My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Mimpi Buruk



Mimpi Buruk

2Di dalam salah satu kamar hotel, seorang wanita tertidur lelap. Rambutnya bewarna merah yang kini terurai dengan cantik, kulitnya putih halus membuatnya tampak seperti seorang putri tidur dari negeri dongeng.     

Wanita itu tidak lain adalah Katalina. Siapapun yang telah menculiknya dan membawanya ke hotel cukup berbaik hati membalut kakinya dengan perban karena terbentur saat terjatuh tadi. Dan luka lecet pada wajahnya juga telah diobati.     

"Bagaimana keadaannya?" seorang pria berambut coklat gelap masuk ke dalam kamar menanyakan kondisi Katie pada sang dokter yang telah merawat luka Katie.     

"Kakinya agak bengkak. Mungkin dia tidak akan bisa berjalan normal selama beberapa hari ke depan. Selain itu ada luka lecet di beberapa bagian tubuhnya, tapi secara keseluruhan dia baik-baik saja. Nyawanya tidak terancam bahaya." jawab dokter itu. "Ketua Kinsey, bisakah kau menjelaskan padaku apa yang terjadi? Bukankah dia adalah Katleen Morse?"     

"Dia cucu Egon. Dia bukan Katleen Morse. Hanya wajahnya saja yang mirip."     

"Ooo.." jawab Kirena. "Kalau begitu siapa dia?"     

"Aku sudah bilang..."     

"Maksudku... siapa dia di matamu? Kau tidak pernah peduli pada wanita manapun sebelumnya. Kau juga sangat berhati-hati dalam bertindak, tapi hari ini kau mengirim Honda menyelinap hanya untuk menyelamatkan wanita ini."     

"..." Kinsey mendesah. Dia tidak ingin membahasnya tapi dia juga tidak bisa menghindar. Dia tahu Kirena akan terus mendesaknya hingga mendapatkan jawaban yang diinginkannya.     

"Dia adalah 'kucing liar' yang kumaksudkan." jawab Kinsey singkat dan tidak berniat menjelaskannya dengan detail. Dia tahu Kirena mengerti maksudnya dan dia berjalan menghampiri sisi ranjang Katie meninggalkan Kirena yang masih berdiri terpaku di tempatnya.     

Kirena membalikkan tubuhnya dan melihat bagaimana cara pria yang dikaguminya memandang Katie. Pandangan itu sangat lembut dan dipenuhi dengan cinta. Ini pertama kalinya dia melihat Kinsey memandang seorang wanita seperti itu.     

Kirena merapatkan bibirnya dan kedua tangannya mengepal dengan erat. Hatinya terasa sedih, sakit dan kecewa.     

Dia tahu.. Kinsey tidak pernah memberinya sebuah harapan. Dia tahu Kinsey hanya membiarkannya bersamanya karena pria itu membutuhkan keahliannya. Dia tahu dia tidak akan bisa bersama Kinsey kalau dia bukan dokter ahli obat atau racun.     

Meskipun begitu, dia masih merasa senang. Setidaknya pria itu tidak mengusirnya. Walau dia hanya dimanfaatkan, dia tidak keberatan asal bisa bersama pria itu.     

Tapi.. kenapa? Hanya karena seorang wanita, Kinsey bertindak gegabah? Dia mengirim Honda.. pembunuh pribadinya hanya untuk menyelamatkan wanita itu?     

Honda selalu diberi tugas untuk membunuh, atau menyiksa tawanan yang mereka tangkap. Tidak pernah sekalipun dia mengirim Honda untuk melindungi seseorang, apalagi menyelamatkan orang.     

Tidak hanya itu.. Kinsey bahkan menyuruh Alex untuk menemani Honda dengan membawa mobil serta mematikan segala kamera cctv di jalanan yang mereka lewati.     

Hari ini Kinsey menggunakan kedua kartu Asnya hanya untuk seorang cucu kepala suku Oostven? Kenapa?     

Lalu dia teringat akan rumor yang didengarnya tadi siang. Kirena melepas kepalannya dan menarik napas panjang.     

Dia berjalan dengan santai menghampiri Kinsey. Hatinya terasa kecewa saat sadar Kinsey sama sekali tidak melirik ke arahnya dan terus memandangi wanita cantik yang masih tertidur.     

"Kinsey... apakah mungkin.. kau sudah jatuh ke dalam jebakan pesonanya?"     

"..." tidak ada reaksi apapun dari Kinsey.     

"Aku sama sekali bukan orang yang bodoh. Wanita ini memang adalah Katleen Morse. Dia adalah 'Raja Merah'. Sebaiknya kau berpikir ulang untuk merasa terpesona padanya."     

Ekspresi datar Kinsey berubah menjadi keras kemudian dia menatap ke arah Kirena dengan tajam. Kirena merasa lega akhirnya Kinsey melirik ke arahnya. Namun dia tidak suka cara pria itu menatapnya seperti seorang musuh.     

"Apa aku salah? Kau tahu aku benar."     

"Keluar. Aku tidak ingin diganggu." perintah Kinsey dengan nada dingin.     

"Tapi..."     

"Kau ingin kesabaranku habis?"     

Kirena tidak sanggup berkata-kata lagi mendengar nada yang dingin dan mengandung bahaya. Kali ini Kinsey benar-benar marah dan dia tidak berani menambah emosinya.     

Pada akhirnya, Kirena beranjak keluar dan membiarkan Kinsey berdua dengan wanita yang dikabarkan sebagai 'Raja Merah'. Dia keluar sambil menahan air mata.     

Begitu pintu tertutup, Kinsey kembali memandang ke arah wanita yang dicintainya. Wanita itu benar-benar terlihat sangat cantik dan begitu mempesonanya.     

Kinsey mengambil sejumput rambut poni Katie yang menutupi kelopak matanya agar dia bisa melihat wajah wanita itu seluruhnya.     

"Apa kau raja merah? Apa benar perasaan yang kumiliki ini karena aku sudah terjebak ke dalam pesonamu? Ironis sekali. Meski aku ingin keluar, aku tidak sanggup. Meski aku mencintaimu, kau tidak akan pernah memiliki perasaan yang sama denganku." Kinsey berhenti sebentar untuk mengelus sebelah pipi Katie dengan lembut. "Maaf, biarkan aku berada disisimu untuk terakhir kalinya. Setelah ini kita tidak perlu bertemu lagi kalau kau membenciku."     

Entah sudah berapa lama Kinsey tidak bergeming dari posisinya, tapi dia merasa sudah saatnya dia pergi. Hanya saja, tubuhnya terasa sangat enggan untuk meninggalkan gadis itu. Bahkan tangannya masih belum berpisah dari pipi halusnya. Seolah ada kekuatan yang menahan tubuhnya agar dia tidak bisa bangkit berdiri.     

Apakah ini karena kekuatan pesona raja merah?     

Kinsey mendesah kemudian memejamkan matanya. Akhirnya dia menarik tangannya dan memfokuskan pikirannya pada keluarganya. Prioritas utamanya adalah Strockvinch. Benar. Dia tidak punya waktu untuk berada disisi wanita yang tidak mencintainya kembali.     

Kinsey berhasil memaksakan dirinya untuk beranjak dari sisi wanita itu. Sayangnya.. langkahnya berhenti hanya karena satu kata yang keluar dari mulut Katie.     

"Jangan..."     

Kinsey berbalik dan melihat keringat yang mulai terbentuk di wajah gadis itu. Kedua alisnya saling bertautan dan gadis itu tampak ketakutan. Apakah dia sedang mengalami mimpi buruk?     

Kinsey menyerah. Hatinya tidak tega meninggalkan gadis itu. Dia membiarkan tubuhnya melakukan apa yang dikatakan hatinya. Kinsey naik ke ranjang berbaring disisi gadis itu, lalu menariknya ke dalam pelukannya.     

"Sst.. tenanglah. Tidak akan ada yang bisa melukaimu disini." hiburnya sambil menepuk punggung Katie dengan lembut.     

Tidak lama kemudian tanpa disadarinya, Kinsey ikut jatuh terlelap disisi Katie dan didatangi oleh sebuah mimpi yang aneh.     

Dia berdiri di tengah hutan yang tidak terasa asing baginya. Bukankah ini daerah rumah Katie di Lousiana? Kenapa tempat ini muncul di mimpinya?     

Samar-samar dia mendengar sebuah nyanyian kecil. Kinsey berjalan ke arah sumber nyanyian itu dan dia melihat seorang anak kecil duduk di tepi sungai sambil memandang ke arah bintang-bintang di langit.     

Kinsey mendekat karena penasaran. Senyuman kecil menghiasi wajahnya saat melihat wajah polos anak itu. Rupanya anak itu tidak lain adalah Katie sewaktu kecil dulu. Apa yang dilakukan anak itu sendirian di tengah hutan malam-malam begini?     

Tiba-tiba anak itu berdiri dan menoleh ke arahnya.     

"Halo? Apakah ada orang disana? Umbra? Apa itu kau?"     

Kinsey baru sadar Katie kecil tidak bisa melihatnya. Kemudian dia mendengar sebuah geraman dari belakangnya disusul dengan sosok serigala keluar dari tempat persembunyiannya.     

Secara refleks, Kinsey segera menghampiri Katie hendak membawanya pergi dari sana. Hanya saja, dia sama sekali tidak bisa menyentuhnya. Dia seperti seorang hantu gentayangan yang menembus tubuh Katie kecil.     

Kinsey menjadi semakin panik dan berusaha mencari cara untuk menyelamatkan Katie. Sedetik kemudian dia terpaku akan apa yang dilihatnya.     

Hanya dalam satu teriakan, delapan ekor serigala terpental jauh dengan perut terbelah. Dia bahkan melihat gelombang aneh seperti sabit keluar dari tubuh Katie menyerang kawanan serigala itu.     

Dia memang belum pernah melihatnya, tapi dia sudah pernah mendengar tentang mitos mengenai kekuatan 'Raja Merah'. Dia sering mendengar ceritanya saat dia masih kecil dulu. Dan kini dia melihatnya sendiri. Ini memang adalah kekuatan 'Raja Merah'.     

Tadinya dia masih ragu apakah Katie memang adalah raja merah seperti yang dirumorkan. Tidak. Dia tidak ingin menerima kenyataan bahwa Katie adalah raja merah. Tapi sekarang... mau tidak mau, dia harus menerima kenyataan ini. Dia harus mengakuinya bahwa Katie memang adalah raja merah.     

Adegan berikutnya Kinsey dibawa ke suatu tempat yang berbeda. Dia tidak tahu tempat apa ini, tapi dia melihat Katie sedang berjuang di tengah empat pria yang tersenyum penuh nafsu.     

Sama seperti sebelumnya, Kinsey tidak bisa menyentuh siapapun atau benda apapun disana. Dia hanya bisa melihat gadis itu dilukai, dilecehkan sedemikian rupa membuat amarahnya semakin besar.     

Jika dugaannya benar, maka adegan yang dilihatnya sekarang adalah disaat Katie diculik oleh Aiden. Sebelumnya dia tidak tahu bagaimana bisa tubuh Katie dipenuhi luka, dan bagaimana bisa karakter Katie yang ceria, ramah dan terbuka tiba-tiba menjadi tertutup dan selalu gelisah berhadapan dengan pria.     

Rupanya.. orang-orang bejat ini pelakunya!     

Rahang Kinsey mengeras sama sekali tak berdaya.. dia tidak bisa melakukan apapun untuk membantu gadis itu. Tatapannya semakin gelap ingin membunuh seseorang saat ini juga ketika melihat mereka menindih Katie di atas ranjang dan hendak memperkosanya.     

Tidak lama kemudian, sebuah putaran angin topan tiba-tiba muncul didalam kamar. Keempat orang tadi terpental ke empat sisi yang berbeda.     

Kinsey bisa melihat tubuh Katie tidak lagi gemetar ataupun takut. Katie berubah menjadi orang yang berbeda. Dia bahkan melihat warna mata gadis itu yang tadi dikiranya bewarna coklat, kini berubah menjadi kuning. Tidak berhenti sampai situ, warna kuningnya menjadi terang ke arah merah hingga berubah menjadi warna merah seperti darah.     

Sekali lagi Katie berteriak dengan kencang mengakibatkan tornado kembali muncul dan memporakporandakan benda apapun didalam kamar. Empat orang tadi yang berniat menyerangnya kembali mendapatkan luka di tubuhnya. Tornado itu mengikis dan mencabik tubuh keempatnya hingga menggores ke bagian leher mereka menyebabkan kematian mereka.     

Hanya Kinsey yang tidak terkena imbasnya. Dia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada Katie. Mata gadis itu berlinang air mata serta dipenuhi dengan kepedihan yang mendalam.     

Kinsey merasa hatinya diliputi berbagai macam emosi melihat sepasang mata gadis itu. Marah, sedih, menyesal dan juga... benci.     

Dia benci pada dirinya sendiri. Kenapa waktu itu dia tidak memperkenalkan dirinya sebagai Kinsey? Dia tahu gadis itu mencarinya saat dia mengembalikan gantungan kuncinya. Dia juga melihat Aiden disana dan mereka terlihat serasi dimatanya.     

Seharusnya dia tetap menghampirinya saat itu juga. Mungkin.. jika dia muncul, dia bisa membawa Katie dan menjauhi Aiden yang ternyata menculiknya di hari yang sama.     

Kinsey mendekat dengan perasaan bersalah yang besar. Tangannya terangkat ke kepala Katie berharap kali ini dia bisa menyentuhnya.     

Tangannya berhenti di tengah udara saat Katie menegadahkan kepalanya dan menatapnya dengan tajam.     

Gadis itu bisa melihatnya? Kenapa tatapannya dipenuhi dengan kebencian? Ah, benar. Dia memang pantas dibenci. Dia bahkan membenci dirinya sendiri.     

"Katie..." lirih Kinsey.     

"Seharusnya KAU yang mengalami ini semua! Bukan AKU!" desis Katie membuat Kinsey langsung terbangun dari tidurnya.     

Napasnya tidak teratur, jantungnya berdetak dengan tidak normal dan di seluruh tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Mimpi macam apa tadi? Tidak. Bukan.. Sepertinya apa yang dilihatnya adalah ingatan Katie. Atau apakah mungkin mimpi buruk gadis itu?     

Tapi, kenapa dia yang melihatnya? Kenapa mimpi buruk Katie malah muncul di mimpinya?     

Kinsey melirik ke arah wanita yang masih tertidur dalam dekapannya. Berbeda dengan sebelumnya, gadis itu tampak tidur dengan nyenyak seolah dia sama sekali tidak didatangi mimpi buruk.     

Dengan sangat berhati-hati, Kinsey melepas pelukannya dan beranjak dari ranjang. Sekali lagi dia memandang wajah cantik Katie, lalu dia mengecup keningnya sebelum berjalan keluar.     

"Hubungi Walther dan suruh dia jemput Katalina di hotel ini." ucapnya pada Alex.     

Setelah memberi pesan pada Walther, Alex menyusul Kinsey yang sudah memasuki lift. Anehnya, dada Kinsey semakin terasa sesak. Rasanya dia sulit bernapas belum lagi keringat dingin masih keluar di seluruh tubuhnya. Apa yang terjadi padanya?     

Tiba-tiba kepalanya terasa pusing membuatnya harus berpegangan pada dinding lift agar tidak terjatuh. Alex menyadari gerakan aneh di sebelahnya kemudian dia melihat wajah sahabatnya yang kini semakin memucat.     

"Kinsey, ada apa? Kinsey! KINSEY!" Dan tiba-tiba saja Alex harus menahan tubuh Kinsey yang kini sudah kehilangan kesadaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.