tiba-tiba dia menyadari sesuatu. Kenapa dia begitu khawatir Kinsey akan membawanya ke rumah sakit? Selama ini tidak ada yang berani memaksanya untuk pergi ke suatu tempat yang tidak diinginkan. Meski ada yang memaksa, mereka pasti akan menyerah karena Katie sangat keras kepala.     

Lalu kenapa dia menurut pada Kinsey? Kenapa dia merasa yakin Kinsey sanggup memaksanya pergi ke rumah sakit?     

Tidak peduli seberapa keras Katie mencari jawabannya, dia tidak bisa menemukannya. Pada akhirnya Katie berjalan untuk mandi dan keluar menuju ke ruang makan utama.     

Tanpa disadarinya, matanya mencari sosok pengawal pribadi barunya di tiap jalan yang ia lewati. Dimana Kinsey?     

"Selamat pagi Katalina! Bagaimana dengan kakimu?" Jarvas yang juga baru keluar dari rumahnya menyapa Katie.     

"Sudah sembuh dengan sempurna." jawabnya dengan bangga. "Apakah yang lainnya sudah berkumpul?"     

"Maksudmu.. kau sedang mencari Kinsey?"     

Katie mengernyit mendengar pertanyaan ini. Kenapa akhir-akhir ini dia sering mendengar pertanyaan yang sama? Pertama adalah Mina, kedua adalah teman dari Walther. Dan sudah tiga kali pertanyaan yang sama diajukan padanya dari orang yang berbeda kemarin malam.     

Dan pagi ini dia harus mendengar pertanyaan sama... dari orang yang berbeda lagi?! Apakah terlihat begitu jelas Katie sedang mencari Kinsey?     

"Memangnya aku terlihat seperti orang yang sedang mencari Kinsey?"     

Jarvas tersenyum jenaka mendengar pertanyaannya. "Memangnya bukan?"     

Katie mendesah pasrah sadar dia tidak bisa menyembunyikan keinginannya untuk bertemu dengan Kinsey. Semenjak Kinsey pergi dari rumah setelah kedatangan Mina, dia sama sekali tidak melihat Kinsey yang ternyata sudah pergi ke kediaman keluarga Tettero.     

Tadinya dia berpikir Kinsey sudah kembali dan dia bisa menunjukkan pada pria itu kalau kakinya sudah sembuh. Tapi sepertinya Kinsey juga masih belum kembali.     

"Baiklah, kau benar. Aku sedang mencari Kinsey. Aku hanya ingin memberitahunya kalau kakiku sudah sembuh."     

"Ooo.." balas Jasvar dengan tatapan penuh arti.     

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"     

"Tidak apa-apa." jawab Jasvar sambil memasang wajah polos. "Sebagai informanmu, aku akan memberitahumu sesuatu. Kinsey dalam perjalannan kemari."     

"Sejak kapan kau menjadi informanku? Bukannya kau adalah wadahku?"     

Jasvar hanya tersenyum-senyum khas seperti anak kecil membuat Katie terheran.     

"Dasar kau ini. Kau sudah mulai berani menipuku ya?" ucap Katie sambil mengacak rambut pemuda itu.     

"Aku bukan anak kecil lagi. Lagipula, tubuhku sekarang jauh lebih tinggi darimu."     

"Jadi begitu. Karena sekarang kau lebih tinggi dariku, kau berani menggodaku, huh?" Katie masih terus mengacak rambut Jarvas sementara Jarvas berusaha menghindar dan melarikan diri sambil tertawa. "Eits, jangan lupa ya. Lariku lebih cepat darimu."     

"Wah, ada raja merah mengamuk." seru Jarvas sambil cekikikan.     

Keduanya saling kejar-kejaran hingga menarik perhatian banyak orang. Melihat keceriaan dan senyuman lebar yang menghiasi tuan putri mereka, semuanya tertawa melihat adegan lucu tersebut.     

Kejar-kejaran keduanya berakhir di bungalo utama dimana semuanya berkumpul untuk menikmati sarapan bersama. Disana sudah ada tetua Ode serta kepala suku Egon yang duduk di tempatnya masing-masing.     

Seperti biasa mereka semua makan sambil bercanda ria bersama. Kemudian masing-masing mulai bekerja. Biasanya Katie akan keluar dari Bayern untuk berpatroli. Jika ada preman atau berandalan yang menindas orang lemah, Katie akan menolong mereka dan memberi pelajaran pada para preman itu.     

Sayangnya, Ode sudah memberinya larangan keras untuk melarangnya keluar dari Bayern tanpa pengawal pribadinya.     

Lagipula dimana Kinsey? Bukankah Jarvas bilang Kinsey akan kembali? Kenapa pria itu belum muncul juga setelah menunggu dua jam?     

Tanpa disadarinya, Katie melamun sambil duduk di bebatuan yang merupakan tempat favoritnya.     

Mina yang baru saja selesai memasak untuk makan siang melihat Katie yang melamun. Mina merasa heran, apa yang dipikirkan Katie saat ini. Padahal gadis itu sudah jarang sekali melamun semenjak dijemput Walther di hotel. Kenapa sekarang kebiasaan lama muncul kembali?     

Oh, apakah mungkin...? Mina hanya tersenyum penuh arti mengetahui jawabannya.     

"Mina, kenapa dia melamun seperti itu lagi?"     

Mina segera membungkuk sedikit memberi hormat pada tetua suku yang menghampirinya.     

"Kurasa dia sedang dilanda penyakit merindu." jawab Mina dengan nada humor. "Siapa yang menyangka hari dimana sang raja merah jatuh cinta akan tiba juga."     

"Dia jatuh cinta? Dengan siapa? Kau tahu benar cinta raja merah selalu berakhir dengan tragis. Cintanya tidak pernah terbalas, itulah sebabnya emosi raja merah yang keluar berakhir dengan sisi negatif. Dia tidak boleh jatuh cinta."     

"Aku tahu. Tapi sepertinya kali ini berbeda. Aku rasa Kinsey juga menyukai Katalina."     

"Kinsey? Katalina jatuh cinta pada Kinsey?"     

Mina baru ingat, tetua sukunya baru kembali beberapa hari yang lalu dan belum mengetahui apa yang terjadi selama dua minggu ini. Karena itu Mina menjelaskan secara singkat apa saja yang terjadi saat Kinsey kembali ke Bayern bersama dengan Katalina.     

Ode mendengarnya tanpa ekspresi. Dia merasa ragu apakah kali ini memang berbeda. Apakah cinta raja merah akan terbalas kali ini?     

Kalaupun terbalas, apa gunanya? Disaat Kinsey dibutakan oleh kebencian, saat itu juga Katie akan mati. Dengan kemunculan Kinsey disisi Katie memang bisa membawa pengaruh baik untuk Katie, tapi disaat bersamaan... Kinsey bisa membunuh Katie langsung tanpa sepengetahuan mereka.     

Itu karena Kinsey adalah.... 'origin'.     

Saat ini hanya Ode dan Egon yang mengetahui kenyataan ini. Jika sedari awal Ode tahu Kinsey adalah origin, tentu dia tidak akan pernah menerima Kinsey menjadi anggota mereka tujuh belas tahun yang lalu.     

Ode mendesah pasrah merasa menyesal karena membiarkan Kinsey masuk kedalam suku mereka.     

"Ah, panjang juga umurnya. Baru saja dibicarakan, orangnya sudah muncul." ujar Mina membuat Ode menoleh ke arah yang dilihat Mina.     

Ode menatap Kinsey yang berjalan ke arah mereka dengan tatapan menyelidik. Dia memang bisa melihat sinar mata yang tajam dan juga tatapan dingin yang kejam pada mata pemuda itu. Tapi disaat yang sama dia juga melihat ada sinar kelembutan disana yang dipenuhi dengan kasih sayang.     

Apakah untuk saat ini Ode bisa merasa lega? Setidaknya Kinsey memiliki keluarga yang disayanginya. Ode ingat betul Kinsey sangat menyayangi keluarganya. Mungkin karena ada keluarganya, Kinsey tidak tenggelam dalam sisi gelap yang sudah bertumbuh di dalam hatinya.     

Jika seandainya.. jika seandainya Kinsey tidak mempunyai keluarga yang disayanginya, Ode tidak bisa membayangkan seberapa kejam dan dingin pancaran sinar mata pemuda itu. Dan mungkin... Katie sudah mati sejak dulu di tangan pemuda ini.     

"Kenapa kau memandangku seperti itu?" pertanyaan Kinsey membuyarkan lamunan Ode.     

"Kau sudah bertemu dengan Mertun?" Ode tidak berniat menjawab pertanyaan Kinsey dan balik bertanya.     

"Aku sudah bertemu dengannya. Kami sudah berdiskusi mengenai..." kalimat Kinsey terpotong karena melihat Katie berjalan menghampiri mereka semua.     

"Kinsey! Darimana saja kau? Aku mencarimu dari tadi." gerutu Katie membuat Kinsey terdiam seribu bahasa.     

Katie mencarinya? Benarkah? Hati Kinsey terasa terbang dan dia gagal menyembunyikan senyumannya. Bahkan Ode dan Mina bisa melihat senyuman kecil yang menghiasi wajahnya. Hanya Katie seorang yang tidak menyadarinya.     

"Bagaimana dengan kakimu? Kau sudah bisa berjalan?"     

Katie tersenyum lebar dan segera melompat satu kali untuk membuktikan kakinya sudah sembuh secara total.     

"Lihat kan? Sama sekali tidak terasa sakit. Kau tidak bisa memaksaku ke rumah sakit lagi."     

Kinsey tertawa kecil. "Kau benar. Ini untukmu sebagai hadiah." Kinsey memberikan kantong coklat ke arah Katie.     

Katie menerimanya dengan penasaran. Lalu matanya berbinar-binar melihat isi kantong itu.     

"Darimana kau tahu stracciatella adalah kesukaanku?"     

"Aku hanya menebaknya." yang sesungguhnya, dia ingat berapa skup es krim rasa stracciatella saat Katie membeli es krimnya. Sekali lihat Kinsey langsung tahu, stracciatella adalah rasa favorit gadis itu.     

Sementara itu Ode yang memperhatikan interaksi keduanya hanya mendesah pelan sambil menggelengkan kepala. Muncul satu orang lagi yang akan memanjakan Katalina.     

Yah, bukankah ini kabar bagus? Setidaknya untuk saat ini, Kinsey tidak akan melukai atau membahayakan nyawa Katie.     

Tapi tetap saja... kenyataan bahwa Kinsey adalah 'origin' tidak bisa membuatnya tidak khawatir. Kinsey bisa membunuh Katie sewaktu-waktu meski Kinsey tidak menginginkannya.     

"Tetua Ode, ada yang ingin kubicarakan." Kinsey bicara dengan nada serius setelah Katie dan Mina pergi untuk menikmati es krim kesukaan Katie.     

"Baiklah. Ikut aku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.