Pesona \'Raja Merah\'
Pesona \'Raja Merah\'
Dari empat penguasa di Prussia, kaum Vangarians yang paling membenci keberadaan 'Raja Merah'. Dulu secara bergilir, kaum Vangarian juga termasuk salah satu keluarga yang mendapat giliran memiliki bayi bermata amber.
Sayangnya, kebencian mereka terlalu besar terhadap warna mata itu dan langsung membunuhnya begitu lahir. Karena itulah, semenjak itu.. bayi bermata amber hanya akan muncul diantara keluarga Tettero atau suku Oostven.
Meski awalnya mereka tidak suka dengan kehadiran bayi tersebut, tapi mereka masih menyayanginya. Mereka tidak pernah membunuh darah dagingnya sendiri seperti apa yang dilakukan kaum Vangarians yang kejam.
Pesona sang 'Raja Merah' baru akan aktif secara maksimal disaat dia berusia tujuh belas tahun. Begitu aktif, 'Raja Merah' bisa saja mengubah lawan menjadi sekutunya dengan mudah.
Karena itu seharusnya Katie tidak perlu takut ditindas lagi saat SMA. Dia tidak perlu menyegel kekuatannya karena dia pasti akan membuat seluruh siswa serta guru di sekolah luluh dihadapannya. Namun dia tidak mengetahuinya waktu itu dan dia memilih untuk menyegelnya.
Sementara itu, suku Oostven yang mengira anak perempuan yang sudah dilarikan ke Amerika dengan selamat merasa lega. Setidaknya mereka tidak perlu memiliki perasaan terikat yang bisa memperbudak mereka untuk takluk pada 'Raja Merah'.
Sayangnya kelegaan mereka berakhir enam tahun lalu. Tepat disaat Dimitri Oostven, putra sekaligus penerus posisi kepala suku, Egon Oostven muncul dengan membawa seorang gadis muda dengan warna mata amber.
Semua warga merasa syok dan hendak mengusir mereka sebelum mereka terkena jebakan pesona sang 'Raja Merah'.
Mereka berusaha mengeraskan hati mereka agar tidak masuk jebakan pesonanya dan terikat. Khususnya Walther yang sama sekali tidak menyukai kehadiran 'Raja Merah' di tengah-tengah mereka. Jika sampai keluarga kerajaan atau Vangarians tahu akan hal ini, mereka semua akan dianggap pengkhianat. Hukuman paling ringan adalah ditawan seumur hidup atau menjadi budak para bangsawan. Paling berat adalah dieksekusi mati beserta keluarganya dihadapan umum.
Walther selalu mencari cara untuk membuat Katalina pergi dengan sendirinya. Sayangnya, rencananya selalu digagalkan oleh Dimitri. Belum lagi, tetua nenek Ode juga menyuruh mereka untuk menerimanya.
Namun dia tidak menyerah dan sering membuat onar untuk mengusir gadis itu hingga dia menyadari sesuatu... sang 'Raja Merah' tidak mengaktifkan kekuatan pesonanya.
Terbukti karena tidak ada satupun dari mereka yang mau mendekati gadis muda itu yang sering duduk sendiri di bebatuan dengan wajah murung. Gadis itu juga tidak berniat untuk mendekati mereka ataupun bergabung bersama mereka. Tidak ada usaha untuk bersahabat diantara kedua belah pihak. Bukankah lebih baik gadis itu pergi saja dan menyerahkan diri ke kerajaan? Pikir Walther dengan jengkel.
Hingga suatu malam Walther tidak sengaja melewati bungalo Dimitri yang kini ditempati Katie. Dia mendengar suara isakan dan cuaca semakin memburuk.
Tanpa permisi, Walther segera masuk ke dalam dan berusaha membangunkan gadis itu yang ternyata sedang mengalami mimpi buruk. Dia tidak ingin hanya gara-gara perubahan cuaca yang drastis didaerah Bayern membuat kerajaan mengirim pasukan untuk menyelidikinya.
Sayangnya, begitu terbangun dan melihat wajahnya, gadis itu malah berteriak histeris dan menciptakan gelombang angin membuat tubuhnya terpental menabrak lemari kayu. Walther terbatuk-batuk dan mengerang kesakitan. Apa-apaan gadis ini?
Sebelum dia sempat memarahi gadis itu, Dimitri sudah datang dan memeluk gadis itu. Tidak lama setelahnya, barulah Katalina merasa tenang dan kembali tertidur.
Malam itu untuk pertama kalinya, Dimitri menceritakan semuanya padanya. Apa saja yang terjadi pada Katie selama di Amerika dan pengalaman gadis itu saat diculik dan nyaris diperkosa mengakibatkan segel yang menahan kekuatannya pecah. Dan kini gadis itu hanya memiliki kurang dari dua belas tahun sebelum jantung gadis itu berhenti berdetak.
Walther sama sekali tidak menyangkanya. Rupanya, dengan caranya sendiri Katie berusaha melarikan diri dari nasibnya sebagai 'Raja Merah'. Sayangnya gadis malang itu tetap tidak bisa menghindar dan kini justru usianya telah ditentukan.
Untuk pertama kalinya semenjak kedatangan sang 'Raja Merah', Walther merasa kasihan pada anak itu dan memutuskan untuk mencoba membuka hatinya menerima kehadirannya.
Walther juga berhasil membujuk saudara-saudarnya di Oostven untuk membuka diri pada Katie. Mereka bersikap baik, ramah dan penuh pengertian terhadap Katie. Tapi gadis itu malah menghindar dan tidak pernah tersenyum. Katie hanya membiarkan para wanita yang mendekatinya.
Tentu saja, semua orang merasa terheran dengan sikapnya. Tapi Walther tidak heran mengingat cerita dari Dimitri. Katalina merasa tidak nyaman jika didekati pria asing. Karena itu Walther berusaha mendekatinya dengan cara lain. Semua pria di Oostven juga mengikuti caranya.
Mereka tetap bersikap ramah tapi tidak melakukan sesuatu yang tidak disukai gadis itu. Mereka memperlakukan Katie seperti angota keluarga mereka. Karena usia mereka rata-rata diatas tiga puluh, mereka menganggap Katie seperti adik kecil mereka.
Secara perlahan Katie mulai terbuka dan merasa tidak gelisah bersama mereka. Hingga satu tahun berjalan... untuk pertama kalinya, Katie tersenyum. Dia tersenyum dengan sangat manis. Tidak hanya itu, dia terlihat sangat cantik dengan uraian rambut merah serta lesung pipi yang kelihatan di dua sisinya.
Saat itulah, mereka tahu... kekuatan pesona 'Raja Merah' telah aktif dan mereka tidak bisa menghindarinya. Mereka semua telah masuk ke dalam jebakan pesona sang 'Raja Merah'. Anehnya, mereka tidak keberatan dan tidak berusaha melawannya ataupun memberontak. Justru sebaliknya, mereka semakin senang dan tidak menyesal karena membiarkan Katie tinggal bersama mereka.
Kini Walther mengetahui sistem cara kerja kekuatan pesona 'Raja Merah'. Jika Katie tidak ingin bersama mereka, maka dia tidak akan mengaktifkan 'pesona'nya. Saat pertama kali Katie datang ke Bayern, Katie tidak ingin ditemui siapa-siapa.. dia lebih suka menyendiri.
Namun sekarang, Katie ingin tinggal bersama mereka. Katie ingin menjadi anggota keluarga mereka. Karena itu tanpa sadar, gadis itu mengaktifkan 'pesona'nya dimana tidak ada satupun dari mereka bisa lolos dari pesona mautnya.
Semenjak itu, mereka melakukan apapun yang bisa menyenangkan hati Katie. Mereka bahkan menuruti apapun yang diinginkan gadis itu dan mereka sama sekali tidak keberatan.
Pertama kalinya Katie mengikuti permainan berburu Ziel adalah empat tahun yang lalu. Gadis itu sangat berbakat dalam permainan ini dan dia bisa menang sebanyak lima kali berturut-turut. Jika diteruskan, mungkin gadis itu bisa memecahkan rekor yang masih dipegang oleh Kinsey.
Sayangnya, Katie sadar begitu banyak yang berebutan untuk menjadi rekannya untuk menang. Dan rekannya mulai menjadi malas dengan hanya mengandalkan Katie untuk memecahkan teka-teki petunjuk.
Hal ini membuat Katie jengkel dan mulai memperlambat proses pencarian mereka. Dia tidak akan memberitahu jawaban yang sebenarnya kalau rekannya hanya diam saja. Tapi disaat rekannya berusaha mencari dan ternyata jawabannya salah, barulah Katie membenarkannya dan mengarahkan ke tempat yang tepat.
Namun, dia menolak untuk menjadi yang nomor satu lagi. Karena itulah, tiap kali mereka telah menemukan petunjuk terakhir dan hanya tinggal menuju ke tempat dimana Ziel berada, Katie selalu mampir ke toko es krim dan berlama-lama disana.
Pernah ada seorang yang mendesaknya untuk segera bangkit menyelesaikan permainannya. Tapi Katie malah marah-marah menyebabkan cuaca berubah.
Mereka tidak ingin keberadaan Katie ketahuan, mereka juga tidak ingin ditangkap dan dihukum mati karena pengkhianatan. Terlebih itu semua... mereka lebih suka melihat Katie tertawa daripada marah. Karenanya mereka hanya pasrah dan semenjak itu tidak ada lagi yang berani membuat seorang Katalina marah.
Semuanya sangat berhati-hati dalam menjaga emosi Katie. Mereka tidak pernah melakukan sesuatu yang membuat Katie emosi besar apalagi menangis.
Tapi... sayangnya, hari ini di permainan berburu Ziel untuk merayakan usia pendewasaan Jasvar, Kinsey malah membuat tuan putri mereka marah besar.
"KINSEY! Berani sekali kau menipuku!?"
"Kapan aku menipumu?"
Walther bergidik mendengar nada tanpa bersalah dan ekspresi yang tidak tahu apa-apa menghiasi wajah Kinsey.
'Dasar rubah sialan.' decak Walther dengan jengkel.
"Kau.. jelas-jelas tadi kau bilang mereka akan menghukummu... mereka... kau..."
Walther bisa melihat wajah merah pada Katie yang diduganya karena amarah. Dia segera melihat ke arah langit dengan was-was takut akan ada petir dan membuat anggota kerajaan akan curiga. Dia harus segera menghentikannya.
Ajaibnya... langit sangat cerah seperti biasanya. Tidak ada awan ataupun petir. Tidak ada yang berubah.
"Aku hanya bilang sepertinya mereka akan menghukumku, bukan berarti aku tahu persis seperti apa hukumannya."
Walther terperangah mendengar jawaban yang sangat cerdik dari pria disebelahnya. Jelas sekali jawaban itu malah memprovokasi Katie untuk lebih emosi lagi.
Hanya saja dia memutuskan untuk tidak menghentikan perdebatan panas keduanya. Ini sangat menarik. Sang 'Raja Marah' sedang dalam emosi besar, tapi tidak ada tanda-tanda perubahan cuaca.
Kemudian dia tersadar akan sesuatu. Jarvas berada persis disebelah Katie. Mereka merasa optimis kalau Jarvas adalah wadah yang dicari mereka selama ini. Siapa yang menyangka, kalau Jarvas memang orang yang dicari.
Dengan begini, Katie bisa masuk ke istana bersama Jarvas tanpa takut ketahuan kalau dia adalah 'Raja Merah'.
Walther sempat melihat wajah serta rambut Katie bewarna merah menyala. Semua orang bisa melihat dengan jelas Katie sedang emosi besar.
"AAARRGH!!"
Mungkin karena tidak ada lagi yang bisa diucapkan untuk membantah Kinsey, Katie menghentakan sebelah kakinya dengan keras sebelum pergi meninggalkan mereka.
"Apa kalian lihat itu? Kita menemukannya!"
Sepertinya tidak hanya Walther yang berpikiran Jarvas adalah wadah yang mereka cari. Dengan serempak mereka bersorak karena akhirnya keinginan Katie untuk bertemu dan menyelamatkan ibunya akan terwujud.
"Apa yang terjadi?"
Walther mendengar Kinsey bertanya dengan bingung. Bagaimana tidak bingung? Semuanya telah menyaksikan Katie pergi dalam keadaan emosi yang menggelegar, tapi mereka malah bersorak-sorak.
"Kau beruntung kau tidak terluka. Lain kali jangan membuatnya marah kalau kalian hanya berdua. Setidaknya bawa Jarvas bersamamu jika dia marah."
Karena saking senangnya, Walther menjawabnya dengan riang sama sekali tidak peduli kebingugan yang menghiasi sahabatnya.
Tentu saja Kinsey akan bingung karena pria itu tidak tahu kalau Katie adalah 'Raja Merah'. Dia juga tidak berniat memberitahunya. Biar bagaimanapun Kinsey adalah orang luar dan cepat atau lambat, Kinsey akan kembali ke Amerika. Karena itu, Walther serta warga lainnya menyembunyikan kenyataannya dari Kinsey. Kenyataan bahwa Katie adalah 'Raja Merah'.
Malamnya, Walther segera melapor hal ini pada Egon. Persis seperti apa yang diduganya, Egon sama terkejutnya seperti dirinya.
"Apa itu benar? Kau yakin dia marah tadi? Kau yakin langit tidak berubah dan masih cerah?" Egon masih belum bisa mempercayainya tapi suaranya terdengar berharap dan senang.
"Aku yakin. Waktu itu Jarvas berdiri disampingnya. Tidak salah lagi Jarvas adalah wadah milik Katalina. Ternyata selama ini kita tidak bisa menemukan orang yang cocok karena harus menunggu Jarvas hingga usia tujuh belas. Bukankah ini kabar yang baik? Nenek Ode juga bilang wadah Katalina akan muncul bulan ini. Pasti Jarvas yang dimaksud!"
"Kalau memang begitu, ini memang kabar baik. Kita tidak perlu menunggu festival dua bulan lagi. Kita bisa membawanya masuk ke istana diam-diam."
Walther terlihat antusias mendengar itu. Katie pasti bahagia jika dia bisa bertemu dengan ibu kandungnya lebih cepat.
"Kalau begitu kita tidak perlu melakukan ritual tesnya kan?"
"Tidak. Kita tetap harus melakukannya untuk memastikannya. Carikan hari yang diramalkan cuaca mendung. Kemungkinan akan turun hujan akan lebih baik."
"Kenapa? Jarvas pasti tidak akan terluka, Katalina juga tidak akan menangis. Kenapa masih harus mencari hari yang mendung?"
"Hanya untuk jaga-jaga."
"Baiklah. Aku akan mencari tahu hari yang cocok untuk tesnya."