My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Rubah Yang Cerdik



Rubah Yang Cerdik

1"Apa yang kau lakukan disini?"     

Kinsey tersenyum miring nyaris seperti menyeringai licik mendengar suara tak suka dari Katie. Dia sama sekali tidak menyangka Katie yang diingatnya adalah seorang gadis yang ramah, lemah lembut bisa mengeluarkan nada dingin yang tak bersahabat.     

"Bagaimana denganmu? Kau terlihat berbeda. Aku nyaris tidak mengenalimu."     

"..." Katie tidak menjawab. Dia menegakkan tubuhnya sebelum berjalan ke arah pisaunya.     

Kinsey tidak bisa menurunkan waspadanya menyadari niat gadis itu yang ingin mengambil pisaunya kembali. Kalau dia bukan Katie, sudah pasti dia akan menendang pisau tersebut dan meringkus gadis itu sebelum dia sempat menyerangnya lagi.     

Namun kali ini Kinsey diam. Dia agak penasaran apakah gadis itu akan menyerangnya atau tidak. Apakah gadis itu memang tidak memiliki perasaan apa-apa dengannya sewaktu mereka bersama enam tahun yang lalu dan tega melukainya?     

Katie mengambil pisaunya kemudian memutarnya sama persis seperti saat dia bermain-main di bar tadi.     

Mengingat adegan di bar tadi, Kinsey bisa menduga tangan Katie yang lincah itu bisa melempar pisau ke arahnya sewaktu-waktu. Dia kehabisan akal... otaknya yang pintar sama sekali tidak bisa mengerti. Bagaimana bisa gadis yang terlihat lemah, rapuh namun mempesona bisa berubah hanya dalam waktu enam tahun?     

Melakukan putaran pisau di atas tangannya tanpa terluka sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan Kinsey sendiri membutuhkan waktu cukup lama untuk latihan agar tangannya tidak tergores. Tapi gadis didepannya malah memainkan pisaunya dengan begitu ahli. Bahkan dia tidak melihat ada bekas luka di telapak tangannya.     

Belum lagi ilmu bela diri gadis itu. Sama sekali tidak terlihat kalau gadis itu baru mempelajarinya selama enam tahun. Setidaknya wanita didepannya ini sudah berlatih ilmu bela diri selama belasan tahun mengingat gerakan dan refleks yang lihai di bar tadi.     

Kalau memang begitu ahli bertarung, kenapa gadis itu bisa terluka parah di sarang Aiden enam tahun yang lalu?     

"Kenapa kau mengikutiku?"     

Pandangan mereka masih terpaut satu sama lain tanpa membuat gerakan ofensif. Menyadari gadis di depannya hanya berusaha menakutinya tapi tidak akan pernah melempar pisaunya, Kinsey merilekskan ototnya.     

Kalaupun seandainya gadis itu ingin melukainya, dia akan membiarkannya. Dengan begitu, hatinya akan menjadi yakin bahwa wanita di hadapannya sama sekali tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Dia akan berhenti memikirkannya dan memutuskan untuk menghapus nama 'Katleen Morse' dari hidupnya.     

"Aku hanya penasaran. Aku dengar namamu Katalina, tapi wajahmu mirip dengan Katleen. Aku juga dengar usiamu dua puluh tujuh tahun. Aku hanya ingin tahu, bagaimana kau bisa menipu semua orang disini?"     

Katie berhenti memainkan pisaunya dan memandang ke arah Kinsey dengan tajam.     

"Kuperingatkan kau, jangan pernah menyebut nama itu lagi. Lagipula Katleen Morse hanya nama buatan yang kupakai selama tinggal di Amerika. Aku tidak memerlukan nama itu lagi di tempat kelahiranku."     

Sebelah alis Kinsey terangkat mendengar ini. 'Katleen Morse' bukan namanya yang sebenarnya? Lalu bagaimana dengan orangtuanya? Dan juga.. Prussia adalah tempat kelahirannya?!     

"Sebaiknya kau pergi. Tempat ini bukan tempat yang bisa kau kunjungi sembarangan."     

Jika orang memiliki julukan, maka julukan Kinsey adalah 'rubah'. Dia sangat cerdik dalam memancing orang untuk masuk kedalam jebakan buatannya. Terlebih disaat dia mencari sebuah informasi.     

Dan saat ini, Kinsey tertarik untuk menyelidiki asal usul gadis berambut merah dihadapannya ini. Dengan lihai dia mulai menyebarkan jala jebakannya.     

"Bukankah tempat ini adalah tempat umum?" Kinsey bertanya dengan berpura-pura bingung.     

Dia tahu tidak sembarangan orang bisa memasuki wilayah kekuasaan Oostven. Tapi dia bisa memasukinya karena dia sudah merupakan salah satu anggota Oostven. Tentunya, Katie tidak mengetahui fakta ini dan dia memanfaatkannya.     

"Tempat ini bukan tempat umum. Sebaiknya kau pergi kalau kau tidak ingin terluka."     

"Oh, apakah itu sebuah ancaman?" Kinsey melangkahkan kakinya menghampiri Katie dengan aura mengintimidasi.     

Katie tidak pernah melihat aura mengerikan dari Kinsey sebelumnya dan dia juga belum bertemu dengan orang yang berhasil mengintimidasinya semenjak dia pindah ke Prussia. Selama ini orang-orang takut padanya terlebih dulu begitu mendengar namanya.     

Katie mendecak. Tentu saja orang yang satu ini berbeda. Kinsey bukanlah warga Prussia dan pasti tidak tahu mengenai tradisi ataupun peraturan yang berjalan di tempat ini.     

Katie melangkah mundur sambil menggenggam pisaunya dengan erat.     

"Kau mungkin tidak tahu, tapi tempat ini dalam kekuasaan suku Oostven, salah satu dari empat penguasa di negeri ini. Begitu salah satu dari mereka melihat orang asing di wilayah kami, kau akan ditangkap dan dirajang. Sebaiknya kau kembali!"     

Anehnya, cara Katie mengucapkannya terdengar seperti gadis itu mengkhawatirkannya.     

Dalam hati kecil Kinsey bertanya-tanya apakah benar gadis itu mengkhawatirkannya? Kalau memang khawatir, bukankah berarti gadis itu memiliki perasaan khusus untuknya?     

Kalau memang benar, lalu kenapa dia pergi? Kenapa wanita ini tidak bilang langsung padanya kalau dia akan pergi enam tahun yang lalu? Apakah ciuman mereka di pantai serta kecupan ringan dipipinya hanyalah kesenangan sesaat untuk gadis itu? Ataukah Katie terpaksa pergi meninggalkannya karena suatu alasan?     

Jika memang gadis itu terpaksa pergi, Kinsey akan memaafkannya. Dia ingin lebih mengenal Katie, asal usulnya, latar belakangnya dan juga karakternya yang berbeda.. dia ingin mengenalnya lebih dalam lagi.     

Kali ini dia tidak akan membiarkan gadis itu lepas dari pandangannya.     

Hanya saja, dia ingin memastikan gadis itu tidak akan bisa kabur lagi darinya. Karena itu dia melanjutkan 'jebakan'nya.     

"Aku tidak percaya pada omonganmu. Di dunia ini sudah tidak ada lagi perebutan kekuasaan atau larangan memasuki sebuah tempat." lanjut Kinsey dengan nada cuek dan santai.     

"Jika kau tidak percaya padaku, kenapa tidak kau tanyakan pada warga sekitar? Kau akan tahu kalau aku tidak mengada-ada." Katie mulai tidak sabar dan nadanya mulai meninggi.     

"Benarkah? Tapi aku tidak mengenal mereka, bagaimana bisa aku mempercayai mereka? Lagipula aku hanyalah seorang turis disini." ucap Kinsey sembari melangkahkan kakinya kembali ke arah Katie.     

Katie melangkah mundur tiap kali Kinsey berjalan kearahnya. Keningnya mengernyit dan terlihat sekali dia merasa gelisah. Dia sadar saat Kinsey menyebut kata 'turis' ada kemungkinan pria itu tidak bisa berbicara dalam bahasa Jerman. Lalu bagaimana caranya dia bertanya pada warga sekitar sementara penduduk disana sangat membenci Inggris dan menolak untuk berbicara bahasa Inggris.     

Ekspresi Katie terlihat kalut dan gelisah. Sementara Kinsey tersenyum puas melihat akhir hasil jebakannya. Sudah dipastikan dia yang akan menang.     

"Bagaimana kalau kita bertaruh? Jika pada akhirnya aku ditangkap dan hendak dirajang, aku janji tidak akan menemuimu lagi."     

"Kau tidak akan bisa keluar hidup-hidup begitu kau tertangkap!" Katie mendelik tidak percaya akan omong kosong orang gila ini.     

"Kalau begitu aku akan mengandalkanmu mengeluarkanku dari sana." lanjut Kinsey sambil mengangkat kedua bahunya dan menurunkannya tanda tidak peduli.     

"Kau..!" Katie kehabisan kata-kata mendengar kalimat yang lebih gila lagi. Apa yang membuat pria ini berpikir dia akan menyelamatkannya?     

"Tapi.." lanjut Kinsey melangkahkan kakinya lagi lebih lebar dari sebelumnya. Lagi-lagi membuat Katie melangkah mundur yang ternyata gagal karena tangan panjang Kinsey telah menarik tangannya membuatnya mendekati Kinsey. "Jika aku tidak ditangkap, aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi, menempel padamu sesuka hatiku dan kau tidak berhak mengusirku ataupun menjauhiku."     

Deg..deg..deg..     

Jantung Katie berdebar dengan liar mendengar kalimat itu. Padahal dia berhasil mengubur kenangan indahnya enam tahun lalu. Dia berhasil mengendalikan emosinya serta menggunakan sedikit kekuatannya demi meningkatkan keahlian bertarungnya.     

Dia berhasil mengunci hatinya rapat-rapat dan tidak merasakan emosi apapun. Senang, sedih, kecewa, takut sudah tidak lagi bisa mengendalikannya. Mungkin marah yang sesekali muncul di benaknya karena mimpi buruknya yang masih muncul di tidurnya. Namun dia mengeluarkan amarahnya melalui bertarung.     

Daripada meluapkan emosinya menggunakan kekuatannya yang hanya memperpendek usianya, dia menggunakan cara lain untuk meluapkan emosinya. Bertarung. Cara ini sangat efektif karena semenjak dia ahli bertarung, sudah tidak ada lagi perubahan cuaca drastis yang membongkar identitasnya.     

Tapi sekarang.. pria ini.. Kinsey Alvianc berhasil membuka pintu hatinya. Bukan. Bukan membuka, tapi menghancurkan kuncinya tanpa sisa dan sekali lagi menerobos masuk.     

Kenapa? Kenapa orang ini melakukannya?     

'Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi.'     

Jika pada akhirnya Kinsey berniat mengikutinya kemanapun dia pergi, lalu kenapa pria itu tidak muncul di bandara? Kenapa pria itu membuang surat berisi pesannya?     

Kenapa pria ini sangat kejam? Membuatnya berharap kemudian menghancurkan harapannya berkeping-keping.. dan kini muncul menerobos masuk begitu saja kedalam kehidupannya yang mulai tenang tanpa bisa ditolaknya?     

Katie menarik tangannya yang dipegang Kinsey. Katie tetap memasang ekspresi datar sambil berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga, karena tanpa diduganya, tenaga Kinsey jauh lebih besar darinya.     

"Jangan salahkan aku jika kau tertangkap." Katie sengaja menghentikan usahanya melepaskan diri dari cengkeraman pria itu. "Dan jangan pernah berharap aku akan menyelamatkanmu!" Dengan kekuatan penuh, Katie menghentakkan tangannya tiba-tiba dan berhasil lepas dari cengkeraman pria itu. Lalu dia berbalik dan berjalan dengan langkah cepat berusaha meninggalkan Kinsey.     

Biar bagaimanapun Kinsey tidak mengenal daerah ini. Bisa jadi pria itu akan tersesat jika kehilangan jejaknya. Hanya saja... entah kenapa dia merasa tidak tega membiarkan Kinsey tersesat. Belum lagi mereka memasuki hutan yang dipenuhi binatang buas.     

Pada akhirnya dia berjalan dengan normal. Tidak cepat ataupun lambat. Sesekali dia akan melirik ke belakang memastikan Kinsey memang mengikutinya dan tidak tersesat.     

Sementara itu Kinsey berjalan sambil memandang ke arah tangannya yang tadi mencengkeram tangan Katie. Di telapak tangannya terdapat luka kecil sepanjang dua senti seperti goresan benda tajam.     

Dia yakin Katie tidak membawa pisau di tangan yang dipegangnya. Dia juga yakin kuku gadis itu tidak mencakarnya. Lalu bagaimana tangannya bisa terluka?     

Karena itu hanyalah luka kecil, Kinsey tidak terlalu memperdulikannya.     

Yang sebenarnya, tanpa diketahui keduanya.. kekuatan Katie kembali aktif karena tidak bisa membendung emosinya yang tiba-tiba muncul. Dan saat ingin melepaskan diri, sebuah putaran angin terbentuk didalam telapak tangan Kinsey yang mencengkeram tangan Katie untuk membantunya lepas dari cengkeramannya. Itulah penyebab luka kecil di telapak tangan Kinsey.     

Sayangnya, karena kekuatannya itu.. tanpa sepengetahuannya usia kehidupan Katie berkurang satu bulan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.