Suku Oostven
Suku Oostven
Kinsey sendiri agak bingung dengan apa yang dilihatnya. Seingatnya, suku Oostven berpakaian ala tradisional. Tapi kenapa mereka sekarang berpakaian lengkap. Bahkan make up putih kuning yang biasa merupakan simbol suku di wajah mereka sudah tidak ditemukannya.
Apakah dia salah tempat?
Tidak. Dia yakin dia tidak salah tempat. Dia bahkan masih mengenali beberapa wajah yang menatapnya dengan kaget.
Sedetik kemudian telinganya menangkap suara menandakan ada seseorang di belakangnya menyelinap untuk menyerangnya.
Dengan refleks yang bagus, Kinsey menghindar dan melakukan beberapa serangan balik. Gerakan berikutnya dia melakukan tendangan ke atas bersamaan tendangan lawannya. Keduanya menyeringai sambil tertawa begitu kaki mereka saling bertumpu membentuk huruf x di tengah udara.
"Sepertinya kekuatanmu sama sekali tidak berkurang huh?" seru lawannya membuat Kinsey terkekeh.
Katie yang melihatnya melebarkan matanya tidak percaya. Apalagi disaat Kinsey beradu jotos kemudian pundak kedua pria itu saling membentur bersahabat.
"KINSEY!! Kau kembali?"
Dan langsung saja orang-orang tadi yang memandangnya dengan terkejut langsung berhampur mengelilingi Kinsey dengan antusias.
Hanya Katie yang tidak mengerti apa yang terjadi dan hanya bisa mengernyitkan keningnya. Dia juga sama sekali tidak mengerti bagaimana semua orang bisa tahu nama Kinsey?
Sekali lagi kedua mata Katie bertemu dengan mata Kinsey. Sinar mata Kinsey dipenuhi dengan kemenangan membuatnya sadar.. dia telah masuk ke dalam perangkap pria licik ini!
Dilihat dari cara anggota Oostven memperlakukan Kinsey, jelas sekali pria itu pernah datang kesini dan menjadi bagian dari suku ini. Tapi pria itu berpura-pura tidak tahu dan malah memancingnya untuk menyetujui taruhannya. Lalu untuk apa selama perjalanannya tadi dia terus mengkhawatirkan dan memikirkan cara untuk menyelamatkan pria itu jika seandainya dia tertangkap?
Katie mendecak kesal dan berbalik meninggalkan mereka semua. Dia berjalan agak kebelakang dimana biasanya dia tinggal. Sebuah bungalo modern yang nyaman untuk ditinggali.
Rumah ini adalah tempat tinggal umbranya. Semenjak umbra pergi mencari jalan untuk mempertahankan hidupnya, Katie tinggal disana sendiri.
Tiba-tiba saja dia merindukan umbranya. Semenjak dia dibawa umbra ke tempat ini diam-diam, umbra dan Katie harus berpisah. Kalaupun bertemu di tengah jalan, keduanya harus bersikap seolah tidak saling kenal.
Itu karena hampir petinggi penguasa Prussia tahu bahwa Dimitri (nama sebenarnya umbra Katie) adalah umbra milik 'raja merah'. Karena itu anggota kerajaan mengawasi gerak-gerik umbra dan langsung mencurigai wanita yang ditemuinya adalah 'raja merah'.
Dan entah bagaimana caranya rumor yang mengatakan penyanyi jazz dari New York adalah 'Raja Merah' tersebar di seluruh ujung Prussia. Hal ini membuatnya tidak bisa menggunakan nama 'Katleen Morse' lagi.
Untungnya, sebelum ini Charlie membantunya berganti identitas. Bukan. Yang benar adalah kembali ke namanya yang sebenarnya. Katalina adalah nama pemberian ibu kandungnya. Tidak ada yang mengetahui nama sang 'Raja Merah' saat dilahirkan ke dunia ini. Karena itu dia bisa menggunakan namanya yang sebenarnya.
Hanya saja dia tidak memakai nama keluarga ayahnya. Bukan karena tidak ingin, tapi dia tidak tahu siapa ayahnya. Kepala suku Oostven serta umbranya tidak memberitahu identitas ayah kandungnya ataupun membahasnya. Jadi dia meminjam nama Oostven untuk menjadi identitas samarannya.
Tanggal lahirnya serta tahunnya diubah secara total menjadi lima tahun lebih muda daripada usianya yang sebenarnya, agar tidak ada anggota kerajaan maupun kaum Vangarians mencarinya hanya karena dia seumuran dengan 'Raja Merah'.
Sementara warna rambutnya... dia tidak perlu lagi repot-repot menyemprot rambutnya karena rata-rata penduduk di Prussia memiliki rambut merah mirip dengannya.
Sedangkan matanya.. dia masih harus memakai kontak lensa untuk menyembunyikan warna matanya. Karena hanya 'raja merah' yang memiliki warna mata amber seperti yang dimiliki Katie.
Katie berjalan mondar-mandir di dalam rumahnya dengan gelisah. Namun dia segera menenangkan dirinya saat sadar emosinya mulai membuat kekuatannya aktif kembali.
Sedetik kemudian pintu rumahnya terbuka dan seorang pria beruban masuk dengan penuh wibawa. Orang ini tidak lain adalah Egon Oostven, kepala suku Oostven.
"Kau menggunakan kekuatanmu lagi. Apa kau tahu aliran waktu hidupmu semakin berkurang? Seharusnya kau masih memiliki enam puluh bulan dan sekarang menjadi lima puluh sembilan. Apa saja yang sudah kau lakukan?"
Katie mendesah pasrah sekali lagi harus berhadapan dengan amukan dari kepala suku yang kini posisinya adalah kakeknya.
"Aku tidak menggunakan kekuatanku. Aku memang menghajar para berandalan di bar, tapi aku yakin kekuatanku tidak sampai aktif."
"Kalau begitu bagaimana bisa tanda ini berkurang?"
Katie melihat sebuah balok kaca dengan sejumlah lingkaran sinar yang mengelilingi balok tersebut. Balok tersebut memang memiliki hubungan langsung dengan energi kehidupan raja merah dan mendeteksi berapa bulan usia kehidupan Katie di dunia ini.
Katie tidak menghitung jumlah lingkaran sinar tersebut, namun dia tahu kalau lingkaran itu telah berkurang satu.
"Aku juga tidak tahu." Katie sama sekali tidak sadar kekuatannya sempat aktif saat dia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Kinsey sebelumnya.
Egon mendesah tidak percaya dia kelolosan lagi dan membiarkan waktu hidup 'raja merah' berkurang sebanyak satu bulan.
"Kau tahu benar saat ini tetua Ode mencari cara untuk mencegah kematianmu. Bahkan umbramu masih di luar sana mencari informasi di berbagai tempat agar kau tidak mati muda. Tapi sepertinya kau sama sekali tidak peduli dengan hidupmu sendiri. Kau bersantai, dan berkeliaran di tengah kota. Kau bahkan sama sekali tidak takut akan bertemu dengan anggota kerajaan ataupun Vangarian yang mengincarmu. Apa kau tidak takut mati?"
Tidak takut? Tentu saja dia takut. Dia sangat takut bertemu dengan orang yang mengincarnya. Tapi dia tidak pernah menunjukkannya. Dia tidak lagi ingin dianggap remah ataupun lemah dihadapan orang-orang. Dia menutupi rasa takutnya dengan sikap cuek hingga rasa takutnya tidak lagi menguasai dirinya. Dan salah satu cara agar tidak dicurigai sebagai raja merah adalah menjadikan dirinya sendiri sebagai seorang yang ditakuti dan disegani oleh semua penduduk di Prussia.
Katalina, cucu satu-satunya dari Egon Oostven yang tidak takut apapun dan memiliki ilmu bela diri yang hebat. Kalaupun seandainya ada anggota kerajaan maupun kaum Vangarian merasa penasaran dan ingin bertemu dengannya, mereka tidak akan berani datang langsung ke Bayern yang merupakan wilayah kekuasaan suku Oostven.
Tidak akan ada yang mengira cucu pimpinan suku Oostven yang terkenal ini adalah 'Raja merah'. Mereka menganggap 'Raja Merah' masih bersembunyi dan berusaha untuk tidak mencolok. Karena itu Katie melakukan hal sebaliknya yang tidak pernah dilakukan 'Raja Merah' sebelumnya.
"Cepat atau lambat manusia pasti akan mati." jawab Katie menjawab pertanyaan kakek angkatnya. "Aku juga sama. Tapi, sebelum aku mati.. aku punya satu tujuan. Aku akan membebaskan ibuku dan membawanya ke Amerika. Aku sama sekali tidak peduli jika aku harus menggunakan kekuatanku untuk menyelamatkannya dari tawanan seumur hidupnya."
"Katalina, jangan bertindak gegabah. Begitu kau menginjak gerbang istana, serigala milik kaum Vangarian akan mencium baumu sebagai 'raja merah'. Kau tidak akan lolos dari mereka. Kau membutuhkan wadah yang bisa menahan aura dan kekuatanmu."
Wadah yang dimaksud adalah seseorang dimana bisa menjadi pengalih kekuatan yang disalurkan oleh 'Raja Merah'. Dengan adanya orang ini disisi Katie, dia bisa melewati gerbang istana dan baunya akan tersembunyi hingga tak terlacak oleh serigala milik kaum Vangarians.
Selain itu, disaat Katie marah atau ingin mengaktifkan kekuatannya.. alam tetap tidak akan bereaksi karena kekuatannya telah ditahan oleh orang yang merupakan 'wadah'nya. Katie tidak akan ada bedanya dengan manusia normal jika berdekatan dengan 'wadah'nya.
Sebenarnya untuk menemukan orang yang cocok menjadi 'wadah'nya sangat mudah. Katie hanya perlu menciptakan pusaran angin kecil di atas telapak tangannya. Lalu seseorang yang hendak menjadi wadahnya, akan memasukkan tangannya ke dalam pusaran tersebut dari atas. Jika tidak terluka, maka orang itulah yang akan menjadi 'wadah' kekuatannya.
Hanya saja, selama ini dia sudah mencoba mencari, dia belum menemukan orang yang tepat. Tiap kali ada yang mencoba tes pencocokan tersebut, tangan orang itu akan terluka seperti terkena goresan silet kecil.
Hampir semua anggota suku Oostven yang rela mati demi Katie, gagal menghadapi tes kecil tersebut dan berakhir dengan tangan terluka. Hingga pada akhirnya, Katie menyerah dan tidak terlalu mengharapkan kemunculan orang yang cocok untuk menjadi 'wadah'nya.
"Festival kerajaan akan diadakan dua bulan lagi. Jika sampai saat itu masih belum menemukan orang yang cocok untuk menahan kekuatanku, aku akan mengambil resiko dan mengeluarkan ibuku dari sana." ujar Katie dengan sinar mata penuh keyakinan dan dia tidak mau ditentang.
Egon mendesah pasrah mendengarnya. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa semua 'Raja Merah' sangat keras kepala dan tidak sabaran.
Tentu saja Katie sudah tidak bisa bersabar lagi. Bagaimana bisa dia bersabar mengetahui waktunya kurang dari lima tahun sebelum jantungnya berhenti berdetak. Dia akan memastikan ibunya keluar dari istana dengan cara apapun dan membawanya lari ke Amerika dimana kerajaan Prussia tidak bisa menyentuhnya lagi.
"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan." ucap Egon menyerah meladeni Katie. Dia tahu saat ini Katie tidak berada dalam suasana hati yang bagus. Kalau diteruskan, tidak ada yang menjamin kekuatan 'Raja Merah' tidak akan lepas kendali.
Egon keluar dan langsung melihat Kinsey yang masih bereuni dengan anak-anak anggotanya.
Kenapa Kinsey kemari? Pikir Egon merasa heran.
Sementara itu Kinsey melihat sosok Egon yang sedang mendekat, lalu dia menundukkan kepalanya sedikit tanda memberi hormat. Biar bagaimanapun, kepala suku inilah adalah gurunya sewaktu dia diajarkan ilmu unik milik Oostven.
"Ikut aku." sahut Egon singkat sebelum melangkah ke arah bungalo miliknya.
Kinsey mengikutinya dan segera menutup pintu agar pembicaraan mereka tidak terdengar.
"Aku ingat kau pernah bilang kau tidak akan pernah kembali kemari." Egon membuka suara tanpa basa-basi. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Strockvinch."
Egon terdiam mendengar nama itu dan ekspresinya berubah menjadi serius. Mereka berdua mendiskusikan sesuatu yang darurat dan sangat penting. Tidak ada yang tahu apa saja yang mereka bicarakan.
Malam harinya setelah jam makan malam, Kinsey mencari Katie di bungalo-bungalo sekitar. Karena dia tidak tahu dimana rumah gadis itu dan tidak ingin mengundang tatapan penasaran, Kinsey hanya berjalan berkeliling sambil mencari sosok yang dicarinya.
Tempat tinggal suku Oostven dikelilingi pepohonan.. lebih tepatnya mereka tinggal di tengah hutan. Tempat ini sangat mirip dengan tempat tinggal Katie yang ada di Lousiana. Tidak heran jika Katie merasa nyaman tinggal disini. Pikir Kinsey di benaknya.
Setelah beberapa menit mencari, akhirnya dia menemukan Katie sedang duduk di bebatuan dekat pohon besar sambil memandang ke arah langit.
Dia hendak berjalan menghampirinya saat ponselnya berdering.
"Kau sudah menanangkapnya?... Kirim alamatnya. Aku akan kesana."
Kinsey menatap Katie sekali lagi sambil mendesah sebelum pergi. Dia sudah berbalik disaat Katie menoleh ke arahnya.
Lagi-lagi Katie salah paham dengan kepergiannya.
"Tadi kau bilang kau akan mengikutiku kemanapun aku pergi. Sepertinya yang itu juga bohong belaka." gumam Katie menyaksikan kepergian punggung Kinsey. Lalu menundukkan kepalanya dengan sedih. "Umbra, nenek Ode, kapan kalian kembali? Aku membutuhkan kalian."