My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Sehati dan Sepikir



Sehati dan Sepikir

0Katie terkenal sebagai penyayang binatang. Jika ada binatang yang terluka walau buas sekalipun, dia pasti akan membawanya pulang dan mengobati lukanya.     

Karena itu dia menjadi tidak tega melihat pandangan seperti anak anjing yang memelas pada pancaran mata serigala merah itu. Meski dia tidak tega, dia tetap tidak berani mendekatinya. Yang dihadapannya ini bukan binatang buas biasa. Tapi serigala merah! Bagaimana kalau binatang itu berubah pikiran dan langsung menyerangnya disaat dia lengah? Katie tidak berani mengambil resiko.     

Dia memang sudah siap akan kematiannya, tapi tentu saja dia tidak ingin mati dengan mengenaskan.     

"Sebaiknya kita kembali." ucap Katie akhirnya tanpa mengalihkan pandangannya pada makhluk merah karena takut binatang itu membuat serangan mendadak.     

"Kau yakin bisa berjalan? Kurasa kau bisa duduk diatasnya dan membiarkannya membawamu pulang ke Bayern."     

"Apa? Kau ingin aku apa?"     

Kinsey tersenyum geli, "Dia akan merasa senang jika kau membiarkannya membantumu."     

"Dari tadi kau terus membelanya. Memangnya kau bisa membaca pikirannya atau apa?" Katie merasa jengkel karena tampaknya Kinsey tidak berniat untuk berhenti mengerjainya.     

"Aku juga tidak tahu. Percaya atau tidak, tapi aku bisa merasakan perasaannya. Saat ini dia benar-benar tidak tahu harus berbuat seperti apa karena kau begitu terus terang mengungkapkan ketidaksukaanmu padanya."     

Mulut Katie terbuka lebar mendengar penjelasan tidak masuk akal ini.     

"Bagaimana kalau membiarkannya mendekatimu sekali ini saja. Jika kau memang tidak suka, aku akan menyuruhnya untuk menjauhimu." bujuk Kinsey.     

"Itu adalah serigala merah." bisiknya sepelan mungkin.     

"Aku tahu. Tapi kau tidak perlu takut. Aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu. Kau percaya padaku?"     

Apakah Katie percaya pada Kinsey? Jika Kinsey adalah orang luar, tentu saja Katie tidak akan percaya padanya. Tapi Ode menjadikan Kinsey sebagai pengawal pribadinya. Itu seharusnya sudah cukup membuatnya percaya pada Kinsey.     

Anehnya, meski Kinsey adalah orang luar; walaupun Kinsey bukan pengawal pribadinya, hatinya mengatakan bahwa orang ini bisa dipercaya. Entah kenapa dia merasa orang ini bersungguh-sungguh saat mengatakan tidak akan membiarkan seorangpun melukainya.     

"Baiklah. Aku akan mencobanya." desah Katie akhirnya menyerah.     

Kinsey tersenyum lega bersamaan serigala merah yang tadinya terlihat lesu langsung bangkit dengan riang. Melihat tingkah laku makhluk merah itu membuat Katie menggelengkan kepalanya dengan terheran-heran.     

Serigala merah itu berjalan mendekati mereka perlahan-lahan. Katie merasa terhibur saat menyadari serigala merah didepannya berusaha untuk tidak membuatnya takut.     

Setelah dirasa jarak diantara mereka cukup dekat, serigala merah berhenti dan kembali duduk tegap. Jarak diantara mereka tidak terlalu jauh namun juga tidak dekat. Serigala merah menyerahkan sisanya pada keputusan Katie.     

Hati Katie melembut menyadari niat baik serigala itu. Mungkin makhluk merah itu merasakan kegelisahannya kalau terus mendekati Katie, karena itu serigala itu kini duduk diam menunggunya.     

Kinsey mengulurkan tangan ke arahnya untuk membantunya berdiri. Dengan senang hati Katie menerimanya dan membiarkan Kinsey menuntunnya mendekat ke arah serigala merah yang kini memancarkan tatapan mata yang antusias.     

Secara perlahan Kinsey menuntun tangannya untuk menyentuh bulu di tubuh serigala merah itu.     

Awalnya, Katie gugup karena tangannya digenggam oleh Kinsey. Jantungnya berdesir senang sekaligus takut... dia takut Kinsey mendengar suara debaran jantungnya karena mereka begitu sangat dekat.     

Namun begitu tangannya menyentuh bulu merah yang sangat lembut itu, kegugupannya digantikan dengan perasaan terpesona.     

Katie tidak pernah menyentuh sesuatu yang begini lembut dan halus. Bahkan bulu anjing pomeranian yang pernah ditemuinya di kediaman Tettero tidak sehalus ini.     

Tanpa diketahuinya, tangannya sudah merangkul leher besar serigala merah dan menenggelamkan wajahnya masuk ke bulu serigala itu. Dia mengusapkan pipinya ke bulu merah tersebut dengan penuh nikmat. Dia bisa saja tidur nyenyak jika bulu ini menjadi bantal menemaninya.     

Sementara itu sebelah alis Kinsey terangkat melihat Katie sudah merasa nyaman memeluk serigala merah. Terlalu nyaman malahan. Bukankah tadi gadis itu ketakutan dan tidak ingin mendekat? Kenapa sekarang tampaknya Katie tidak ingin lepas dari makhluk merah ini?     

Untuk beberapa saat Kinsey menatap serigala merah itu dengan iri. Ah, beruntungnya serigala ini bisa mendapatkan pelukan gratis dari Katie. Kinsey melirik ke arah sepasang mata merah dengan pandangan cemburu.     

Mengerti apa yang sedang dipikirkannya, bola mata merah itu hanya berputar dengan malas seolah mengatakan bukan salahnya jika Katie lebih suka memeluknya daripada Kinsey.     

Kinsey terpana atas apa yang terlintas di benaknya. Kini dia yakin, dia bisa membaca pikiran serigala itu begitu juga sebaliknya. Dan mereka sama-sama ingin menarik perhatian Katie?     

Kinsey mendesah pasrah. Seandainya kalau saingan cintanya adalah manusia, dia bisa saja memikirkan ribuan strategi untuk memenangkan hati gadis itu. Tapi saingan cintanya malah serigala merah. Bayangkan.. serigala merah!     

Serigala merah duduk dan berbaring secara perlahan membuat Kinsey merasa heran. Lalu dia menemukan Katie yang kini malah tertidur pulas diatas tumpukan bulu lebat.     

Kinsey mendekati gadis itu dan berjongkok. Dia menyingkirkan rambut merah Katie ke belakang daun telinganya dan tampaklah ekspresi damai menghiasi wajah gadis itu.     

Siapa yang menduga kalau Katie mudah tertidur begitu saja. Kinsey menyadari kantung mata hitam dibawah mata Katie. Apakah kemarin Katie tidak bisa tidur nyenyak? tanya Kinsey dalam benaknya.     

Kinsey membiarkan Katie tertidur sebentar sambil bertukar pikiran dengan serigala merah.     

Kenyataan bahwa dia dan serigala merah bisa saling membaca pikiran satu sama lain masih merupakan hal misterius baginya. Pertanyaannya adalah bagaimana dan mengapa?     

Bagaimana bisa kedua pikiran mereka terhubung dan mengapa pikirannya yang terhubung dengan serigala merah itu. Jika serigala merah ada untuk memburu nyawa raja merah, maka bukankah lebih masuk akal kalau pikiran serigala terhubung dengan raja merah itu sendiri?     

Sebuah pikiran menjawab pertanyaannya. Serigala merah tidak pernah melunak seperti ini sebelumnya. Ini pertama kalinya terjadi dan serigala merah yang ini tidak akan pernah bisa melukai ataupun menyakiti Katie.     

Karena perasaan dan pemikiran serigala merah sudah menyatu dengan perasaan Kinsey, sehingga apapun yang membuat Kinsey sedih juga akan membuat makhluk merah itu bersedih. Semua apa yang dirasakan Kinsey bisa dirasakan serigala tersebut dan begitu juga sebaliknya.     

Kinsey melirik ke arah serigala merah bertanya-tanya... apakah mungkin jawaban yang muncul di benaknya adalah pemikiran serigala itu?     

Serigala itu memiringkan kepalanya seolah menyindirnya. Jawaban dari pertanyaan bodohnya tentu saja seharusnya sudah Kinsey ketahui.     

Kinsey mendesah. Ini pertama kali ada binatang yang bersikap arogan dan meledeknya seperti ini.     

"Siapa namamu?" untuk pertama kalinya Kinsey berkomunikasi dengan membuka suaranya daripada melalui 'telepati'.     

Jawaban yang muncul di pikirannya adalah serigala ini tidak memiliki nama. Tidak ada yang pernah memberinya sebuah nama semenjak dia lahir ke dunia ini.     

"Bagaimana kalau membiarkan Katie memberimu nama?"     

Sinar mata merah serigala tersebut bersinar-sinar mendengarnya. Tampak jelas dia terlihat senang dan bersemangat untuk mendapatkan nama. Apalagi kalau Katie yang memberinya nama.     

Kinsey mulai mengerti akan satu hal. Tidak hanya pikirannya yang menyatu dengan serigala merah itu, tapi perasaannya juga. Saat serigala itu merasa kecewa dan sedih ketika Katie menolaknya, dia turut merasakan hal yang sama. Begitu juga sebaliknya. Karena Kinsey begitu mencintai Katie dan ingin melindungi gadis itu, serigala merah juga memiliki keinginan untuk melindunginya.     

Sekali lagi Kinsey menghela napas memikirkan situasinya yang unik ini. Sebenarnya.. sejak kapan dia masuk ke dunia yang tidak biasa ini?     

'Sejak kau lahir di dunia ini. Tapi kau baru menyadarinya sekarang.'     

"..."     

Siapa yang bicara? Anehnya, bukan telinganya yang menangkap suara itu tapi otaknya yang menangkapnya seolah suara itu muncul di dalam pikirannya. Tunggu.. bukankah suara ini sama seperti yang didengarnya saat dia berada di dunia kegelapan kemarin?     

Kinsey melirik ke arah serigala merah yang kini juga menatapnya dengan tatapan datar seperti saat pertama kali mereka bertemu.     

"Kau yang memanggilku?"     

'Akhirnya kau bisa mendengar suaraku.' tanpa menjawab lebih lanjut, serigala merah merilekskan ototnya dan meringkuk menyelubungi tubuh Katie sebelum menyelimutinya dengan ekornya untuk melindungi Katie dari angin yang berhembus dengan kencang.     

Rupanya sama seperti Kinsey, serigala ini sangat protektif terhadap Katie. Kalau seandainya makhluk merah ini tidak menyelimuti Katie, Kinsey sendiri yang akan memberikan jubahnya untuk menyelimuti Katie. Angin yang berhembus kencang benar-benar terasa dingin.     

Kinsey hanya tersenyum melihat betapa begitu damainya Katie tertidur. Sepertinya Kinsey tidak perlu mengkhawatirkan serigala merah lagi. Tapi bukankah masih ada serigala merah satu lagi? Apakah serigala yang di istana...     

'Jangan bermimpi. Jika pikiran kita tidak menjadi satu, aku pasti sudah membunuh anak ini.' potong suara serigala merah di pikirannya.     

Rahang Kinsey mengeras mendengarnya. Itu berarti masalah serigala merah belum terselesaikan.     

Belum lagi masih ada Vangarians yang ingin membunuh Katie serta Heinest yang ingin menangkap Katie. Dan keduanya sama-sama merupakan penguasa di negeri Prussia. Musuhnya kali ini benar-benar merepotkan. Keluh Kinsey pada dirinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.