My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Merah



Merah

1Katie melihat seorang anak lelaki berambut merah dengan warna mata cokat gelap serta senyuman polos yang selalu menghiasi wajah anak itu.     

Ah, bukankah anak itu cinta pertamanya? Bagaimana Katie bisa melupakannya? Katie sadar akhir-akhir ini dia sudah tidak terlalu memikirkan anak lelaki itu. Bahkan anak itu sudah tidak muncul di mimpinya lagi sejak enam tahun lalu.     

Karena itu Katie tersenyum senang mengetahui anak lelaki itu menghampiri mimpinya.     

Kali ini Katie bermimpi ketika anak itu membuat janji temu dengannya. Dia bahkan diberi sebuah tanda 'janji' mereka. Gantungan kunci berbentuk mic kecil di satu sisi. Katie ingat dia menjadikan tanda 'janji' itu sebagai gantungan kunci apertemennya.     

Sayangnya... gantungan kunci itu telah menghilang. Dia bahkan tidak ingat dimana dia menghilangkannya. Satu-satunya bukti bahwa dia pernah bertemu dengan anak lelaki itu telah menghilang. Dan kini dia berada jauh dari Amerika. Katie pasti tidak akan bisa lagi bertemu dengan cinta pertamanya.     

Secara perlahan Katie keluar dari mimpinya dan terbangun dari tidurnya. Namun sebelum benar-benar terbangun, Katie berusaha sekuat tenaga untuk tetap tinggal di mimpinya. Dia ingin melihat wajah anak itu dan mengingatnya. Walau belum puas, namun setidaknya dia sempat melihat senyuman cerah nan polos anak lelaki itu.     

Kedua mata Katie yang terpejam kini terbuka. Dia merasa bingung dengan lingkungan di sekitarnya. Dia merasa terheran-heran bagaimana bisa dia tidur di luar, apalagi di tengah hutan seperti ini.     

Katie merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti tubuhnya yang ternyata merupakan ekor dari serigala merah. Sementara punggung dan kepalanya bersandar sepenuhnya di antara bulu tebal tubuh serigala ini.     

Sejak kapan Katie tertidur? Ini pertama kalinya dia tertidur di luar. Sebelumnya tidak peduli seberapa ngantuk atau lelah, Katie tidak pernah bisa tidur kalau bukan di rumahnya sendiri.     

Katie mendongakkan kepalanya dan melihat Kinsey sedang membaca sesuatu di tabletnya dengan serius. Sinar matahari tepat menyinari pria itu membuat rambut Kinsey tampak kemerahan.     

Rambut merah? Bukankah anak lelaki cinta pertamanya juga berambut merah? Tidak. Bukan. Rambutnya coklat, tapi terlihat merah disaat terkena sinar matahari.     

Rambut Kinsey juga sama, hanya saja warnanya agak lebih gelap daripada anak lelaki yang diingatnya. Ajaibnya, serigala merah ini juga memiliki warna bulu yang mirip. Terlihat coklat disaat bersamaan terlihat merah ketika terkena cahaya matahari.     

"Kau sudah bangun?" pertanyaan Kinsey membuyarkan lamunannya.     

"Hm.. Maaf, aku ketiduran. Ini belum pernah terjadi sebelumnya." jawab Katie sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Astaga! Sekarang jam berapa? Aku harus memetik buah beri. Aaaa!" Katie meringis kesakitan saat mencoba berdiri. Dia baru ingat, kakinya sempat terkilir tadi.     

"Kau ini, kenapa ceroboh sekali!"     

Deg! Tahu-tahu saja Kinsey sudah berdiri disampingnya sambil membantunya berdiri.     

"Buah berimu ada disana. Sekarang sudah jam delapan, tapi kurasa belum terlambat untuk bergabung sarapan dengan lainnya."     

Katie melihat keranjang yang tadinya terlihat kosong kini penuh dengan buah beri merah yang matang.     

"Apa yang kau lakukan?" pekik Katie karena lagi-lagi tanpa diduganya, Kinsey menggendongnya. Hanya kali ini pria itu mendudukkannya di punggung serigala merah yang sudah berdiri dengan gagah.     

Harus Katie akui, menunggangi seekor serigala sangat menyenangkan. Tidak ada bedanya dengan menunggangi kuda. Bedanya hanyalah bulu halus yang menggelitik kulit kakinya dan dia sangat menyukainya.     

"Kau duduk disana, sementara aku yang membawa keranjangnya."     

Kinsey mengambil keranjang yang terlihat kecil untuk ukuran tubuh Kinsey. Padahal saat Katie yang membawanya, Katie agak kerepotan karena ukuran keranjang itu lebih besar dari jangkauan tangannya bila memeluk keranjang itu.     

Kinsey serta serigala merah berjalan beriringan kembali menuju ke Bayern. Selama perjalanan Kinsey menyinggung soal memberi nama karena dari tadi serigala merah mendesaknya untuk segera memberinya nama.     

"Dia ingin aku yang memberinya nama?"     

"Sepertinya begitu." jawab Kinsey cuek.     

"Hm.. kalau begitu namamu merah saja."     

"..."     

Langkah Kinsey serta 'Merah' berhenti.     

'Huhuhu.. kenapa namaku terdengar konyol sekali?'     

Kinsey merapatkan bibirnya menahan tawanya.     

"Kau tidak suka?" tanya Katie yang terdengar kecewa saat bertanya pada 'Merah'.     

'Merah' menoleh ke samping dan melirik sekilas ke arah Katie sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya kembali.     

"Kurasa dia mau menerimanya." sahut Kinsey akhirnya. "Aku penasaran, apakah kau pernah punya binatang peliharaan sebelumnya?"     

"Ada. Aku punya Kapten."     

"Kapten?"     

Katie bersiul dengan memasukkan dua jari ke dalam mulutnya. Tidak lama kemudian seekor burung makau merah muncul dan bertengger santai di tangannya yang diarahkan ke atas.     

'Kei! Kei!' seru burung makau merah tersebut sambil mengusapkan kepalanya ke sebelah pipi Katie menyebabkan gelak tawa Katie yang nyaring. Kinsey ikut tersenyum melihat ekspresi riang yang tiada habis menghiasi wajah Katie.     

"Kau memberinya nama 'Kapten'?"     

Katie menjawabnya dengan mata berbinar-binar.     

"Aku juga menamai para binatang yang ada di Bayern. Misalnya Browny, Snowball,..."     

"..."     

Satu hal yang dipelajari Kinsey serta 'Merah'. Jangan pernah memberi Katie tugas memberi nama.     

Tiba-tiba saja ada sebuah dilemma didalam benak Kinsey yang dicurigainya milik pemikiran 'Merah'. Makhluk itu tidak ingin diberi nama oleh Katie disaat bersamaan dia ingin menggunakan nama pemberian Katie.     

Mengetahui pemikiran konyol ini membuatnya tidak bisa menahan diri lagi. Kinsey tertawa terbahak-bahak membuat Katie merasa bingung kemudian cemberut. Dia merasa Kinsey menertawakan dirinya.     

"Kau sedang meledekku ya?" tuduh Katie.     

"Hahaha.. tidak kok.. hahaha." Kinsey masih belum berhenti dari tawanya hingga air matanya keluar. Dia tidak pernah tertawa seperti ini sebelumnya.     

"Kau meledekku! Kalau tidak, kenapa kau tertawa seperti ini?" omel Katie dengan nada jengkel.     

Kinsey menghabiskan sisa tawanya kemudian kembali menenangkan dirinya. Dia menoleh ke arah Katie dengan pandangan lembut.     

"Aku sungguh tidak sedang meledekmu. Percayalah padaku." lanjut Kinsey sambil mengusap sayang kepala Katie.     

Katie merasa malu dan menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Pandangan Kinsey yang lembut dan suara yang menenangkan bahkan sentuhan di kepalanya... itu semua membuat jantungnya berdebar tidak karuan.     

Katie melirik ke arah samping melihat Kinsey memasang senyuman di wajahnya. Melihat pria itu tersenyum, dia juga ikut tersenyum. Aneh sekali, melihat pria disebelahnya merasa senang, dia juga ikut merasa senang.     

"Kinsey, apakah aku boleh bertanya sesuatu?"     

"Hm? Tanyakan saja."     

"Apa kau kenal dengan Catherine West? Kemarin kau menyinggungnya."     

"Dia adik kembarku."     

Mendengar ini Katie merasa terkejut. Cathy memiliki seorang kakak.. kakak kembar? Bukankah sahabatnya itu adalah anak sulung?     

Kemudian sebuah ingatan terlintas di benaknya membuat kepalanya terasa sakit. Dia ingat dia berada di sebuah kamar yang megah bersama Cathy. Dia ingat tubuhnya dipenuhi luka dan leher Cathy dibalut perban.     

Saat itulah dia teringat Cathy menceritakan sesuatu dan salah satunya adalah saudara kembar yang sudah lama terpisah sejak lahir. Tapi selain itu dia tidak ingat. Seperti kenapa dia dan Cathy terluka atau penjelasan Cathy lainnya, Katie sama sekali tidak ingat.     

Lalu bayangan lain muncul di benaknya. Sebuah siluet sosok manusia di sebuah balkon. Seorang pria dewasa tepatnya. Pria itu sedang duduk di sebuah kursi sambil meminum wine di gelas wine miliknya. Siapa pria itu? Kenapa bentuk tubuhnya terasa familiar? Tidak. Sosok siluet itu seperti...     

Katie melirik ke arah Kinsey yang berjalan disebelahnya. Kini dia sadar. Mereka baru bertemu pertama kalinya kemarin. Tapi sikap pria itu menunjukkan kalau pria itu sudah mengenalnya bertahun-tahun. Anehnya, hatinya juga mengatakan bahwa Katie juga mengenal pria ini.     

"Kinsey, apakah kita pernah bertemu sebelum ini?" Katie juga menanyakan hal ini kemarin dan tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Kali ini jawaban apa yang akan didapatinya?     

"Benar. Kita pernah bertemu satu kali di pernikahan adikku."     

"Oo.. maaf, aku tidak ingat." ucapnya dengan sedih. Kenapa dia bisa begitu bodoh melupakan seorang pria yang mengagumkan seperti ini?     

Katie ingat dia datang ke pesta pernikahan sahabatnya. Dia juga ingat dia telah menyiapkan kejutan khusus bersama teman-temannya. Tapi dia sama sekali tidak ingat kalau dia sudah bertemu dengan kakak sahabatnya. Katie bahkan juga melupakan kenyataan sahabatnya telah memberitahunya kalau Cathy ternyata memiliki saudara kembar. Jika Kinsey tidak menyinggungnya tadi, Katie juga tidak akan ingat.     

"Tidak masalah. Lagipula pertemuan kita sangat singkat waktu itu."     

Tapi aku tidak mungkin melupakan orang yang membuatku begitu terkesan, pikir Katie sedih.     

Sisanya mereka membicarakan hal-hal sepele seperti tentang kegiatan Katie sehari-hari atau petualang gadis itu saat tidak sengaja menemukan seekor anak singa yang hampir diterkam ular piton.     

Kinsey menggelengkan kepala mendengarnya. Di luar dugaannya, Katie adalah wanita yang berani menghadapi binatang buas. Selama binatang itu bukanlah serigala merah, Katie tidak takut.     

Kinsey juga menanyakan hal yang sudah membuatnya penasaran selama ini. Selama ini dia mengira Katie seperti gadis pada umumnya. Meski berkeinginan kuat, tapi gadis itu lemah dan tidak bisa ilmu bela diri apapun.     

Kinsey teringat dia pernah melihat Katie menghajar berandalan di bar dengan begitu luwes. Belum lagi gadis itu berhasil menyerangnya diam-diam disaat Kinsey mengikuti Katie ke Bayern di hari pertama Kinsey tiba di Jerman.     

"Semenjak kecil umbraku sudah mengajariku ilmu bela diri. Aku jarang menggunakannya, tapi kalau dalam keadaan darurat seperti saat bertemu dengan mafia atau penjahat, aku bisa melindungi diriku sendiri."     

Ah... itu menjelaskan semuanya. Rupanya gadis itu sudah terlatih semenjak masih kanak-kanak dulu.     

"Tapi kau tahu.. aku tidak begitu ahli. Jika menghadapi berandalan biasa, aku bisa mengatasinya. Tapi kalau berhadapan dengan yang sudah profesional, aku tidak jamin aku bisa menang."     

Kinsey mengangguk mengerti. Itu sebabnya tiap kali Katie pergi ke kota yang bukan daerah kekuasaan Oostven, pasti akan ada satu orang yang menemani gadis itu. Entah apakah Walther atau Ferd yang menemaninya.     

Di Oostven sudah ada lebih dari sepuluh prajurit senior termasuk Walther, Ferd dan Clodio. Kebanyakan dari mereka sudah mendapat tugas dari istana. Ada yang menjadi umbra, ada yang menjadi pengawal ada juga yang menjadi pimpinan pasukan elit.     

Hanya tersisa tiga prajurit senior yang menetap di Bayern. Ketiganya lebih memilih tetap tinggal dan melindungi Katie.     

Namun perintah dari istana telah keluar dan meminta Clodio untuk menjadi umbra dari anak raja yang baru lahir. Karena itu Clodio sudah jarang kelihatan sementara Walther dan Ferd akan berangkat ke negeri tetangga karena misi baru mereka.     

Itu sebabnya Ode menyuruh Kinsey menjadi pengawal pribadi Katie. Meski Katie memiliki umbranya sendiri, Katie masih harus menyembunyikan identitasnya sebagai raja merah. Karena itu, umbra tidak mungkin bisa muncul untuk menyelamatkan Katie jika gadis itu dalam bahaya. Begitu umbra muncul, maka seluruh warga Prussia akan tahu bahwa Katalina, cucu Egon Oostven adalah raja merah.     

Sedangkan Kinsey.. namanya tidak tercatat sebagai prajurit senior di Oostven. Kinsey juga memiliki keahlian yang sama hebatnya dengan prajurit senior Oostven. Ditambah lagi, Kinsey adalah orang berkewarganegaraan asing yang merupakan kandidat sempurna untuk bisa menjadi pengawal pribadi Katie.     

Meski Kinsey mengikuti Katie kemanapun pergi, tidak akan ada yang curiga akan identitasnya. Dan identitas raja merahpun tidak akan terbongkar.     

Rencana yang sempurna untuk melindungi sekaligus menjaga identitas Katie. Hanya saja ada satu masalah yang nyaris dilupakannya.     

Hillary. Wanita penguntit itu mengetahui seperti apa wajah Katleen Morse dan wanita itu juga mendengar rumor bahwa Katie adalah raja merah.     

Kinsey mendesah pasrah, dia harus memikirkan cara agar Hillary tidak pernah bertemu dengan Katie. Dia merasa dilemma. Dia ingin bersama Katie dan selalu menemani gadis itu, disaat bersamaan dia harus menjauh dari Katie saat gadis itu ingin ke pusat kota.     

Hillary pasti akan mencari Kinsey, dan Kinsey tidak ingin wanita itu melihat Katie.     

"Ah, aku hampir lupa." pekik Katie tiba-tiba. "Kakekku tidak akan menerima kehadiran Merah. Apa yang harus kita lakukan?"     

Kinsey juga baru ingat. Oostven sangat berhati-hati dan waspada terhadap serigala merah. Jika Oostven melihat Merah, bukankah itu berarti serigala ini pasti akan langsung diserang.. bahkan mungkin dibunuh?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.