Akhir Bahagia
Akhir Bahagia
Dan terakhir, mereka tidak bisa berbulan madu dengan tenang kalau belum mendapatkan restu dari keluarga Vincent. Karena itu... Vincent membawa Cathy ke Blue Rosemary. Kali ini Vincent memperkenalkannya sebagai istrinya.
Cathy sangat gugup dan bersiap-siap menerima perlakuan tak bersahabat dari para wanita Regnz. Di luar dugaannya, sikap mereka masih sehangat di ingatannya. Bahkan mereka memperlakukannya jauh lebih baik. Keluarga Vincent menerima Cathy sebagai keluarganya.
"Sudah kubilang, mereka pasti menerimamu."
PLAK! Vanessa memukul lengan Vincent dengan keras membuat Cathy meringis mendengar teriakan Vincent.
"Dasar adik tidak berguna. Kenapa kau tidak mengundang kami ke pernikahan kalian? Setelah tidak ada kabar setahun kau malah menikah diam-diam?! Kau sudah tidak menganggap kami keluarga lagi ya?"
Vincent menghindar dari pukulan kedua kakaknya sambil berbicara.
"Aku kan sudah minta maaf sebelumnya. Mama saja mau memaafkanku." ujar Vincent masih berlari menghindar kakaknya yang kini mengejarnya. "Lagipula kami berencana mengadakan pernikahan kami lagi. Kali ini lebih megah karena sebelumnya kami hanya menikah dengan sederhana. Aku harap kakak mau mengurusnya. Bagaimana?"
Tangan Vanessa yang masih melayang di udara hendak memukul adiknya terhenti mendengar kalimat terakhir adiknya. Kemudian wajahnya berseri-seri dan langsung menghambur ke arah Cathy dengan semangat.
"Aku akan membuat pernikahan kalian tak akan bisa kalian lupakan."
Vincent tersenyum penuh kemenangan. Sejak dulu kakak dan ibunya sudah bersemangat merencanakan pernikahannya nanti. Yang pasti sangat megah dan di luar akal pikirnya. Keduanya sudah sering berusaha menjodohkannya dengan gadis manapun yang mereka kenal. Mereka ingin mempersiapkannya dan segera melihat Vincent menikah. Apalagi Vienna yang sudah tidak sabar menantikan kelahiran seorang cucu dari anak bungsunya.
Karena itu Vincent sengaja meminta kakaknya yang mengatur pestanya karena tahu, Vanessa pasti senang dan melupakan amarahnya.
Sementara itu Cathy hanya tersenyum gugup. Sebenarnya, dia tidak mengharapkan pesta pernikahan yang megah. Selama mereka menerimanya dan dia bisa hidup bahagia bersama suaminya, dia sudah merasa puas.
Lagipula dia merasa sangat puas dengan pernikahan yang disiapkan Vincent di hari itu. Dia yakin dia sendiri tidak akan bisa melupakan hari pernikahan mereka.
Tapi melihat Vanessa sangat bersemangat saat merencanakan pesta pernikahan mereka, Cathy tidak tega menolaknya. Karenanya, dia hanya pasrah sambil menantikan seperti apa pestanya nanti.
Cathy tersenyum bahagia menyadari kedua mertuanya juga tampak bersemangat merundingkan pernikahan mereka.
Kabar gembira yang lain datang disaat mereka mendiskusikan apa saja yang akan dimunculkan untuk pesta mereka nanti. Felicia telah mengiyakan lamaran Benjamin. Vanessa dan Vienna merasa lebih berantusias lagi karena ada dua pesta pernikahan yang akan disiapkan.
Benjamin sudah tidak memiliki orangtua, dan bagi keluarga Regnz; Benjamin sudah seperti anggota keluarga mereka sendiri.
Benjamin bukanlah anak kandung Davone dan memutuskan keluar dari nama Paxton. Dia memakai nama keluarga ibunya karena dia tidak tahu siapa ayah kandungnya.
Anehnya, karena Benjamin tidak menggunakan nama Paxton saat melamar Felicia, Welly Bernz langsung memberi restunya untuk hubungan putri tunggalnya. Siapa yang menyangka semuanya berjalan dengan sangat lancar hingga hari pernikahan mereka.
Karena Felicia yang lebih tidak sabar untuk menjadi istri pujaan hatinya, hari pernikahan mereka dipercepat. Bahkan mereka menikah lebih dulu daripada pesta perayaan pernikahan Vincent Cathy.
Di hari pernikahan Benjamin dan Felicia, Kitty datang menemui Cathy untuk terakhir kalinya. Dia pamit karena dia harus pergi meninggalkan negeri ini bersama keluarganya.
Cathy sangat sedih dan menyayangkan kepergian sahabat tercintanya. Namun saat teringat peringatan Daniel mengenai identitas Kitty yang unik, Cathy tidak memaksanya untuk tinggal.
Waktu itu saat Kitty menjalani perawatan di kastil, mereka berdua sudah saling berbicara. Itu juga pertama kalinya Cathy melihat warna rambut dan mata yang dimiliki Kitty dan terpesona akan kecantikan Kitty yang sebenarnya.
Cathy juga merasa ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya. Cathy sangat mengkhawatirkannya tapi juga tidak ingin mengincar rahasianya.
Yang bisa dia lakukan hanyalah percaya pada Kitty yang mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tidak ada bahaya ataupun musuh yang menginginkannya mati. Karena itu Cathy bisa melepas kepergian sahabatnya dengan tenang.
Cathy merasa sangat sedih karena berpisah dari sahabatnya. Sebelumnya dia tidak perlu bersedih karena dia tahu mereka pasti akan bertemu lagi. Mereka juga akan saling berhubungan lewat voice call atau video call.
Namun kini... Kitty benar-benar akan pergi. Dia bilang mereka tidak bisa lagi melakukan hubungan komunikasi seperti voice call atau video call karena Kitty memutuskan untuk kembali ke negeri asalnya. Kitty tidak ingin keberadaannya di negeri ini terlacak suatu saat nanti dan membahayakan nyawa Cathy dan lainnya.
Mendengar ini membuat Cathy sangat sedih. Bahkan Vincent tidak bisa menghiburnya dalam waktu singkat. Cathy melihat punggung sahabatnya berjalan ke taxi dengan tatapan sendu. Sunggub sangat berat melepas kepergian sahabatnya yang sudah seperti saudaranya sendiri.
Namun ada satu sukacita yang menggantikan rasa sedihnya. Untuk pertama kalinya Cathy bertemu dengan ayah kandungnya, Marcel Alvianc. Entah bagaimana caranya, Kinsey berhasil menghubungi Marcel dan memberitahunya bahwa putrinya yang hilang sudah ditemukan. Hanya dalam waktu beberapa jam, Marcel telah tiba dan muncul di pernikahan Benjamin dan Felicia. Meski belum pernah saling bertemu sebelumnya, pertemuan mereka sama sekali tidak canggung.
Marcel Alvianc memiliki wajah yang tampak serius dan sombong. Jika orang tidak mengenalnya, mereka akan ketakutan hanya karena melihat kedatangan seorang Marcel Alvianc. Tatapan matanya dan aura yang dipancarkannya terkesan dingin dan menakutkan. Akan sangat sulit jika ingin mendekatinya.
Namun saat Marcel berbicara dengan orang terdekatnya, ekspresi Marcel menjadi lembut dan penyayang. Kini Cathy tahu darimana karakter Kinsey terbentuk. Wajah serta sifat saudara kembarnya itu sangat mirip dengan ayah mereka.
Cathy merasa dirinya sangat diberkati dengan keluarga unik. Memiliki dua ayah yang menyayanginya, seorang kakak yang melindunginya, tiga adik manis yang bisa dimanjakannya. Suami idamannya yang mencintainya, melindunginya dan rela memberikan apapun untuk membuatnya bahagia... serta mertua yang juga menyayanginya; apa lagi yang dia minta?
Hanya saja.. sebelum pesta perayaan pernikahan megah mereka terjadi, Vincent dan Cathy memutuskan untuk berbulan madu terlebih dahulu selama satu minggu.
Dan disinilah mereka... Di sebuah pulau yang indah dengan sebuah vila cantik berada di ujung tepi bukit. Suara ombak dan angin segar menyentuh kulitnya dengan menyejukkan. Pepohonan rindang yang menghiasi pemandangannya serta cuaca yang sangat bagus. Tempat ini sangat sempurna untuk berbulan madu bagi pengantin baru.
Di ruang utama yang menghadap ke arah lautan, Cathy mengelus punggung Vincent dengan lembut. Cathy tersenyum geli melihat Vincent yang sedang ngambek.
Bagaimana tidak? Seharusnya mereka berdua sedang menikmati bulan madu saat ini. Mereka sudah menundanya terlalu lama dan ingin menghabiskan waktu berduaan saja. Tapi disaat mereka sedang bermesraan, Kinsey dan Steve malah muncul tiba-tiba mengganggu mereka. Kedua pengganggu itu sedang menikmati es buah dengan nikmat. Mereka sama sekali tidak peduli dengan suasana hati Vincent yang memburuk.
"Cathy, kenapa kau memanggil Vincent dengan namanya sementara Kinsey dengan kakak?" tiba-tiba Steve bertanya untuk memuaskan rasa penasarannya yang sudah lama terpendam.
"Eh? Memangnya kenapa?" Cathy malah bertanya dengan polos.
"Soal itu aku juga heran." sambung Vincent yang duduk di sebelah istrinya. "Kau dan Kinsey saudara kembar, Steve empat tahun lebih tua darimu dan keduanya kau panggil kakak, sedangkan aku tujuh tahun diatasmu tidak kau panggil kakak?"
"Uhm... mereka kan memang kakakku, kau ingin aku memanggilmu kakak?"
Vincent ingin menjawabnya tidak perlu karena dia tidak ingin menjadi kakaknya, tapi sebelum sempat menjawab Kinsey sudah bicara lebih dulu.
"Panggil saja dia kakak besar, dia kan yang paling tua diantara kita berempat."
Vincent memutar matanya dengan cuek. Dia sudah terbiasa dengan kalimat sarkas yang keluar dari mulut saudara iparnya.
"Pft.. kurasa dia lebih cocok dipanggil pak tua." sambung Steve dengan nada jahil
"Uhm.. aku punya nama panggilan yang lebih cocok." seru Cathy dengan semangat.
Ketiga pria yang duduk disana merasa penasaran nama apa yang akan diberikan hingga membuat Cathy bersemangat. Detik berikutnya, mereka terpaku menghentikan aktivitasnya begitu mendengar sebuah nama.
"Pinpin! Bagaimana kalau aku memanggilmu Pinpin?"
Vincent yang sedang menusukkan garpu ke buah semangka terhenti, sementara Steve yang tadi sempat meneguk air langsung tersedak dan terbatuk-batuk, dan Kinsey... tanpa sadar menjatuhkan garpunya ke lantai.
"Ada apa?"
Ekspresi polos dan tanpa dosa di wajah Cathy membuat Vincent mendesah pasrah. Disusul dengan suara tawa Kinsey serta Steve yang membahana. Keduanya tidak pernah mendengar nama yang begitu menggelikan.. apalagi untuk Vincent yang bertubuh besar dengan wajah yang terkadang bisa terlihat sangat dingin dan menakutkan.
Nama julukan landak hitam masih terdengar lebih keren dibandingkan Pinpin.
"Benar, nama itu memang cocok." ucap Kinsey masih dengan tawanya.
"Kita juga akan memanggilnya Pinpin sekarang."
"Tidak boleh! Hanya aku yang boleh memanggilnya Pinpin. Lagipula Pinpin hanya ada satu di dunia ini... dan dia adalah milikku." ucap Cathy dengan suara yang menggoda.
Tawa kedua kakaknya lenyap seketika dan bulu kuduk mereka berdiri geli mendengar kalimat agresif adik mereka. Apa benar wanita dihadapan mereka adalah adik mereka? Apakah Cathy sedang kerasukan?
Lain halnya dengan Vincent. Dia malah tersenyum lebar dan menatap istrinya dengan penuh cinta.
"Aku memang adalah milikmu. Sejak dulu aku sudah menjadi milikmu." Vincent menciumi wajah Cathy berulang kali sebelum menempelkan keningnya ke kening istrinya.
Pasangan yang sedang kasmaran itu saling memandang dengan penuh cinta sembari memberi kecupan ringan pada pasangannya secara bergantian. Melihat adegan yang intim itu membuat kedua pria yang melihatnya tiba-tiba merasa mual.
Mereka sengaja menarik perhatian pasangan itu mulai dengan berdehem keras hingga berpura-pura muntah. Sayangnya Vincent dan Cathy masuk ke dalam dunia mereka sendiri dan melupakan kehadiran dua sang kakak.
Steve menepuk lengan Kinsey tidak tahan dengan aura asmara dihadapannya.
"Sudah kubilang kan, mengunjungi mereka disaat mereka berbulan madu bukanlah ide yang bagus."
Kinsey mendecak karena gagal merusak suasana bulan madu adik iparnya. Kinsey masih belum memaafkan Vincent karena menikahi adiknya begitu saja tanpa memberitahu siapapun. Dan sekarang mereka memutuskan berbulan madu bahkan sebelum pesta pernikahan yang sesungguhnya!! Mana mungkin dia akan membiarkannya begitu saja?
"RINRIN!!"
Kinsey tersenyum mendengar suara lantang dari arah pintu depan. Rupanya masih ada dua orang lagi yang belum bisa memaafkan Vincent. Dan kini dua orang itu menghambur masuk ke ruangan, salah satunya berjalan dengan tangan terbuka.
"Papa!" seru Cathy melompat dari sofanya yang nyaman dan masuk ke dekapan ayah kandungnya, Marcel Alvianc.
Vincent memandang Kinsey curiga. Melihat tawa penuh kemenangan Kinsey, Vincent hanya bisa mendesah pasrah. Sepertinya sekali lagi dia harus menunda bulan madunya bersama istrinya. Ditambah lagi, bukan hanya Daniel dan Marcel yang muncul. Tapi ketiga adik Cathy serta Benjamin dan Felicia juga telah datang.
Inikah namanya dia dikeroyok sejumlah pasukan.. memojokkannya pada kekalahan mutlak? Membiarkan Cathy memberitahu kedua kakaknya tempat bulan madu mereka sungguh merupakan kesalahan besar. Dia akan memastikan tidak ada siapapun yang akan mengetahui tempat bulan madu mereka berikutnya.
Hanya saja.. dia merasa kekalahannya saat ini sepadan dengan wajah yang penuh bahagia pada diri Cathy. Vincent tidak ingin menukarnya dengan apapun.
Pada akhirnya... bulan madu pengantin baru tersebut berubah menjadi liburan bersama keluarga.
Fin.
~~~~~♡♡♡~~~~~
Yuhuuuu... akhirnya sudah tamat nih ceritanya. Agak terkesan dicepat2in ga ya? Soalnya saya uda ga sabar mau lanjutin kisah Kitty :face_savoring_food::face_savoring_food::face_savoring_food: (Semoga aja kalian suka ending Vincent-Cathy.)
Yup, saya putuskan untuk melanjutkan vol 2 nya. Kali ini berpusat pada Kitty ya. Cuman mungkin.. ga bsa up tiap hari (apalagi klo inspirasi lgi buntu krn msih fokus k pkrjaan dulu). Pling ga sminggu bsa up 3/4 hari la.
Nah mgkn ada yg ingin tahu ttg anaknya Vincent-Cathy.. nanti akan muncul di vol 2.. cmn sbagai pemanis aja :grinning_squinting_face::grinning_squinting_face::grinning_squinting_face:
Nantikan vol berikutnya (krn ga tahu kapan bsa up bab brikutnya, masih menggodok alur ceritanya)
Sampai jumpa :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:
PS : Mungkin di vol brikutnya ga langsung lanjut dulu. Masih ada flashback masa lalu Kitty. Jadi awal2 bab akan menceritakan pertemuan Kinsey-Kitty. Harap jangan bingung ya. Jadi vol 1-2 bkn serial bersambung, cerita yg berbeda tapi saling berhubungan.
PPS : please ksih saya semngat donk dgn cara ksih power stone n review. Komen yng bnyk ya. Itu jg ksih saya motivasi untk trus mnulis. Love you all! :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss: