My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Mulai Dari Awal



Mulai Dari Awal

2Katie memakai pakaian tradisional ala Oostven yang lebih modern. Terusan lengan panjang terbuat dari kain sutra serta rok yang berumbai dengan paduan warna pastel serta merah muda. Rambutnya terurai bergelombang sementara ada mahkota bunga di atas kepalanya.     

Katie berdiri di sebuah tanah berair yang menuju ke sungai. Tidak jauh dari sana ada sebuah air terjun yang indah dengan suara yang nyaring. Terdengar melodi yang merdu dari dua instrumen celtic lyra.     

Setelah beberapa saat Katie mulai menari dengan gerakan indah nan elegan. Katie tidak memakai alas kaki sehingga bisa menciptakan suara hentakan kaki yang indah diatas air. Air dibawah kakinya ikut bergerak sesuai dengan gerakan kakinya. Bahkan kakinya menendang dengan begitu alami membuat air terciprat ke tengah udara dengan cantik.     

Katie melompat kemudian langsung berjongkok dan memutar dengan tangan menyentuh air menciptakan gelombang memutar.     

Tidak hanya itu, berbagai macam burung turun terbang mengelilinginya serta bunga-bunga bermekaran dengan indahnya. Gerakan tarian Katie begitu halus, lembut, indah dan mempesona.     

Semua orang yang menyaksikannya tidak bisa mengalihkan pandangannya terhadap wanita berambut merah itu. Bahkan Kinsey sendiripun tidak pernah melihat wanita itu menari dengan indah seperti ini.     

Dia tahu Katie suka menyanyi dan menari disaat masih kanak-kanak dulu. Tapi di dalam ingatannya tarian yang dilakukan Katie semasa kecil adalah tarian khas seperti anak-anak pada umumnya. Bahkan saat Katie ikut berbaur dan menari di hari pernikahan adik kembarnya, tariannya juga hanya biasa saja. Ini adalah yang pertama kalinya Kinsey melihat tarian Katie yang sesungguhnya.     

Diakhir lagu, Katie mengakhirinya dengan satu tangan dibelakang pinggangnya sementara tangan lain menengadah ke atas sambil memejamkan mata. Secara perlahan kedua matanya terbuka dan menunjukkan mata merah yang jernih. Senyumnya mengemban lebar seolah telah melihat sesuatu yang indah.     

Tanpa sadar dia ikut tersenyum melihat wanita itu tersenyum. Tampaknya dia juga ikut merasa bahagia kalau wanita itu merasa bahagia.     

Kinsey bisa mendengar dengan jelas decakan kagum warga disekitarnya sambil memandang ke arah langit. Karena penasaran apa yang dilihat mereka, Kinsey turut melayangkan pandangannya ke arah langit.     

Pelangi. Ada sebuah pelangi disana.     

Jadi ini maksudnya tarian raja merah yang bisa memunculkan pelangi?     

Bagi raja merah, kemunculan pelangi di kehidupannya sangat berharga. Karena pelangi hanya mau muncul kalau dipanggil raja merah yang tidak memiliki emosi negatif. Karena itu yang sering memunculkannya hanyalah raja merah disaat masih kanak-kanak. Di masa yang dipenuhi kebahagiaan dan belum pernah merasakan apa yang namanya takut atau benci.     

Karena itu kenyataan raja merah dewasa sanggup memunculkan pelangi adalah kejadian yang sangat langka.     

Kinsey hanya sanggup memandangi wanita itu dari kejauhan. Kini Katie sedang menemani anak-anak kecil bermain di air diiringi dengan burung-burung yang terbang disekitar mereka dengan riang.     

Sebelum mereka menyaksikan tarian sang raja merah, Ode sudah menjelaskan mengenai kondisi Katie. Semua emosi negatif pada diri Katie telah menghilang beserta ingatannya yang memiliki emosi negatif. Kenyataan bahwa Kinsey juga dilupakannya, itu berarti... Kinsey merupakan salah satu sumber emosi negatif pada diri Katie.     

Hanya saja Kinsey tidak tahu emosi negatif seperti apa yang dimaksud. Apakah kesedihan atau... kebencian? Kinsey merasa... dia adalah sumber kebencian Katie.     

Melihat betapa bahagia dan bebas seperti tidak ada beban membuatnya mengerti kalimat Walther sebelumnya. Gadis itu benar-benar seperti orang yang tidak pernah merasakan penderitaan hidup atau trauma akan masa lalu. Sayangnya, sebagai gantinya... Kinsey juga harus menghilang dari ingatan Katie.     

Kinsey termenung masih memikirkan hal ini hingga tidak sadar ada orang yang menghampirinya. Dia baru sadar saat ada sebuah tangan melambai-lambai di depan matanya.     

"Hei, Kinsey!"     

Kinsey terpaku pada tempatnya berdiri saat melihat pemilik tangan itu. Orang itu bahkan memberi senyuman tiada lelah saat menanyakan pertanyaannya.     

"Bagaimana dengan tarianku?"     

"Cantik. Aku tidak pernah melihat tarian indah seperti tadi."     

Katie tersenyum dengan sangat manis sekali membuat hati Kinsey menghangat.     

"Apa kau bahagia?"     

Kinsey mengerjap tidak mengerti kenapa wanita didepannya ini menanyakan apakah dia bahagia atau tidak.     

"Aku bahagia asalkan kau bahagia."     

Kini giliran Katie yang terdiam dan memandangnya dengan tatapan seperti menyelidik. Untuk sejenak keduanya saling berpandangan dan tanpa disadari mereka terhanyut akan pandangan satu sama lain.     

"Kau aneh sekali. Aku menari agar orang yang melihatnya bisa bahagia. Ini pertama kalinya aku mendengar ada orang yang bahagia jika aku bahagia." ujar Katie akhirnya. Hanya saja dia mengatakannya dengan nada jenaka dan sinar mata humor.     

Kinsey hanya tersenyum menanggapinya. Kini dia bisa mengambil sisi positifnya. Tidak masalah bila wanita itu melupakannya. Jika memang wanita itu bisa melupakan traumanya di masa lalu, dia tidak keberatan jika Katie tidak ingat akan pertemuan mereka enam tahun yang lalu. Ini yang terbaik.     

Selain itu, dia bisa memulai lagi dari awal. Kali ini, dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dia akan memastikan dia akan menghadapi wanita ini secara langsung. Walaupun Katie akan menghindarinya lagi, dia tetap akan mengejarnya sampai mendapatkan hatinya.     

"Ah, kau terluka. Bagaimana kau bisa terluka?"     

Kinsey mengikuti arah pandang Katie dan baru sadar lengan kemejanya sobek dan bewarna merah akibat darah yang keluar karena sayatan pisau putra Egon tadi.     

"Ikut aku."     

Kinsey mengikuti Katie berjalan menuju sebuah bungalo yang diduga adalah rumah gadis itu. Bungalo ini tidak besar namun juga tidak terlalu kecil. Tatanan didalam juga terlihat rapi dan feminim. Sangat mencerminkan pemiliknya.     

Kinsey tersenyum geli saat melihat hampir semua benda disana bewarna merah. Seperti yang diingatnya, warna merah memang adalah warna favorit Katie.     

Katie menyuruhnya duduk di sofa sementara Katie menggelung kain lengan bajunya agar bisa mengoleskan obat dengan mudah.     

"Apa ada seorang dari kami yang menyerangmu? Melihat bentuk sayatan ini, lawanmu menggunakan teknik kami."     

"..." Kinsey lebih memilih tidak menjawab pertanyaannya dan mengubah pembicaraan mereka. "Aku merupakan bagian dari Oostven, kalian tidak memiliki alasan untuk menyerangku kan?"     

Katie berhenti dan menengadah untuk melihat lawan bicaranya. "Kau bagian dari kami? Sejak kapan? Kenapa aku tidak mengetahuinya?"     

"Sejak tujuh belas tahun yang lalu. Aku belajar dan dilatih langsung oleh Egon sambil melanjutkan studiku disini. Begitu lulus kuliah aku kembali ke negara asalku. Baru sekitar dua minggu lalu aku datang kembali kemari."     

"Oo.." Katie mengangguk mengerti sebelum kembali fokus pada perawatannya. "Tapi kau masih belum menjawab pertanyaanku sebelumnya."     

"...."     

Katie tertawa kecil. "Baiklah jika kau tidak ingin menjawabnya. Sudah selesai." Katie menyimpan kembali kotak obatnya dan bangkit berdiri.     

Entah kenapa Katie merasa dia tidak sanggup harus berduaan dengan pria asing bernama Kinsey ini. Ada sesuatu mengenai pria itu yang mengganggu pikirannya.     

Tiap kali dia memandang mata coklat gelap itu dia merasa seperti familiar. Tidak. Bukan hanya itu. Dia merasa seperti tubuhnya ditarik untuk mendekat ke arah pria itu. Mata coklat gelap itu sanggup menghipnotisnya membuatnya tidak bisa bersikap seperti biasanya.     

Katie bukanlah gadis muda yang malu-malu atau gugup ketika bertemu dengan orang asing. Lalu kenapa dia gugup terhadap pria itu? Apa yang membuat Kinsey berbeda dengan lainnya?     

Katie melirik ke arah Kinsey yang ternyata juga sedang memandangnya. Katie langsung kembali menoleh ke arah lain dengan salah tingkah. Sungguh. Ini bukan dirinya. Apa yang terjadi padanya. Dan kenapa tiba-tiba dia merasa panas?     

Katie mengambil karet rambut dan mengikat rambutnya menjadi satu ke atas dengan asal-asalan. Begitu selesai dia berbalik untuk mengajak pengawal pribadi barunya mengobrol agar tidak merasa canggung. Namun Katie terkesiap dan tanpa sadar dia menahan napasnya saat melihat pria itu tidak ada di sofa seperti yang dikiranya, tapi sudah berdiri persis dihadapannya.     

Siapa pria ini? Kenapa Katie tidak mendengar suara langkah kakinya? Ah, pertanyaan bodoh.. Bukankah pria itu sudah bilang kalau dia adalah murid Egon? Tentu saja orang ini bisa berjalan tanpa menimbulkan suara.     

Jantung Katie semakin liar apalagi menyadari sepasang mata coklat gelap itu memandanginya dengan tatapan menyelidik. Dia merasa seperti ditelanjangi dan diinterogasi oleh pria ini. Dia merasa terintimidasi dengan kedekatan pria itu.     

Tubuh Kinsey jauh lebih tinggi dan besar darinya. Belum lagi sinar mata yang sangat tajam seolah bisa menembus jiwanya. Katie ingin menghindarinya disaat bersamaan dia ingin semakin dekat dengan pria itu. Perasaan apa ini? Katie sama sekali tidak mengenal bentuk perasaan yang dirasakannya saat ini. Dia belum pernah mengalaminya sebelumnya.     

"Ada bekas luka di bawah telingamu. Kau ingat bagaimana kau bisa mendapatkan lukanya?"     

Katie baru ingat untuk bernapas disaat pria itu melontarkan pertanyaannya.     

Katie meraba leher tepat dibawah telinga kanannya. Dia bisa merasakan seperti sebuah tonjolan memanjang dari belakang naik hingga menuju rahangnya.     

Katie tertawa dengan gugup sambil berjalan ke samping berusaha menjauhi pria itu.     

"Aku tidak ingat. Luka ini sudah ada semenjak aku pindah kemari." jawabnya akhirnya sambil berpura-pura haus dan mengambil gelas minumannya. "Aku cacat sekarang. Kurasa tidak akan ada yang mau menikah denganku." lanjutnya dengan nada humor sebelum meminum air putihnya.     

"Aku mau menikah denganmu."     

Langsung saja semua isi minuman di mulut Katie muncrat keluar. Belum lagi ada sebagian air yang masuk ke hidungnya membuatnya kesakitan dan terbatuk-batuk. Kinsey segera menghampirinya dan menepuk punggungnya dengan perlahan... yang ternyata sama sekali tidak membantunya.     

Tepukan di punggung serta sentuhan tangan pemuda itu di lengannya belum lagi suara yang mengkhawatirkannya membuat Katie merasa seperti disengat oleh aliran listrik membuat detak jantungnya menjadi sangat liar.     

APA YANG TERJADI PADAKU?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.