Dansa Pembuka
Dansa Pembuka
Ada banyak yang menginap di mansion dan membangun tenda di halaman yang sangat luas di bagian belakang danau.
Yang menginap di mansion adalah keluarga pengantin serta teman-teman dekat. Sementara anak-anak muda yang ingin menginap membangun tenda di halaman belakang danau. Suasana di belakang danau seperti sedang bercamping dilengan belasan tenda yang sudah siap untuk dijadikan tempat beristirahat.
Tentu saja ada yang tidak ingin menginap dan akan pulang sebelum acara 'after party'.
Acara 'after party' adalah acara dimana berkumpulnya orang-orang yang masih ingin berpesta. Mereka menari, minum sampai tubuh mereka tidak kuat lagi menari.
Tentu saja para tetua dan anak-anak pasti tidak akan mengikuti acara ini karena mereka lebih memilih untuk tidur. Yang akan mengikutinya pastilah anak-anak muda yang senang dengan pesta.
Namun sebelum itu masih ada acara pembuka dansa pertama tepat pukul setengah sembilan malam.
Di tengah-tengah kerumunan sudah bersiap Cathy dengan dressnya bewarna putih serta Vincent yang menggunakan kemeja putih lengan panjang. Para tamu undangan berdiri agak menjauh membentuk lingkaran untuk memberi tempat bagi kedua pengantin.
Vincent dan Cathy mulai berdansa mengikuti alunan musik yang romantis berirama waltz. Keduanya berdansa sambil tersenyum dan saling memandang dengan tatapan penuh cinta. Tubuh Cathy berputar kemudian kembali ke hadapan Vincent. Tiap kali Cathy berputar, rok terusannya ikut berputar dan jatuh dengan sangat cantik.
Teman-temannya merekam keduanya dengan pandangan takjub melalui kamera mereka masing-masing.
Pasangan yang sedang berdansa di tengah-tengah mereka terlihat sangat serasi. Yang satu tinggi, tampan dengan rambut hitam pekatnya sementara yang satu cantik seperti seorang malaikat dengan rambut coklat kemerahannya.
Keduanya seperti memang sudah tercipta untuk satu sama lain. Mereka menari bak seperti pangeran serta putri di cerita dongeng. Yang menyaksikan mereka sama-sama terpesona dan tidak bisa mengalihkan pandangan ke pasangan yang berbahagia itu.
Di akhir lagu, Vincent menundukkan wajahnya untuk mencium bibir Cathy. Semuanya langsung ramai bersorak sambil bersiul.
Vincent mengangkat sebelah tangannya seolah meminta sorakan mereka untuk lebih ramai lagi. Karena sebelumnya ada kesepakatan mereka tidak boleh melepas ciuman mereka sebelum sorakan para penonton berhenti.
Melihat gerakan tangan Vincent membuat semuanya tertawa dan semakin mengeraskan sorakan mereka dan bertepuk tangan.
Cathy menyadari gerakan kecil yang dibuat Vincent dan memukul pundak suaminya dengan gemas. Ada-ada saja tingkah suaminya ini.
Vincent hanya tertawa geli melihat Cathy cemberut dengan menggemaskan namun ada semburat merah di kedua pipinya.
Setelah itu ada sebuah musik unik yang lain yang disusul letusan kembang api ke langit yang gelap.
Seketika semua orang termasuk Cathy dan Vincent memandang ke arah langit masih saling berpelukan.
Seingat Cathy, tidak ada acara pertunjukan kembang api di susunan acara Vanessa. Kenapa sekarang ada kembang api?
Tapi dia tidak memikirkan jawabannya karena kembang api itu sangat cantik dengan ribuan warna yang indah. Bahkan saat meletus ke langit terdapat sebuah gambar hati dengan tulisan 'I Love You'.
Cathy memandang ke arah Vincent menyadari ini adalah kejutan lain dari suaminya.
Dan yang membuatnya lebih indah adalah disaat kembang api meletus di langit sesuai dengan irama musiknya.
Di puncak lagu yang mulai megah, puluhan kembang api meletus bersamaan membuat langit menjadi terang. Ajaibnya ada banyak burung pipit yang terbang berputar kemudian berada di posisi masing-masing membentuk dua buah hati yang berdempetan. Bahkan Vincent yang tidak melibatkan burung juga terheran-heran.
Lalu burung-burung tersebut terbang kebawah mengitari Cathy dan Vincent. Cathy tertawa bahagia yang disusul senyuman bahagia pula di wajah Vincent.
Vincent tidak tahu bagaimana burung ini bisa ikut memeriahkan suasana, tapi dia sangat bahagia melihat wajah bahagia istrinya. Bahkan para tamu yang melihatnya merasa takjub dengan apa yang dilakukan burung pipit disana dan merekam adegan romantis itu.
Tidak lama kemudian burung pipit tersebut kembali terbang ke atas bersamaan kembang api lainnya muncul dari dua sisi membentuk tujuh lengkungan dengan warna yang berbeda.
Pelangi! Kembang api itu menimbulkan asap melengkung seperti pelangi.
Selama ini dia tidak pernah mau melihat pelangi karena dia tidak bisa melihat warna. Dia bahkan tidak bisa melihat seperti apa warna yang diciptakan oleh sebuah kembang api.
Tapi kini, dia bisa melihat warna. Dan untuk pertama kalinya dia melihat letusan kembang api yang begitu meriah di langit dengan ribuan macam warna. Cathy sangat terpesona dengan pemandangan di langit.
Dia memandang ke arah Vincent dengan tatapan yang dipenuhi dengan seluruh cintanya. Dia tahu dia sangat mencintai Vincent, tapi dia tidak tahu kalau rasa cintanya sudah tidak bisa diukur lagi.
Pria ini.. hanya pria ini satu-satunya yang dia inginkan. Hanya satu-satunya yang dia cintai.
"Yang dikatakan kak Vanessa memang benar."
"Apa?" tanya Vincent penasaran.
"Aku tidak akan pernah bisa melupakan pernikahan ini seumur hidupku."
Vincent tersenyum lebar mendengarnya dan sekali lagi mereka berciuman dibawah pelangi yang masih bertahan di langit yang gelap.
Dari kejauhan, Katie bisa melihat wajah bahagia dari sahabatnya. Dia merasa puas dengan hasilnya. Dengan begini dia bisa pergi meninggalkan tempat ini tanpa penyesalan lagi.
Dia akan pergi kembali ke negara asalnya. Dia juga akan menghabiskan sisa hidupnya disana dan mati dikubur disana. Dengan begitu tidak ada dari teman-temannya yang mengetahui kematiannya. Khususnya Cathy. Dia tidak ingin sahabatnya tahu kalau hidupnya tinggal dua belas tahun dan merasa sedih.
Katie mengambil napas yang panjang merasa ada air yang hendak meluncur dari matanya. Jangan sampai dia mengeluarkan air mata hari ini. Dia tidak ingin hujan turun dan merusak acara bahagia sahabatnya.
Burung-burung pipit tadi yang membantunya memeriahkan acara kembali terbang mengitarinya dengan gembira. Seolah mereka semua tahu suasana hati Katie yang murung, mereka berusaha menghiburnya.
Ada yang menghinggap di atas kepalanya, ada juga yang bertengger di pundaknya sambil menyundulkan kepalanya ke wajahnya. Katie tertawa mendapatkan perhatian dari burung yang baik ini.
Setelah perasaannya membaik, Katie melepas pergi semua burung tersebut dan kembali berbaur dengan teman-temannya.
-
Menjelang tengah malam, para tamu undangan sudah mulai banyak berkurang. Sebagian besar sudah pulang ke rumah masing-masing, sebagian lagi sudah ada yang tertidur. Yang tersisa hanyalah anak-anak muda yang masih ingin terus berpesta.
Kini mereka semua pindah ke hall utama di bagian utara mansion. Disana sudah ada seorang DJ yang menyambut mereka dengan musik ala disko. Di tengahnya ada bola lampu yang berkelap kelip membuat suasana hall seperti di tempat klub.
Semula Katie masih bergabung dengan teman-temannya dan menari bersama sambil memegang gelas minumannya.
Namun disaat banyak pria muda tak dikenalnya berjalan mendekatinya, wajahnya memucat.
Meski ada Darell, Rhys yang ada diantara mereka, Katie masih tidak bisa merasa trauma dan jijik jika kulitnya bersentuhan dengan seorang pria. Bahkan Steve yang sudah dianggapnya seperti kakak juga tidak bisa membuatnya nyaman.
Hanya umbra dan ayahnya yang masih bisa mendekatinya tanpa membuatnya trauma.
Demi menghindari rasa curiga dan pandangan aneh teman-temannya, Katie memutuskan kembali ke kamarnya.
Awalnya dia memang ingin ikut acara 'After Party' ini dan bersenang-senang. Dia suka keramaian, dia suka berkumpul bersama dengan teman-temannya. Tapi... sudah tidak lagi. Sekarang dia lebih suka menyepi dan dia tidak tahu apakah dia akan kembali suka keramaian atau tidak.
Katie berjalan keluar hall dan menaiki tangga menuju ke kemar yang disediakan untuknya. Dia akan tidur sekamar dengan Mercy, Daisy serta satu gadis yang tidak dikenalnya.
Hanya saja, Katie sadar dia belum merasa kantuk. Jadi dia sengaja memperlambatkan langkah kakinya sambil menikmati lukisan unik yang menghiasi dinding di sepanjang koridor.
"Kitty? Kenapa kau disini?"
Katie tersenyum melihat Cathy serta suaminya berjalan ke arahnya.
"Aku sedang mencari udara segar." jawabnya.
"Kalau begitu kau bisa ke balkon bagian selatan. Kau bisa melihat langit berbintang disana." sambung Vincent.
"Terima kasih." jawab Katie dengan sopan.
"Tidak perlu. Aku juga ingin berterima kasih. Pertunjukan tadi itu sangat indah. Dia sangat menyukai burung pipitnya."
"Benar. Aku sangat menyukainya." lanjut Cathy dengan nada bahagia yang tidak bisa ditutupinya.
"Kembang api itu adalah ide suamimu. Aku tidak melakukan apa-apa."
"Tapi ide burung pipitnya darimu. Pokoknya kami ucapkan terima kasih." lanjut Vincent bersikeras memotong ucapan Katie yang hendak membantah lagi.
Pada akhirnya Katie mendesah menyerah dan membiarkannya.
"Kalian sudah mau tidur? Kupikir kalian ingin berlanjut hingga subuh?" kemudian Katie teringat sesuatu. "Ah, benar. Kau tidak boleh terlalu capek."
Cathy tersenyum lebar. "Iya, aku harus menjaga kesehatanku. Tapi, suamiku yang satu ini tidak mau melanjutkan kesenangannya tanpa diriku. Padahal kau masih bisa bersenang-senang dengan lainnya." Cathy mengarahkan kalimat terakhirnya ke arah suaminya.
"Kau tega meninggalkan aku sendirian disana? Aku akan merasa kesepian."
Katie nyaris tidak bisa menahan rasa keterkejutannya melihat pria dewasa ini merajuk pada istrinya.
"Fiuh! Rasanya panas sekali disini." goda Katie berpura-pura mengipas dirinya dengan sebelah tangannya. "Sebaiknya aku perggi sekarang juga."
"Kitty!"
Katie cekikikan kemudian segera berlari sebelum mendengar omelan sahabatnya.
"Kau ini! Coba lihat dia terkejut sekali melihat tingkahmu." omel Cathy membuat suaminya hanya tetawa geli. "Kenapa kau menyarankannya ke balkon selatan? Kan pemandangan di balkon Timur lebih bagus?"
"..." Vincent hanya menjawabnya dengan senyuman polosnya.
Cathy memicingkan matanya mengingat sesuatu.
"Bukankah kakakku ada disana? Jangan-jangan kau berusaha... Aaaaa.." pekik Cathy seketika saat Vincent menggendongnya ala bridal tanpa peringatan. Kemudian dia melumat bibir istrinya begitu tangan Cathy mengalung ke leher Vincent secara refleks.
Ciuman Vincent yang menggoda membuatnya lupa atas pertanyaannya tadi. Mereka berciuman dengan sangat lama hingga terdengar suara deheman keras. Cathy segera menjauhkan kepalanya dan mukanya memerah seketika begitu melihat saudara iparnya serta suaminya kini memasang senyum dengan menggoda.
"Bisakah kau menunggu hingga kalian tiba di kamar kalian sendiri? Ini jalanan umum dan akan ada banyak anak kecil berjalan kemari untuk masuk ke kamar."
"Bukan salahku kalau kamar kalian bersebelahan dengan kamar kami." balas Vincent jahil sambil berjalan memasuki kamarnya menolak menurunkan Cathy meski Cathy sudah terus meminta untuk diturunkan.
"Apa dia benar adalah adikku?" gerutu Vanessa pada suaminya.
"Dia adalah adikmu sekaligus pria yang berbahagia. Biarkan saja." ucap Bryant dengan nada geli.
"Mama, sampai kapan mama menutupi mata Abi?"
Vanessa segera melepas tangannya yang menutup mata putrinya yang berusia tujuh tahun karena adegan intim adiknya itu.
"Maaf sayang. Ayo kita kembali ke kamar. Sudah saatnya tidur."
"Kenapa mata Abi ditutup?"
"Karena Abi belum cukup besar untuk melihat."
"Bukannya sekarang Abi bisa melihat?"
Vanessa hanya mendesah. Dia sudah terlalu letih untuk memuaskan rasa penasaran putrinya.
"Baiklah, ayo kita tidur. Papa sudah mengantuk sekali." Bryant menggendong putrinya dan segera masuk ke kamarnya.
Vanessa merasa lega putrinya langsung menurut dan menguap lebar tanda dia juga merasa mengantuk.