Cucu Kepala Suku
Cucu Kepala Suku
Ah, dia ingat. Kepala suku memang memiliki anak tunggal yang tidak pernah pulang. Kinsey belum pernah bertemu dengannya atau seperti apa wajah anak tunggal kepala suku Oostven. Mungkinkah cucu yang dimaksud Mertun adalah anak dari orang itu?
Kinsey masih asyik mengingat-ngingat keluarga kepala suku Oostven saat mendengar suara jeritan pria dewasa yang berasal dari orang hidung belang tadi.
"Aaaarrgh.."
Kinsey serta Mertun segera menoleh untuk melihat apa yang terjadi.
"Nah, pertunjukan dimulai." seru Mertun antusias.
Kinsey melihat seorang gadis lain dengan rambut merah dikepang ke dua sisi depan serta topi beanie hitam dengan dua tali lebar di kedua sisi menutupi sebagian wajahnya. Gadis itu sedang memiting sebelah tangan pelanggan tadi.
Gadis yang baru saja muncul ini memakai kaos berlengan panjang dengan rompi denim serta celana jeans diatas mata kaki dengan boot panjang yang modis. Gadis itu mungil tapi memiliki tenaga yang besar hingga sanggup memiting tangan pria bertubuh kekar hingga kesakitan.
Sayangnya posisi gadis itu setengah memunggunginya sehingga dia tidak bisa melihat jelas seperti apa wajahnya.
"Kurang ajar! Seenaknya kau menyerangku!"
Pria hidung belang tadi berusaha membebaskan diri dan menyerang balik ke arah gadis berambut merah.
Dengan lihai gadis itu menghindar serangannya dan berdiri di atas meja sebelum menendang tubuh pria tersebut.
Tidak lama kemudian beberapa pelanggan lain yang ternyata merupakan anak buah dari pria hidung belang tadi berdiri dan mengepung gadis tersebut.
"Kau yakin dia bisa menanganinya?" tanya Kinsey penasaran. "Kau tidak bilang cucu kepala suku adalah perempuan."
Tadi Mertun memang menyebut 'Enkelkind' (cucu) yang tidak menunjuk pada gender apapun.
"Tenang saja, tenang saja. Pertunjukan yang sebenarnya baru dimulai." balas Mertun yang terdengar luar biasa santai di teliganya.
Pada akhirnya Kinsey juga duduk diam disana sambil menyaksikan pertunjukkan yang akan segera dimulai. Dia juga agak penasaran seperti apa kehebatan sang cucu kepala suku Oostven.
Tidak lama kemudian, salah satu anak buah pria tadi bergerak maju menyerang yang dihindari gadis itu dengan melompat dan menginjak tubuh penyerangnya. Lalu gadis itu mengambil sebuah kursi kayu bundar dan melemparkannya ke penyerang lainnya.
Gadis itu menopangkan sebelah tangannya ke atas meja kemudian melakukan lompatan berputar dan menendang wajah penyerang yang lain lagi.
Kinsey menganggukkan kepalanya melihat kehebatan gadis itu.
"Tidak buruk. Dia cukup hebat." gumamnya.
"Iya, kan? Jangan sampai dia melihatku disini. Kalau tidak, aku akan..." Mertun membuat gerakan tangan didepan lehernya dari kanan ke kiri dengan wajah ketakutan. "Dia membenciku setengah mati karena aku pernah mencoba mencuri ciuman darinya tahun lalu."
Kinsey memutar matanya dengan malas. "Kau memang pantas mati."
"Apa kau sahabatku? Dasar pengkhianat!" Namun Mertun kembali menyaksikan 'pertunjukkan' disana.
Tidak lama kemudian seseorang mengenali wajah gadis itu dan berseru, "Hei, dia adalah cucu perempuan kepala suku Oostven."
Seketika semuanya berhenti menyerang dan berdiri terpaku pada tempatnya masing-masing. Bisik-bisikan mulai terdengar menggumamkan nama gadis itu.
"Katalina ada disini."
"Mereka sial kalau harus berhadapan dengan Katalina."
Bahkan kelompok penyerang tadi menjadi ragu dan membujuk bos mereka untuk segera pergi meninggalkan bar ini. Sayangnya, Katalina tidak membiarkan pria hidung belang itu pergi begitu saja.
Dia menarik kerah baju pria itu sebelum mendorongnya ke lantai dan meletakkan sebelah kakinya ke perut besar sang bos. Orang itu mengerang keskitan saat Katalina menekan kakinya yang menindih perutnya semakin keras.
Tangan Katalina terbuka seolah meminta sesuatu. Penjaga bar segera memberikan sebuah pisau dan meletakkan ke atas telapak tangan Katalina. Begitu pisau berada di genggamannya, Katalina memutarnya dengan ahli seolah menganggap pisau itu seperti mainan.
Kemudian dia memasang pose seolah hendak melempar ke arah tubuh dibawah kakinya. Pria dengan perut buncit tersebut merasa ngeri kalau terkena lemparan pisau sang cucu kepala Oostven yang sangat terkenal akan ilmu bertarungnya. Belum lagi tenaganya yang sangat besar melebihi pria dewasa pada umumnya.
Tepat saat ujung pisau seperti tertuju ke arah wajahnya, Katalina menghentikan tindakannya. Kemudian memasang wajah serius.
"Sepertinya aku tidak akan merasa puas kalau aku merusak wajahmu. Bagaimana kalau..." Katalina mengarahkan ujung pisau dari dada turun ke perut hingga bagian bawah perut. "Aku harap kau sudah memiliki anak, karena mungkin setelah ini kau tidak akan memiliki keturunan lagi." ucapnya dengan nada jenaka yang mengerikan.
"Tidak..tidak. Kumohon, aku janji tidak akan melakukannya lagi."
Katalina mendesah. "Kau ini pengecut sekali. Sewaktu kau belum tahu siapa aku, kau bersikeras melawanku. Tapi sekarang, kau malah ketakutan mendengar namaku. Aku tidak tahu kalau aku begitu terkenal."
"Benar, benar." lanjut pria itu dengan gugup. "Kau sangat terkenal. Namamu sangat mengagumkan. Semua orang disini tidak ada yang tidak tahu namamu. Kau sungguh luar biasa." pria itu memuji-muji berharap bisa meredakan kemarahan Katalina dan segera dilepaskan.
Sekali lagi Katalina memainkan pisaunya dan entah apakah disengaja atau tidak, pisaunya meluncur ke bawah tepat di sebelah telinga pria itu.
"Ups.. nyaris saja. Maaf, aku baru belajar bermain pisau." Katalina tertawa kecil. Hanya saja tawaannya terdengar sangat menakutkan.
Katalina lebih menekankan beratnya ke tumpuan kakinya membuat pria itu mengerang sakit.
"Aku peringatkan kau. Aku tidak peduli jika kau ingin menyentuh para wanita selama mereka bersedia. Tapi aku paling benci jika kau memaksakan kehendakmu pada gadis ini. Atau apakah mungkin kau tuli? Kau tidak dengar dia tidak ingin bersamamu? Huh?"
"Tidak, tidak. Tadi aku salah. Aku tidak akan melakukannya lagi." jawab pria itu dengan sangat ketakutan.
"Tentu saja kau tidak akan melakukannya lagi. Dengar semuanya!" seru Katalina tanpa menyingkirkan kakinya diatas tubuh pria itu. "Mulai sekarang bar ini ada dalam perlindunganku. Jika aku sampai mendengar ada kejadian seperti tadi.." Katalina mengepalkan tangannya kemudian melayangkannya ke atas sebelum memukul kursi kayu terdekat dengan sangat keras membuat kursi tersebut hancur berkeping-keping.
Semua orang disana menatap potongan kursi dengan ngeri. Bahkan Kinsey sangat terkejut melihat kekuatan Katalina namun ada pandangan kagum dimatanya.
"Orang itu akan berhadapan langsung denganku." Katalina kembali melayangkan pandangannya ke pria dibawah kakinya. "Kau mengerti?"
Pria itu menganggukkan kepalanya dengan penuh ketakutan. Dia langsung lari terbirit-birit begitu Katalina mengangkat kakinya.
Kinsey tersenyum menyeringai melihat aksi Katalina. Dia sangat menyukai cara gadis itu mengancam. Sangat mirip dengan stylenya. Jika seandainya dia bekerja sama dengan gadis itu dalam menjalankan sebuah misi, dia yakin mereka bisa bekerja sama dengan baik.
Tiba-tiba saja Kinsey ingin berkenalan dengan gadis itu. Ini yang pertama kalinya dia ingin berkenalan dengan seorang gadis. Bukan. Kedua kalinya. Yang pertama adalah gadis yang pernah menjadi cinta pertamanya.
"Whooo! Itulah Katalinaku!"
Kinsey nyaris tersedak mendengar pengakuan yang memalukan dari Mertun. Dan dengan gerakan cepat Mertun sudah menghilang dari tempat duduknya dan melesat menghampiri Katalina dari belakang gadis itu.
Bukannya tadi dia bilang dia tidak ingin keberadaannya diketahui? Kenapa sekarang dia malah membuat onar? decak Kinsey dalam hatinya.
Yang membuat Kinsey lebih terkejut lagi, disaat Katalina menarik tangan Mertun tanpa melihat kebelakang dan mengangkat tubuh sahabatnya sebelum dilempar ke depan dengan keras.
Kinsey meringis melihatnya. Meski Mertun juga bisa bertarung, tapi dilempar seperti itu pasti akan terasa sakit. Belum lagi yang melemparnya adalah gadis mungil yang disukai sahabatnya.
Kebetulan sekali, saat Katalina melempar tubuh Mertun, topi gadis itu terlepas dari tempatnya dan semua orang bisa melihat wajah Katalina dengan jelas... termasuk Kinsey dan dia langsung mematung di tempatnya.
"Apa kau sudah bosan hidup? Sudah kubilang jangan pernah muncul didepanku." ucap Katalina dengan nada dingin dan ekspresi datar.
Dia mengambil kembali topinya dan meletakkannya di atas rambutnya kembali menyembunyikan sebagian wajahnya. Katalina mengambil pisau yang tadi terjatuh, kemudian dia berjalan dan menancapkan pisaunya ke meja bar.
"Beritahu tuan kalian, jika minggu depan aku datang kesini dan tidak melihat ada perubahan kostum, aku akan menyuruh anak buahku untuk menghancurkan tempat ini. Kalian paham?"
Penjaga bar serta manajer disana segera mengangguk mengerti dengan ekspresi ketakutan.
Setelah puas mendapatkan jawabannya, Katalina berjalan menuju pintu keluar tanpa memperdulikan rajukan Mertun yang berusaha merayunya.
Sementara itu Kinsey masih terpaku di tempat duduknya. Dia hampir tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Wajah itu, warna rambut merah seperti apel.. dan juga suaranya. Kenapa dia tidak segera sadar?
Gadis itu adalah Katie!? Sejak kapan Katie menjadi cucu dari kepala suku Oostven?